Minggu, 10 Agustus 2014

Untuk Ibu Burung

Dear Ibu burung..
Di tempat


            Selamat malam Ibu burung,
            Aku tidak ingin menanyakan kabarmu, karena aku tau bahwa kau sedang sedih sekali. Aku tau bahwa mungkin kamu sedang menangis di sebuah dahan pohon karena kehilangan sarangmu juga 4 orang anak burungmu.
            Maafkan aku Ibu burung, seseorang menebas rumput dibelakang rumah. Dan aku baru tau jika rimbunan rumput itu merupakan tempat tinggalmu. Maafkan aku, aku tidak bermaksud. Aku benar-benar tidak tau.
            Untungnya, bapak penebas rumput itu membawa anakmu dan menyerahkannya kepada Ayah. Untungnya pula, Ayah dan Vincent cukup semangat merawat bayimu. Ayah sudah membuatkan rumah baru. Dari sebuah ember dengan lampu untuk menghangatkan bayimu, sarang jeramimu masih menjadi kasur ternyaman buat bayimu. Karena tanpamu, lampu menggantikan fungsi dirimu untuk menghangatkan bayimu. Kuharap kamu tidak keberatan dengan sarang baru yang Ayah buatkan.
            Sewaktu kamu pergi, pasti kamu sedang mencarikan makanan untuk bayimu. Kamu pasti cemas karena makanan yang kamu carikan tidak masuk kedalam perut anakmu. Kamu pasti takut jika anakmu kelaparan. Tenang saja. Ayah tidak hanya membuatkan sarang baru, tapi juga sudah menyuapi mereka makan. Bayimu makan dengan lahap. Tenang saja.

            Ibu burung, berhentilah cemas. Mungkin memang tidak mudah melupakan anak yang selama beberapa minggu kamu erami saat didalam telur. Kamu pasti ingin mengasuh mereka hingga besar. Tapi, kami juga berusaha untuk mencarimu. Dari sekian banyak burung berkeliaran di belakang rumah, kami benar-benar tidak tau kamu seperti apa. Mungkin akan lebih mudah jika kamu yang menghampiri rumah kami. Bagaimana? Kami membuka pintu kami lebar-lebar jika kamu ingin menengok bayimu.
            Sebenarnya, aku ingin memfotokan anakmu. Agar saat kamu membacanya bisa sambil memandang wajah anakmu. Namun, sayang sekali, bayimu sudah tidur nyenyak. Aku tidak tega jika harus menggangu tidur malam mereka. Jadi bersediakan kau datang esok pagi? Aku harap kamu bersedia menunggu hingga esok.

            Surat ini aku tuliskan agar seorang Ibu burung yang kehilangan anaknya dibelakang rumahku bisa segera menemukan bayinya. Namun, jika surat ini tidak terbaca oleh Ibu burung mana pun, aku sudah siap menjelaskan kepada keempat dedek burung itu apa yang terjadi. Aku harap penjelasanku tidak menyakiti hati mereka. Dan jika Ibu burung manapun tidak membaca surat ini, semoga Ibu burung tetap kuat dan tidak trauma untuk memiliki anak baru. Aku berdoa yang terbaik untuk kalian semua. Semoga semesta mempertemukan kalian lagi.

Sabtu, 09 Agustus 2014

Berhati-hatilah...

Untuk kamu,
Selamat pagi.. Apa kabarmu hari ini?
Aku tidak ingin mengulang omelan yang sama setiap pagi. Tapi bagaimana lagi, kamu terlalu terbiasa tidur dini hari.
Kita memang sama-sama makhluk nocturnal. Jika kamu mengingat lagi, kekalongan kitalah yang mendekatkan kita. Namun, mengetahui bahwa kamu sering tidak bisa tidur, cukup membuatku khawatir. Kumohon, cobalah untuk tidur lebih lama lagi. Tidak hanya 2-3 jam seperti yang biasa kamu lakukan.

Untuk kamu,
Pagi ini, aku mengulang apa saja yang pernah kita lalui bersama. Pagi ini, aku menyadari bahwa apa yang kuanggap sebuah ilusiku ternyata sebuah kenyataan.
Pagi ini, aku terbangun dengan dada yang cukup sesak.
Bukan. Aku tidak sakit. Asmaku sedang tidak kambuh. Tapi dadaku terasa sangat sesak. Penuh. Dan kadang sering membuatku sulit bernafas.
Lalu bagaimana rasanya? Apakah aku baik-baik saja?
Iya, aku baik-baik saja. Dan rasanya menyenangkan. Rasanya menyenangkan merasakan dada ini sesak. Rasanya kesulitan bernafas tidak pernah senyaman ini. Rasanya, aku selalu ingin mengulangi sesaknya dada ini setiap hari.

Untuk kamu,
Aku benar-benar menyukai sensasi ini.
Sumpah. Aku selalu menanti seperti apa kupu-kupu terbang didalam perut atau jantung yang berdetak dengan kurang ajar. Aku ingin tau rasanya. Dan aku merasakannya saat ini. Ternyata memang tidak jauh dari bayanganku selama ini. Ternyata, seperti ini merasakannya secara langsung.
Aku benar-benar menanti sensasi ini. Untuk datang lagi.
Aku suka conffeti yang meledak diam-diam. Aku suka kupu-kupu yang terbang didalam perutku. Aku suka saat bibirku by default tertarik membentuk senyum. Aku suka debar jantung yang berderap bagai genderang.

Tapi, aku mulai mencemaskan sesuatu.
Aku takut, jantungku, dadaku atau apalah ini terlalu bekerja keras karena tidak pernah berdetak secepat ini. Aku takut, jika suatu saat detaknya melemah. Atau mungkin karena jantungku yang mulai bekerja tidak maksimal.
Tolong berhati-hatilah pada debaran ini.
Jangan sampai jantungku terlalu lemah hingga tidak bisa berdebar sehebat ini. Bertanggungjawablah pada kesehatan jantungku ini. Aku tidak ingin debarannya semakin melemah. Karena, sesesak apapun rasanya, aku menyukainya.. Karena, sekuat apapun debarannya, aku menantinya..
Jadi, tolong berhati-hatilah..

Sincerely,
                              
Masih dengan conffeti yang meledak,
kupu-kupu yang enggan berhenti terbang,
juga penambuh genderang yang tak henti membuat dada berdebar..

Jumat, 08 Agustus 2014

Semut Merah Besar

Dear semut merah besar,
Aku mengenalmu dengan nama angkrang. Yang aku tau tentang dirimu hanya, kamu sering aku temui di pohon jambu dan memiliki gigitan yang sangat menyakitkan. Aku nyaris tidak ingin berurusan denganmu.
Tapi, Ayah sangat tertarik padamu. Bahkan, badan merah besarmu itu memunculkan binar antusiasme yang besar dimatanya.

Dear semut merah besar,
Aku mohon padamu, berkembangbiaklah dengan baik. Teruslah beranak pinak. Terus bahagiakan dan munculkan binar antusias itu dimata Ayah.
Jangan nakal yaa.. Ayah banyak berharap padamu. Ayah mengerahkan banyak usahanya untuk berteman baik denganmu.
Ayah sudah menyediakan rumah baru yang lebih nyaman dan besar. Juga teman baru yang lebih banyak dan beragam. Aku harap kalian tidak saling berantem namun saling mendukung.
Buatlah Ayah menengokmu dengan rasa penasarannya dan merawatmu dengan antusiasme yang tinggi.

Oh iya, aku ingin mengucapkan terima kasih.. Jangan tanyakan untuk apa, aku hanya ingin mengucapkannya. Terutama karena kamu telah berkembang biak cukup banyak, hehehe

Pengakuan Dosa

Teruntuk Ayah,
Jika aku, anakmu ini, pernah melakukan sebuah dosa. Dosa terbesar yang pernah aku lakukan adalah pernah membencimu.
Seharusnya aku mengakui ini dihadapan Tuhan dan Pastor sebagai perwakilan-Nya, bukan pada sebuah laman yang bisa memuat tulisan. Namun, aku ingin menuliskan ini. Untukmu. Juga pengingat bagiku, bahwa aku pernah mengakui hal ini. Surat ini adalah sebuah pengakuan dosa yang ingin aku lakukan.

Maafkan aku karena dulu pernah begitu lancang memendam perasaan ini untukmu.
Maaf karena aku belum menjadi anak yang baik dengan membiarkan hatiku memunculkan perasaan itu. Aku tau bahwa aku salah. Perlu waktu panjang hingga aku bisa sampai pada titik ini. Perasaan itu dan perjalanan hingga pada titik ini, tidak hanya mengajariku soal menerima namun juga soal berusaha.

Teruntuk Ayah,
Bersamamu aku belajar untuk menerima..
Bersamamu aku belajar untuk berusaha..
Menerima apa yang terjadi pada hidupku. Membuatku peka untuk bergerak dan memperbaiki apa yang belum benar. Bukan memohon untuk mengganti kehidupanku.
Bersamamu aku berusaha, untuk memperbaiki, untuk meningkatkan kemampuanku dan untuk memantaskan diriku bagi orang sekitarku. Awalnya, ini hanya sebuah ‘balas dendam’ agar aku bisa ‘mengalahkanmu’. Namun sekarang, proses itu membentuk diriku. Menjadikan diriku. Yang seperti saat ini..

Teruntuk Ayah,
Aku benar-benar bersyukur. Tanpamu aku mungkin hanya gadis manja. Bersamamu, aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku denganmu. Membuatku berkesempatan mendapatkan ‘golden ticket’ untuk belajar kehidupan lebih awal. Walau bagi sebagain orang, hal itu terasa sangat sulit, tapi menjalani dan berdiri dari titik minus dalam hidup akan membuatmu lebih tangguh.
Dan aku mendapatkan itu..
Aku mungkin bisa dengan bangga berdiri dan yakin, akan diriku, hidupku dan dinamika dalam proses hidupku.

Teruntuk Ayah,
Terima kasih karena kau bersedia hadir dalam hidupku.
Terima kasih karena kau menjatuhkanku pada titik minus kehidupan pada usia cukup muda. Sekaligus menantangku untuk berusaha dan bangkit, merangkak hingga dapat berjalan naik dalam proses kehidupanku.
Terima kasih karena aku belajar banyak. Karena tanpa sadar, apa yang terasa sangat menyakitkan dan tidak ingin kita alami adalah guru paling sukses dalam hidup. Adalah pengalaman paling berarti yang membentuk diri kita.
Karena tanpa ingin kita akui, apa yang menyakiti kita adalah proses paling dalam dan paling bermakna dalam hidup. Hingga kita berdiri dengan bangga dan tangguh sambil tersenyum lalu mengakui siapa diri kita.


Sincerely

Rabu, 06 Agustus 2014

Teruntuk Semesta

Teruntuk Semesta,
Yang memberikan segalanya, terima kasih..
Yang menciptakan berbagai perasaan, terima kasih..
Yang mempertemukan orang-orang tersayang dalam satu lingkaran, terima kasih..

Teruntuk Semesta,
Yang memberikan kehidupan, terima kasih..
Yang menciptakan kesempatan untuk menjalani kehidupan, terima kasih..
Yang meminjamkan miliknya untuk kita rawat dan mengambilnya kembali saat kita berkecukupan, terima kasih..

Teruntuk Semesta,
Yang menjaga kehidupan, terima kasih..

Yang tak lelah berputar dan membangun kisah baru diatas bumi, terima kasih..

Selasa, 05 Agustus 2014

Anjing 9 Nyawa


Dear Bhebe yang ganteng..
Selamat malam Bhe, apa kabarmu? Sudah kah kamu menghabiskan makan malammu yang Ayah buatkan? Biasanya kamu nakal dan hanya mau memakan lauknya saja. Kadang Ayah hanya tertawa sambil berdecak “Dasar guguk nakal, maunya makan enak doang.” Tapi kami tidak bosannya memberikan makanan enak. Bahkan, kami kerap membagi roti sarapan kami untukmu. Dan kamu suka roti. Memang guguk bule kamu, Bhe..
Aku dengar hari ini kamu nakal. Iya kah? Kata Vincent kamu mencakarnya hari ini. Kamu memang sangat galak, Bhe. Kamu sering membuat banyak orang ketakutan. Dari jauh sekali pun karena mendengar teriakanmu yang keras dan lantang.

Dear Bhebe, cinta pertamaku..
Sungguh. Aku pernah berjanji. Pacarku besok harus bisa sama sayangnya padamu dan mau diduakan denganmu. Hahahaha konyolkan? Aku serius, Bhe. Kamu adalah cinta pertamaku.
Bagaimana aku tidak jatuh cinta padamu? Kamu adalah anjing paling kuat dan tangguh yang pernah aku punya. Kamu melewati dan menghadapi betapa banyak orang-orang jahat yang berusaha mengenyahkanmu. Kamu kuat, Bhe. Menghadapi mereka. Dan tangguh. Karena tanpa takut kamu akan tetap dengan santai melenggang melewati manusia-manusia yang menatapmu benci.
Kamu akan dengan santainya mlengos dan mengibaskan ekor coklatmu. Kamu akan dengan gaya melenggang dengan kaki pendekmu itu. Tanpa takut, tanpa merasa bahwa otak jahat mereka bisa kembali melukaimu. Kamu layaknya bad boysejati. Tidak takut apapun.
Walau sangat sombong diluar, kamu adalah anjing paling manja dan perhatian yang aku punya. Kamu selalu ikut menemani aku tidur. Menumpangkan kakimu dipinggir tempat tidur untuk berdiri dan menemaniku mengumpulkan nyawa. Kamu juga setia menunggu, aku dan keluargaku pulang. Menyambut kami dengan hangat dan melemparkan ciuman untuk kami.
Orang banyak mungkin takut padamu, namun sesungguhnya kamu adalah anjing yang manja. Kamu selalu colongan naik kasur di depan tivi. Bergelung pada kehangatan kasur itu. Lalu dengan muka memelas, memohon agar kami tidak mengusirmu dari sana saat kami melihatmu. Selain itu, kamu pun takut gelap dan petir. Setiap hujan lebat, kamu selalu berlari mendekati kami. Bergelung pada kaki kami, mencari perlindungan. Saat kami beranjak kamu akan dengan cepat berlari dan mengejar kami. Bahkan, saat petir menyambar dengan keras, kami menemukanmu sembunyi dibawah kursi atau meja.
Ya, kamu sudah sangat memenuhi kriteriaku, Bhe. Ganteng, bad boy, tapi juga penuh perhatian dan manja. Lalu, adakah alasan yang membuatku tidak jatuh cinta padamu? Salahkah aku jika mencintaimu begini besarnya?

Dear Bhebe, anjing kesayangan dengan 9 nyawa..
Aku ingat, kamu lahir di suatu pagi tanggal 11 Februari 2009. Kamu lahir bersama dua saudaramu, Kenin dan Gae. Dalam masa kecilmu, saat masih berumur 2 minggu, kamu harus merasakan betapa dunia kerap jahat dan tidak adil. Saat kamu baru bisa membuka mata dan melangkah, Ibumu, Heli, harus meregang nyawa karena racun yang entah diberi oleh siapa. Kamu, Kenin dan Gae harus menjadi anak anjing yang kuat. Minum dari susu kaleng dan mencari kehangat sendiri, tanpa ada Ibu yang menemanimu.
Tidak hanya Ibumu yang berhubungan dengan racun dan berusaha mempertahankan nyawa. Kamu, juga harus merasakan pahitnya dan sakitnya dipaksa untuk menutup usia. Sudah 3 kali, Bhe. Tiga kali kamu terjebak dalam sepotong daging enak yang terbalut racun. Tiga kali pula aku menangis berusaha menyelamatkanmu. Dengan air susu, air garam atau air kelapa. Apapun untuk menyelamatkanmu.
Memilikimu membuatku banyak belajar sekaligus pernah dengan lancang menyalahkan kehidupan. Salahkah jika kamu pernah hidup? Salahkah jika kamu, konon, adalah campuran dari hewan ganas bernama serigala? Dosakah kamu karena harus menerima label “haram”? Kenapa, Bhe, kenapa kamu dan temanmu yang lain harus diperlakukan seperti ini? Apa karena kamu menggongong dan mengaum alih-alih duduk manja sambil mengeong?
Jahat yaa aku, Bhe? Jahat karena pernah menyalahkan hidup ini. Tapi, tidak bolehkah aku melakukannya? Aku sangat marah, aku dendam, aku sedih. Karena tidak banyak yang bisa menerimamu. Karena banyak orang mencari cara dan alasan untuk membunuhmu. Melemparmu dengan batu atau memberikan jebakan beracun. Tidak bisakah mereka melihat bahwa semua makhluk ciptaan Tuhan adalah ciptaan yang memiliki kelembutannya sendiri, walau bergigi tajam, menggonggong dan campuran dari serigala?
Aku dendam, pada orang yang meneriakimu dan menyebutmu hewan tidak pantas hidup. Hewan yang selayaknya dibunuh karena haram. Aku marah, pada orang yang tidak bisa menerimamu. Yang menyiapkan batu besar ditangan untuk melemparmu juga tidak bosan membeli racun untuk membunuhmu. Aku sedih, pada orang yang menyakitimu, yang membuatmu kesakitan, membuatmu merintih. Melihat mata sendumu itu perlahan menutup lalu membuka lagi dengan sebuah pesan dan harap untuk bisa selamat. Bhebe, maafkan aku karena masih menyimpan perasaan ini. Aku sudah 3 kali kehilangan anjingku karena hal itu, karena kebencian dan ketidaksukaan orang pada hewan sepertimu. Aku tidak ingin kehilanganmu..

Dear Bhebe, anjing spesial yang Tuhan berikan untukku..
Aku menyebutmu memiliki 9 nyawa. Tidak salah memang, karena Tuhan selalu memberikanmu kesempatan untuk kembali berlari dan bermanja pada kami. Selama 5 tahun umurmu dari 9 nyawa itu, sudah 3 kamu berikan untuk racun. 2 lainnya kamu serahkan pada motor cepat yang melaju didepan rumah. Kamu membuatku cemas dengan 5 teriakanmu.
Sudah 5 kesempatan nyawa kamu berikan, Bhe. Sudah 5 kali teriakan kesakitanmu aku dengar. Itu artinya hanya tinggal 4 yang kamu miliki.
Masih cukup banyak. Namun, maukah kamu menyimpannya? Maukah kamu bertahan? Maukah kamu terus hidup, terus berlari, terus menggonggong hingga Tuhan yang menarik nyawamu? Maukah kamu melakukannya, Bhe? Maukah kamu terus berusaha untuk hidup apapun yang terjadi? Berjanjilah, Bhe. Tolong berjanji padaku.

Dear Bhebe..
Terima kasih..
Terima kasih karena kamu bersedia hidup. Terima kasih karena kamu bisa bertahan tanpa Ibu saat masih bayi. Terima kasih karena kamu mau terus ada disamping kami dan melengkapi keluarga kami. Terima kasih karena kamu dengan kuat bertahan. Terima kasih, terima kasih sekali, karena kamu selalu berusaha, berusaha melawan semua orang yang berusaha jahat padamu..
Aku sayang kamu, Bhe. Aku mulai takut kehilanganmu, karena perlahan kamu mulai beranjak tua. Berjanjilah Bhe, bahwa kamu akan terus berusaha hingga kamu tidak lagi mampu..

Love you,

sincerely, deeply, desperately..

Senin, 04 Agustus 2014

Jangan Lakukan Lagi

Dear Andre, yang mengaku mengenalku, rindu padaku dan ingin bertemu padaku..
Kamu memberikan shock terapi yang cukup hebat untukku siang ini. Aku benar-benar tidak mengenalmu atau tidak punya sedikit gambaran pun tentang dirimu. Tapi, kata-kata dalam pesan singkatmu berhasil membuatku ketakutan. Berhasil membuatku hampir menangis dan memikirkannya sepanjang hari.
Mungkin itu hanya sebuah pesan singkat yang acak kamu kirimkan pada siapa saja. Namun, kamu menyebut namaku, dengan sangat benar. Dan itu membuatku semakin ketakutan.

Andre, taukah, bahwa apa yang kamu lakukan itu membentuk ketakutan yang sangat besar? Berpikirkah kamu bahwa pesan singkat itu sangat menyakitkan?
Bagaimana kamu dengan lugas dan eksplisit menjelaskan apa yang kamu rasakan dan lakukan saat bercinta ‘denganku.’ Kalimatmu itu sama seperti mengulitiku habis-habisan. Membacanya membentuk sebuah ketakutan dan membuatku berpikiran macam-macam.
Secara psikologis, itu merupakan guncangan yang cukup besar untukku. Aku takut, jika di masa serba digital ini, kamu sudah menggunakanku sebagai pemuas nafsmu. Aku tiba-tiba berpikir jika kamu menggunakan fotoku atau membuat video yang tidak benar tentangku. Mungkin aku berimajinasi terlalu tinggi. Namun, apa yang harus aku katakan pada orang tuaku, saudaraku, teman-temanku atau pacarku jika itu benar terjadi? Apa aku yang harus menanggung semua ini? Aku takut, benar-benar takut karena pesan singkatmu ini. Kau membuatku sangat tidak nyaman.
Kau menyakiti perempuan dengan isi pesanmu. Perempuan yang sama seperti Ibumu, kakak atau adikmu bahkan pacarmu. Tidak sadarkah jika kamu secara tidak langsung menyakiti mereka?

Dear Andre, apa yang kamu lakukan itu merupakan sebuah kejahatan. Dan aku bisa saja menuntut itu. Sayangnya, aku bahkan tidak tau apakah kamu fakta atau hanya fiktif belaka.
Menurut UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) sebuah pesan singkat bisa menjadi sebuah alat bukti hukum yang sah untuk mengadukan sebuah pelanggaran. Kamu bisa terancam penjara hingga  paling lama 6 tahun dan/atau denda hingga satu miliar rupiah atas sebuah tindakan menyebarkan sebuah dokumen yang memiliki muatan melanggar kesusilaan.
Bahkan, pada tahun 2012, juru bicara Mahkamah Agung, Djoko Sarwoko, mengatakan jika sebuah SMS porno merupakan sebuah kekerasan seksual. Pesan singkat seperti itu merupakan bentuk kekerasan bagi perempuan. Di luar negeri, pesan singkat tersebut masuk dalam sexual harassment dengan ganjaran hukuman berat.


Dear Andre, apa pun alasan kamu melakukan ini, tolong jangan lakukan itu lagi. Tolong jangan buat semakin banyak perempuan menjadi tidak tenang dan tidak nyaman, jangan buat semakin banyak orang cemas. Pesan singkat yang kamu berikan padaku hari ini, seolah membuatku, sudah tidak utuh lagi. Tolong jangan pernah lakukan itu lagi. Coba pikirkan bahwa banyak ketakutan yang bisa kamu munculkan dari fantasimu atau dari sebuah karangan yang kamu sadur untuk kamu kirimkan secara acak. Coba pikirkan ulang dan pahami, makna dan fungsi dari nomor telpon seluler dan Handphoneyang kamu miliki.

Semoga aku tidak mengganggu tidur malammu yang nyenyak. Atau aktivitas apapun yang masih kamu lakukan saat ini. Terima kasih jika kamu menyempatkan diri membaca ini, selamat malam..