Selasa, 25 Maret 2014

Mari Menikmati

“Musik itu untuk dinikmati, bukan untuk diadu”
Tagline dari sebuah merek kopi ini sedikit membuatku berpikir kemarin pagi.
Diantara kesibukan mempersiapkan diri untuk berangkat kuliah, kalimat itu membuatku berhenti sejenak dan berpikir sebelum akhirnya tersenyum tipis.
Kalimat itu menyadarkanku akan sesuatu. Juga mengajak untuk move on.

Aku dan teman-teman Padakacarma habis melewatkan weekend indah dan berkesan di Gunung Kidul. Kami ada ‘kelas’ cantik dan pintar bersama Ocean of Life Indonesia (OLi). Selama weekend itu, kami menghabiskan waktu kami untuk belajar dan tinggal bersama OLi. Kami tinggal di sebuah rumah limasan yang berdiri di sebuah bukit dan menghadap langsung ke laut. What a beautiful home. Lalu, kami juga belajar banyak hal. Tentang biogas, cara membuat MOL (mikro organisme lokal) dari buah Maja bahkan aku berkesempatan mencicipi buah Maja yang ternyata manis dan berbau seperti wine, tracking dan mengamati pantai juga memungut sampah yang ditinggalkan pengunjung yang datang ke pantai.

Di sana, kami merasakan betapa nikmatnya hidup sederhana.
Tanpa televisi, tanpa handphone.
Menikmati makan malam sederhana namun menjadi makan malam yang paling mengenyangkan dan nikmat.
Mendengarkan debur ombak dan angin laut.
Membaca sambil melihat pemandangan.
Ngobrol sambil glundungandan tertawa lepas.
Juga waktu yang terasa berjalan lambat. Aku tidak worry atau takut kekurangan waktu. Semua terasa sangat hidup.

Lalu, Minggu sore kami terpaksa harus meninggalkan itu semua.
Kembali pada kehidupan di kota. Ditengah keramaian.
Setelah tidak terganggu sama sekali dengan suara kendaraan, kami pulang ke Jogja dan harus cukup kaget mendengar dan melihat begitu banyak motor dan orang yang sibuk.
Kami pun terserang galau masal dan akut. Menyerang dengan telak.
Selama 2 hari aku masih pada titik tidak rela meninggalkan itu semua. Aku masih sibuk membayangkan dan ingin kembali menikmati hari di rumah kayu tersebut.

Aku sedikit membandingkan. Aku sedikit tidak terima.
Karena waktu terasa berjalan sangat cepat, terasa sangat kurang.
Karena lingkungan sekitarku tidak indah, hanya ada gedung bertingkat dan keramaian kendaraan bermotor.
Karena merasa terikat akan rutinitas, yang sudah seperti cycle yang kujalani by default, yang seakan sudah diatur.
Aku tidak puas dengan hidup dan rutinitasku. Hidup dan rutinitas bersama OLi adalah yang ingin aku lakukan.

Hingga taglinekopi itu menyadarkanku..
Bahwa, hidup itu tentang menikmati bukan untuk diadu.
Tidak ada yang perlu dibandingkan dengan hari-hari biasaku dengan weekend di bersama OLi. Tidak ada yang berbeda dengan hidup di rumahku di Sleman atau dirumah OLi di Watu Kodok.
Yang berbeda hanya aku sudah sejak kecil tinggal di rumah dan lingkungan ini sedang rumah OLi adalah rumah yang baru aku lihat dan tinggali selama 2 hari. Dan yang paling penting adalah, aku menikmati dan menghidupi 2 hari itu sedang aku hanya menjalani dan melewati hari-hari biasaku.

Aku lupa cara menikmati hidup.
Aku lupa bagaimana cara menikmati kamarku yang serba pink ini.
Aku lupa bagaimana harus menikmati hijaunya sawah di belakang rumah.
Aku lupa menikmati suara motor yang berjalan didepan rumahku.
Aku lupa menikmati ruang kuliah serba putih dan dosen yang mengajar.
Aku lupa menikmati ngobrol bersama teman ditemani sepoi angin di hall kampus.
Aku lupa menikmati rutinitasku dan aku membandingkan.
Aku lupa, benar-benar lupa, bahwa hidupku di kota juga harus aku nikmati dengan cara yang sama seperti saat aku di Watu Kodok.

Iya, hidup itu memang untuk dinikmati bukan untuk diadu.
Ini hanya soal perspektif. Soal kebosanan dan kelupaan kita.
Aku memang meninggalkan jejak hidup dan separuh hatiku pada rumah kayu di tebing itu, pantai bersih berpasir putih itu, atau suara alam itu namun aku tidak seharusnya membandingkan hidupku.
Yang harus aku lakukan adalah menjalani dan menikmati hidupku dengan cara yang sama dengan cara aku menjalani dan menikmati 2 hari hidupku itu.
Aku perlu belajar menikmati pemandangan belakang rumahku sama seperti tebing hijau dibelakang rumah OLi.
Aku perlu belajar menjaga kebersihan halaman depanku sama seperti aku menjaga kebersihan pantai.
Aku perlu belajar menikmati suara kendaraan sama seperti aku menikmati suara deburan ombak.
Aku perlu belajar untuk tersenyum dan tertawa sama seperti caraku tersenyum dan tertawa disana.
Aku harus kembali belajar.
Dan antusias dengan segala ornamen kehidupanku. Belajar seakan-akan baru pertama kali aku merasakannya.

Iya, aku harus menikmati hariku dengan cara yang sama aku menikmati hariku disana.
Selamat belajar menikmati hidupmu, Teman. Dan mari semangat juga antusias dengan segala pernik kehidupan rutin kita.

Mari move ondan bahagia.. Yeaaaayy!