Minggu, 21 April 2013

Tentang Spesial..


"Bun, bisa gak sih cewek punya dua cowok spesial?"

"Bisa!"

"Terus gimana cara memisahkan posisi mereka?"

"Kamu kan punya prioritas."

"Terus kalo suatu saat harus ketemu, gimana?"

"Ya ketemu aja.."

"Hla kan enggak segampang itu ketemu dua orang yang sama-sama spesial?"

"Kamu kan udah memilih..
Kalo dua-duanya cinta sama kamu dan bilang cinta sama kamu dan kamu juga gitu sama mereka, intinya kan kamu udah memilih. Memilih mana yang sreg buat kamu. Ya udah dia adalah prioritas kamu. Dia yang kamu percaya dan akan jadi nomer satu buat kamu.
Yang spesial yang lain? Yaa biar aja tetep spesial, tapi kamu tau bahwa kamu udah memilih yang lebih dari spesial buat kamu. Kamu udah memilih prioritas kamu.."

Selasa, 09 April 2013

"tidak melakukan apa-apa"



Aku pernah baca, dibanyak tempat, yang bercerita tentang “tidak melakukan apa-apa” thing.
Seperti ciri jatuh cinta dari portal online “kamu akan merasa nyaman hanya didekatnya, tidak perlu melakukan apa-apa”. Atau dari sebuah novel yang berkata “tidak perlu melakukan apa-apa. Bersamanya sudah terasa lengkap”.
Semua berbiacara tentang kehadiran tanpa melakukan apa-apa.

Dan seharian ini tadi, aku merenungi sebuah kehadiran.
Menghitung ulang seberapa banyak aku singgah kerumah, memunculkan diriku untuk keluarga. Minimal, hanya ada, tanpa melakukan apa-apa.

Hari ini ada ibadah dirumah.
Dan hari ini ada safari jurnalistik.
Aku berusaha untuk mengikuti keduanya. Tidak ada satupun yang ingin aku tinggalkan.
Karena kecapekan, aku tidak melakukan apa-apa hari ini. Selama ibadah, aku malah kedinginan dan bergelung di dalam selimut.
Selama persiapan, adek dan bunda enggak menyuruh banyak. Mereka seakan sudah hafal kalo aku capek. Tiba-tiba aku merasakan, inilah yang dimaksudkan kehadiran dalam keluarga.

Aku enggak sombong. Hanya saja, aku memang sedang merintis sesuatu dan menghabiskan banyak waktu diluar rumah. Pergi pagi pulang malem.
Selesai kuliah kerumah hanya untuk mandi, makan dan pamit.
Yaa, sejak kuliah, semakin jarang aja aku ada dirumah. Tapi orang rumah tidak pernah mempermasalahkan itu.
Paling hanya Bunda yang bilang, “Adek, jangan keseringan bangun siang.” “ Mbok bangun to, bantu beres-beres.” Hanya itu. Sebatas itu, jarang banget marah berkepanjangan. Hanya dirumah, walau dengan kesibukan sendiri, Bunda merasa itu cukup.
Paling hanya Adek yang bilang, “Mbak ajarin ini dong.” “Mbak besok jalan-jalan yaa.” Hanya itu. Sebatas itu. Aku tidak pernah benar-benar ngajarin bikin PR dan pergi jalan-jalan sesuai janji. Hanya sebatas menemani belajar dan mengiyakan juga bercanda banyak hal.
Kelihatannya sepele. Tapi, kehadiran seseorang, kamu, dalam keluarga memang penting. Dan kehadiran kamu, walau kamu masih tetap mengurung diri dikamar dan tidak melakukan apapun adalah sebuah kelengkapan.

 “Tidak melakukan apa-apa” thing is does exist in family.
Sesibuk apapun, sempatkan waktu untuk ada dirumah. Buatlah keluarga kita lengkap dengan keberadaan kita. Walau kita tidak melakukan banyak saat dirumah.
Setidaknya akan ada rasa nyaman saat semua keluarga ada dalam satu rumah.

Aku rasa, benar pepatah Jawa yang bilang “Mangan ora mangan sik penting kumpul.”
Berkumpul. Kehadiran.
Kamu masih bisa pulang, masih ada tempat pulang.
Dan saat kamu menyadari pentingnya kehadiran kamu dirumah, kamu akan jatuh cinta dan merasakan sedikit manisnya kehidupan J
***
“Aku tuh lagi galau, Mbak. Aku gak mungkin ninggalin kuliah atau komunitas, dan yang paling mungkin aku tinggalin adalah absen di rumah, paling enggak akan semakin sering enggak ngerjain kerjaan rumah.”
“Aku gak akan ngasih kamu saran untuk memilih meninggalkan rumah, Dek. Kamu akan bisa double life, aku tau, tapi kamu punya kehidupan yang gak aku punya. Ada keluarga kamu yang deket dan itu yang akan membuat kamu tidak semudah melakukan double life kaya aku. Ada keluarga yang gak akan mudah kamu kesampingkan.”
“Sejarang apa pun kita dirumah, dan walau keluarga terlihat tidak benar-benar berusaha mengenal kita atau kita tidak seterbuka saat kita diluar rumah. Disadari atau enggak, sebenernya ada banyak hal kecil yang dilihat sama keluarga kita. Dan keluarga kita sangat mengenal kita.”
“Susah rasanya untuk tidak mementingkan keluarga. Yaa karena kaya kata Pakde, Dek, buat apa kamu ada buat dunia kalo kamu gak ada buat keluarga?”


Aku dan Mbak Andin
Bernenek-nenek saat nyapu
-09042013

Senin, 08 April 2013

Jatuh


Jatuh itu sakit..
Tapi rasanya lebih sakit, saat pertama kali kamu jatuh, kamu harus mengajak kedua adikmu untuk ikut jatuh juga..
Entah pegal, entah luka, entah perih, sengaja dilupakan.. Setidaknya, saat ada yang harus lebih kuat dan tidak memikirkan sakitnya, itu harus aku.

Kenapa dari ratusan waktuku menaiki motor sendiri, Tuhan memilih menjatuhkan aku saat bersama adik-adikku?
Kenapa dari sekian banyak waktu aku ingin jalan-jalan, Tuhan memilih membatalkan jalan-jalanku bersama adik-adikku?
Kenapa dari sekian banyak hari, Tuhan memilih menjatuhkan aku dan adik-adikku saat mendekati UN?
Itu rasanya lebih sakit.. Bahkan lebih sakit dari pegal pasca-jatuhku hari ini.

Jatuh itu sakit..
Apalagi saat harus bersama orang lain, yang selalu ingin kamu lindungi..

Maafkan.. Aku sudah lalai..

Sakit rasanya karena harus ‘jatuh’ :’(