Senin, 27 Mei 2013

Mendengar

“Supaya tulisan kalian makin bagus, kalian harus mau membaca karya orang lain. Orang tulisan teman sendiri aja kalian enggak pernah baca, tapi kalo dapet nilai C kalian marah-marah”

Sejak dulu, walau udah wara-wiri ngomongin berbagai materi jurnalistik, sejujurnya.. saya suka amaze sama tulisan temen-temen.
Sejak dulu, saya gak pernah nggaya kalo punya tulisan. Kadang iri, karena suka dengan gaya tulisan orang lain.
Tapi saya inget apa kata Papa, “teruslah menulis. Karena menulis adalah kebiasaan. Siapa pun bisa menulis..”
Dan siapa pun punya gaya menulisnya sendiri. Unik.

Lalu saya iseng membuka setiap blog temen-temen saya.
Semakin amaze lagi, karena semakin banyak gaya menulis yang saya temukan. Semakin banyak cerita yang bisa saya baca. Dan jika, dirasa-rasa, yang benar adalah, saya mendengar teman saya bercerita. Itu indah.

Mendengarkan yang tertulis J

Keep writing guys! I love the way you tell with your word :*

Minggu, 26 Mei 2013

Pemimpin?

Selama 18 tahun hidupku, aku sering mengikuti berbagai seminar atau sebangsanya. Dan banyak tema yang diusung adalah “how to be a good leader”. Gak pernah aku denger atau liat ada seminar atau sebangsanya yang mengusung tema “how to be a good follower”.
Be a follower? I think, most of you will say no way.
Enggak mau jadi bawahan lah, gak mau disuruh-suruh lah. Yaa, juga alasan yang lain.

Entah dapet inspirasi dari mana otak ini, hanya saja membuatku jadi risau.
Jika aku boleh menghubungkan dengan sekitar kita. Kadang kita memang merasa sebal jika tidak dipimpin dengan benar oleh seseorang. Kadang kita merasa yang menjadi ketua tidak cukup kompeten dan komit untuk sebuah tanggung jawab yang besar, kita jadi sebel, setengah hati. Dan mungkin itu juga yang membuat ada begitu banyak seminar dan sebangsanya yang membawa tema Leadership. Yaa karena kita memang butuh itu, kita memang memerlukan seseorang yang bisa membuat keputusan yang benar, pemimpin.
Lalu jika mau dihubungkan lagi dengan berbagai choasyang ada saat ini. Dengan berbagai ketidakmajuan, ketidakmerataan, ketidakpedulian, dan segala keburukan yang lain, kita pasti menunjuk ketua. Kita tidak punya pemimpin yang baik dan benar juga bertanggung jawab sekaligus ngayomi dll. Begitu juga dengan krisis Negara kita saat ini yang katanya sedang krisis kepemimpinan.

Okee, as I say before.
Kita memang butuh ketua, pemimpin. Itu sebabnya ada berbagai macam acara bertema leadership. Agar ada pribadi-pribadi dengan bakat pemimpin bisa muncul dan jika dipoles, voila, kita akan punya pemimpin yang baik. Tapi, tidak semua orang bisa jadi pemimpin. Enggak semua bisa jadi presiden, kapolri, direktur utama, manajer, dkk. Dari jutaan manusia didunia ini, mungkin harus banyak yang mau menjadi follower.
Itu sebabnya aku sedikit bertanya, kenapa aku jarang menemui seminar atau sebangsanya yang mengusung tema tentang follower.

Daaaann, masalah berbagai kekacauan di kehidupan kita, juga Negara kita mungkin, dan juga isu krisis kepemimpinan.
Ada pertanyaan besar.
Apakah benar kita tidak punya pemimpin yang baik?
Apakah benar kita tidak punya pemimpin yang setia, bertanggung jawab, mengayomi, baik hati, berkomitmen, tangguh, loyal dan lainnya?

Yaa, tidak bisa dipungkiri kita sangat butuh seorang pemimpin, tapi apakah benar kekacauan ini semata-mata karena kita tidak punya pemimpin?
            Atau itu karena kita tidak mau menjadi pengikut yang setia, berkomitmen, percaya dan yakin pada pemimpin kita?

Karena kita tidak mau mengakui, menerima dan dengan RENDAH HATI menjadi seorangfollower??

Kamis, 16 Mei 2013

Sesat yang Menyenangkan





          Beberapa minggu yang lalu, ada regenerasi nih buat anak-anak KACA. Pas sekolah KACA, seperti biasa, kita belajar bareng-bareng untuk nulis. Kali ini, Mbak Lynda entah kenapa aware banget sama yang namanya “sesat logika”. Sebagai penulis, kita tentu gak boleh mempunyai logika yang sesat. Apalagi karena tulisan kita akan dibaca banyak orang. Nah, bentuk sesat logika tuh kaya apa sih?
          Jawabannya adalah seperti ulang tahun.
          Kenapa ulang tahun? Contoh ringan ini baru aku temuin 2 hari yang lalu. Waktu salah seorang kakak tercinta ulang tahun. Seperti kebiasaan anak selo muda-mudi katolik lingkungan kami. Setiap ada yang ulang tahun, kami suka bikin kejutan. Biar so sweet gitu :D
          Nah, sesat logika ini baru aku temuin waktu, Mbak Ajeng *korban ulang tahun* diceplok telor dan diguyur lumpur sawah. Saat itu juga aku inget waktu Pak Andri, guru SMA-ku, selalu mengomentari temen-temen yang ngerjain pas ulang tahun. Katanya gini, “gimana bisa orang ulang tahun malah diguyur air diceplok telur gitu? Aturan kan dikasih yang manis-manis dong”.

          Begitulah bentuk sesat logika yang sering banget kita lakuin.
          Seperti hal lucu saat temen kita punya sepatu baru, pasti kita langsung nyengir dan ndeketin sambil bilang “ciyeee sepatu baru! Kenalan dulu dong!” terus diinjek deh sepatu baru temen kita. Sejak tulisan ini dibuat, aku tau banget kalo ini adalah logika yang sesat. Tapi, rasanya, unyu banget kalo ngelakuin itu. Serasa dekat banget sama temen kita.
          Nah, sebenarnya, itu juga yang aku rasain dengan kesesatan logika kita saat ulang tahun.
          Emang sih, agak jahat karena nyuekin seharian penuh atau nyiapin tepung berkilo-kilo dengan telur kocak yang super bau. Cuma, waktu kita ngelakuin itu, rasanya puaaaaass banget! Puas bukan karena berhasil ngerjain yaa, tapi puas karena kita melakukan hal konyol bersama.
          Seneng banget rasanya, waktu lihat si korban cemberut dan basah kuyup plus bau dan kaya badut. Rasanya, super bahagia. Setelah itu, kita akan berlari-lari menghindar dari kejaran si korban yang juga ingin berbagi bau pada kita. Kita akan berteriak, akan menghindar, akan mengorbankan teman yang lain, atau malah balas-balasan melempar orang lain.
          Riuh. Heboh. Bau. Kacau. Tawa. Teriak. Menghindar. Berlari. Menjauh. Sembunyi. Capek.
          Semua kumpul jadi satu. Dan semua akan berakhir pada satu titik. Bahagia!

          Yaa, dan kesimpulan dari tulisan ini adalah kita akan punya kenangan yang menyenangkan. Kenangan yang bahagia.
          Aku rasa itu adalah jawaban dari pertanyaan Pak Andri.
          Sesat logika ini memang sedikit menyebalkan. Tapi sangat menyenangkan.
          Sesat yang menyenangkan bukan? ;)

          Mari kita buat sesat-sesat lain yang menyenangkan. Mari kita buat kenangan yang menyenangkan dengan orang-orang disekitar kita ;)
          Let’s make happiness around you :*


PS: Buat Mbak Ajeng tercinta, Happy Birthdaaaaaayy!
Sukses selalu untuk mbak, bahagia selalu untuk mbak. Hope you have a blessed year ahead, enjoy your year of life. Make every second of your life be a happiness for others, create a wonderful memories. stay beautiful, stay wonderful. Love you mbak :* mari berjuang bersama!
Btw, ini aku kasih hadiah ;)
Mbak, ini hadiahnya. Semoga balonnya bisa bawa mbak terbang kemanapun mbak mau ;)
Gambar diambil dari google.com

Sabtu, 11 Mei 2013

Warna-Warni

gambar balon, foto balon, wallpaper balon


          Hari ini aku dan teman-teman habis naik gunung. Gunung Merapi.
          Bukan naik gunung dalam arti yang sebenarnya yaa. Naik gunung  karena harus ngisi acara di salah satu acara yang diadain di kaliurang. Nama acaranya Temu Hati Forum Anak Daerah Istimewa Yogyakarta.

          Waktu memasuki aula, banyak banget tempelan eye catching. Ada banyak warna-warni mencolok yang membuat aula terlihat semarak. Ditambah lagi background yang juga penuh warna. Anak-anak banget! Jadi inget zaman TK yang selalu tertarik dengan warna-warni yang semarak. Unyu unyuuu~
          Selain itu, yang paling menarik adalah karton di bagian belakang. Di karton tersebut dibuat sebuah tabel. Disebelah kiri adalah kolom dengan emoticon. Ada emot senang, datar dan sedih. Dan di baris atas adalah acara-acara (leadership, writing skill, manajemen organisasi,etc) yang sudah dilakukan selama acara sejak hari Jumat. Daann, teman-teman dipersilahkan memberi vote untuk setiap acara dengan materi yang mereka sukai. Jadi, kalo enggak suka sama materi writing skillyaa bikin bintang di kolom emot sedih, kalo suka yaa bikin bintang di kolom emot senang.
          Bikin lebih senang lagi, karena teman-teman diforum itu sangat aktif bertanya. Walau kadang masih suka mempertanyakan hal yang sama, tapi ada keaktifan yang besar dari teman-teman.

          Satu hal yang bisa aku dapetkan dari mengisi acara tersebut adalah, bahwa setiap anak itu berwarna-warni seperti kertas origami.
          Setiap anak berbeda satu sama lain. Merah berbeda dengan hijau, berbeda dengan kuning. Setiap anak juga punya kriteria sendiri dan hal yang mereka sukai. Di forum tersebut, setiap anak memang wajib untuk mengikuti setiap rangkaian acara. Karena tiap materi memang hal yang mereka butuhkan untuk kemajuan forum. Tapi, mereka bebas untuk memberi vote terhadap hal yang mereka sukai.
Hasilnya? Mereka akan total. Mereka akan aktif bertanya. Terlepas bahwa anak-anak yang disitu adalah anak pintar dan pilihan. Hanya saja, tanpa dipaksa-paksa, mereka akan dengan berani bertanya dan mencoba challenge yang diberikan. Ada juga binar bahagia dimata mereka. Dan, sebagai pemateri rasanya pasti juga ringan dan gak bingung, plus bangga juga kalo banyak yang tanya,hehe
Menurut aku, hal ini yang harus dicermati oleh para guru dan orang tua.
Saat anak tidak aktif bertanya dikelas atau forum, itu bukan berarti mereka males kok. Itu hanya karena subjek materi memang bukan hal yang mereka sukai. Saat mereka menyukai apa yang mereka hadapi, secara naluri pasti mereka ingin memperdalam kemampuan dan menjadi anak aktif. Begitu juga jika anak-anak tidak menyukai hal yang kita pilihkan. Seperti tabel tersebut, kita juga harus fair mengakui dan terbuka menerima ketidaksukaan anak-anak.
Contoh gampangnya nih adekku.
Baru-baru ini, dia ikut salah satu komunitas suling. Tempat latiannya lumayan jauh. Dia pulang sekolah sore dan mau ujian nasional pula. Tapi karena dia suka, dia semangat banget. Tiap senin itu, pasti aku diteror. Di sms teruuuuss suruh cepet pulang untuk nganterin latian. Tau-tau, dia udah ditawarin aja ikut main untuk sebuah acara, padahal belum lama gabung. Liat kan betapa semangatnya anak kalo ketemu hal yang mereka suka?
Itu dia yang aku bilang total.
Totalitas anak-anak itu enggak boongan kok. Dengan disentuh dan dekat dengan hal yang mereka sukai, mereka akan belajar untuk jadi aktif, mengenal tanggung jawab dan semangat. Yang pasti, saat mereka dewasa akan menjadi pribadi yang memang mencintai dunia mereka. Akan jadi orang!
Kita hanya perlu belajar dan sadar, bahwa anak itu bisa memiliki minat yang berbeda dari keluarga dan orang disekeliling mereka. Dan tugas kita adalah untuk mendekatkan anak-anak pada hal yang mereka sukai, biar totalitas sejak dini udah ada. Seneng kan rasanya kalo liat anak-anak sudah sejak awal mencintai dunia mereka? ;)

Okee, cukup sudah cingkimin time-nya dan sok-sokan menjadi orang tua. :D
Kalo salam dari Kakak Desti sih, semagaat yaa teman-teman! Jangan takut mempunyai warna yang berbeda. Mari warnai Indonesia dengan apa yang kalian suka.
Terus berkarya anak Indonesia dan terus warna-warni J

 Gambar:http://wallpapersgallerys.blogspot.com/2012/11/gambar-gambar-balon-dengan-warna-warni.html

Senin, 06 Mei 2013

Belajar Dari Lokananta




Lokananta merupakan mayor label pertama yang ada di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1956 di Solo, Jawa Tengah. Sebagai mayor label pertama, tentu banyak cerita dari salah satu saksi perjalanan musik Indonesia ini. Ada ribuan keping kaset dan piringan hitam, juga ribuan master pita kaset dan piringan hitam di tempat ini.
Lokananta pastinya pernah mengalami masa keemasan. Sama seperti TVRI dan RRI zaman dulu kala. Lokananta pastinya pernah menjadi pilihan dan rekomendasi utama banyak orang untuk membeli kaset atau piringan hitam. Pasti banyak orang pernah mencintai Lokananta. Generasi kakek dan nenek kita mungkin menjadi penggemar berat Lokananta, sama seperti mereka menggemari TVRI dan RRI. Dulu.
Saat ini? Bagaimana posisi Lokananta?
Kalau kita sempat membuka Google, pasti ada bermacam tulisan yang bisa kita baca. Sayangnya, banyak tulisan bercerita tentang hal yang sama. Lokananta yang mulai ditinggalkan. Ya, memang bisa disebut ditinggalkan sebenarnya. Sejak ada banyak mayor label yang lebih bervariasi dan modern, juga internet yang bisa memberi pilihan lagu secara gratis. Alasan yang logis untuk mulai beralih bukan?
Sama seperti saat kita memilih meninggalkan TVRI dan RRI. Karena ada berbagai macam pilihan yang bervariasi bagi kita.

Perjalanan ke Lokananta bagikan perjalanan menembus lorong waktu.
Memasuki Lokananta dengan beberapa ruangan didalamnya seperti sebuah trip penjelajahan sejarah. Pasti ada kebanggan yang besar yang berdiri sama gagahnya dengan bangunan Lokananta kala itu. Hanya saja, saat ini bangunan Lokananta seperti capai untuk berdiri. Lelah dengan berbagai terpaan zaman dan persaingan.
Beberapa ruangan di dalam gedung Lokananta bagai sebuah diorama di museum. Ribuan piringan hitam dengan sampul berejaan lama yang mulai pudar, kaset-kaset pita yang mulai ditinggalkan, ruang master yang sering kosong juga ruangan yang memperdengarkan musik saat ada pengunjung datang. Seperti museum, kita akan melihat bagaimana dulu Lokananta hidup, terkenal, dibanggakan melalui karyanya, juga produksi piringan hitam dan kaset pita. Lalu kita juga akan bisa melihat bagaimana perjuangan Lokananta untuk tetap berdiri, bertahan dengan kepercayaan diri yang masih ada dan mencoba mengikuti perkembangan digital saat ini.
Ada sedikit perasaan sedih saat melihat kondisi Lokananta saat ini. Sama seperti berbagai macam aset Negara lainnya, sepi, tak terurus, mulai ditinggalkan dan tidak ada perhatian. Lokananta juga mengalami hal yang sama. Bersama dengan 19 karyawan, Lokananta mencoba hidup dengan inisiatifnya sendiri. Lapangan futsal dan restoran kecil membantu Lokananta untuk tetap bertahan dan berdiri. Miris rasanya. Sayang rasanya melihat sejarah musik Indonesia agak dipertaruhkan.
Perjuangan Lokananta bukan hanya bisa dilihat dari berbagai bukti produksi seperti piringan hitam dan kaset. Perjuangan Lokananta juga ditunjukan lewat berbagai lagu-lagu daerah, langgam jawa, keroncong, dan beberapa pidato kepresidenan. Dengan ribuan keping piringan hitam, Lokananta membantu Indonesia untuk mempertahankan lagu Rasa Sayange dari klaim Negara tetangga. Dari salah satu artikel majalah musik Indonesia juga disebutkan bahwa Lokananta juga membantu merebut kembali hak kepemilikan lagu Terang Bulan. Mempertaruhkan keberadaan Lokananta bisa jadi mempertaruhkan musik Indonesia. Kehilangan Lokananta bisa jadi menjadi jalan untuk kehilangan berbagi sejarah musik Indonesia.
Walau terlambat menyadari dan mengagumi Lokananta juga tidak sempat merasakan kejayaan Lokananta, tapi rasanya sedih melihat Lokananta saat ini. Melihat keadaan Lokananta membawa pulang sebuah pertanyaan besar. Jika Lokananta yang ada di sebuah kota besar di Pulau Jawa harus bertahan sedemikian keras, sendirian, bagaimana keadaan asset-aset Negara lain yang ada di luar Pulau Jawa? Yang di Jawa saja sudah begini merananya, apalagi yang di pulau lain? Bagaimana keadaan disana? Mungkin akan jauh lebih buruk.
Lokananta mungkin tidak bisa menjadi aspek yang bisa menggeneralisasikan keadaan saksi sejarah lain yang ada di seluruh Indonesia. Tapi melihat Lokananta yang seperti ini, tidak salah bukan jika berpikir ada yang lebih merana dari Lokananta? Secara geografis, kemajuan wilayah dan kedekatan dengan ibukota Negara, Lokananta seharusnya diuntungkan. Kenyantaannya, tidak. Lalu, bagaimana keadaan lokananta-lokananta lain di seluruh Indonesia?
Lokananta menjadi salah satu bukti ketidakacuhan Negara pada sejarah Indonesia. Kebutuhan akan Lokananta hanya saat situasi mendesak menjadi bukti ketidakkonsistenan kita untuk menjaga aset Negara kita. Lokananta juga menjadi bukti diam perjalanan panjang musik Indonesia yang tidak kita ketahui. Sama seperti TVRI dan RRI, Lokananta pernah menjadi tanda keemasan Indonesia bagi warganya.
Perjuangan Lokananta juga tidak lepas dari usaha 19 karyawan yang masih tetap bertahan. Selain, 19 karyawannya, Lokananta ternyata tidak sendiri. Ada proyek besar yang Glenn Fredly lakukan bersama Lokananta. Glenn Fredly dan band-nya, The Bakuucakar mengadakan live dvd project, langsung dari auditorium Lokananta. Saat sesi diskusi di auditorium Lokananta, ada perasaan bangga dan senang yang terlihat dari karyawan saat menceritakan proyek Glenn Fredly. Saat melihat teaser video Glenn Fredly yang ada di portal video online dan mengenali ruangan yang ada di video tersebut, sontak ada perasaan senang. Senang rasanya pernah menjadi bagian dan saksi betapa masih ada pesona dari Lokananta. Senang juga pernah menginjak karpet yang sama dengan Gleen Fredly. Selain Glenn Fredly, ada beberapa artis lain yang memilih Lokananta sebagai tempat rekaman seperti Efek Rumah Kaca dan White Shoes & The Couples Company.
Mengenal beberapa karyawan Lokananta juga menjadi keberuntungan sendiri. Bahkan, saat akan meninggalkan Lokananta, di dalam bis, mata memanas melihat Lokananta menjauh dan cerita-cerita dari para karyawan. Rasanya, selain menjadi penjelajahan sejarah, berkunjung ke Lokananta bisa disebut sebagai perjalanan spiritual.
Mendengar cerita para karyawan tentang Lokananta, tentang perjuangannya, tentang double jobyang harus mereka lakukan, semua sangat membekas. Komitmen, loyalitas, totalitas, semangat menjadi hal yang selalu mereka lakukan untuk terus mempertahankan Lokananta. Melihat mereka, sebagai anak muda ada perasaan malu. Dengan usia mereka, mereka masih terus bertahan. Hidup dengan passion mereka, bekerja walau secara sosial untuk hal yang memang mereka cintai. Dengan keterbatasan mereka, mereka tidak banyak menuntut. Padahal, jika mereka menuntut, mereka memang pantas melakukannya. Ada sejarah yang mereka teriakan untuk diperhatikan.
Mengenal mereka membawa keoptimisan tersendiri tentang Indonesia. Ditengah berbagai ketidakpercayaan pada pejabat-pejabat Indonesia, sosok mereka hadir menampar dengan arti sebuah kerja keras, komitmen, semangat dan loyalitas. Mengenal mereka, membuat saya percaya, bahwa ada banyak orang yang masih percaya dan cinta pada negerinya. Kehadiran mereka adalah sebuah bukti.
Para karyawan yang berjuang bersama Lokananta ini, membuat saya belajar untuk tidak selalu mendongak keatas untuk mencari contoh. Ada kalanya kita harus melihat kebawah dan sekeliling kita. Ada kalanya orang-orang ‘kecil’ disekitar kita adalah orang yang akan menjadi panutan yang sesungguhnya.
Jika banyak orang ragu dengan komitmen dan loyalitas, dan merasa Indonesia membutuhkan banyak orang yang berkomitmen. Saya rasa mereka adalah jawabannya. Memang terlihat sedikit klise. Tetapi, 19 karyawan ini menunjukkan, bahwa masih banyak orang-orang positif untuk Indonesia. Bahwa Indonesia tidak kehilangan sosok-sosok berkompeten. Kita tidak kekurangan orang yang mau bekerja keras. Kita masih punya mereka. Walau kecil, kontribusi merekalah yang membuat museum sejarah musik Indonesia ini masih ada.

Lokananta adalah sejarah musik Indonesia. Menjadi gudang harta musik Indonesia. Lokananta juga menjadi bukti perjuangan untuk mempertahankan dan menjaga karya Indonesia.
Lokananta adalah sejarah untuk kita percaya dan belajar, bahwa kita pernah maju dan dihargai, menjadi macan dikandangnya sendiri. Ini menjadi titik dimana kita seharusnya yakin, bahwa kita bisa dan mampu untuk maju.


Daftar Pustaka

Lokananta: Menyelamatkan Musik Indonesia . Diarsipkan pada Sabtu, 27 Oktober 2012, 14:52 WIB http://rollingstone.co.id/read/2012/10/27/145255/2073969/1100/lokananta-menyelamatkan-musik-indonesia
Gleen Fredly & The Bakuucakar – Live From Lokananta (teaser) diarsipkan pada 8 April 2012 http://www.youtube.com/watch?v=y2wpYSRli00

Rabu, 01 Mei 2013

Remaja itu Kompleks


Menjadi remaja itu bukan perkara gampang.
Memahami remaja apalagi.

Ada begitu banyak hal yang ingin dibuktikan remaja. Jati diri, kemampuan, pengakuan. Semua hal.
Bahkan gak jarang remaja melupakan banyak hal yang ada dalam diri mereka. Kadang mereka lupa membuka mata dan merasa bahwa mereka yang paling bermasalah di dunia. Mereka terlalu sibuk melihat keluar, berusaha terlalu keras keluar, tidak ingat ada hal kecil yang bisa mengangkat mereka tanpa perlu bekerja terlampau keras. Mereka terlalu sibuk untuk mengejar target, terlalu buta akan pengakuan.

Remaja sama kompleksnya seperti Negara.
Remaja sama seperti Jakarta, seperti Papua.
Seperti Jakarta yang memasang realitas semu, pongah dengan gemerlap kehidupan, agar banyak orang mendatanginya.
Seperti Papua yang kaya tapi lupa, polos memberikan segalanya tanpa ingat perlu berkembang dan bertumbuh.

Remaja terlalu kompleks, sampai-sampai saat kamu menghadapinya kamu harus mengintimidasi mereka, menarasikan keakuan-mu, agar mereka membuka mata.