Selasa, 25 Desember 2012

Side Story about Christmas This Year :)


Aku mau mengakui sesuatu..
Entah kenapa, aku gak ngerasain sesuatu yang spesial pada Natal tahun ini. Beneran! Aku tidak merasa menunggu-nunggu tanggal 25, tidak begitu mengagumi gua natal di gereja, tidak terharu atau berkaca-kaca melihat hiasan natal di gereja, padahal biasanya aku bisa sangat sentimental dengan hal itu. Bahkan, acara muter mudika hari ini pun, aku merasa hidup karena bulian dari teman-teman. Bukan karena menyalami dan tersenyum sambil bilang “Selamat Natal”. Natal kali ini aku gak bisa dapet “rasa” yang biasanya, bahkan aku merasa lebih antusias menunggu rilis film Cinta Tapi Beda daripada Natal. Mungkin karena aku sangat sibuk Desember ini, atau ada yang salah dengan komponen tubuhku.
Yang membuat aku hidup Natal kemarin dan malah berkaca-kaca adalah saat wakil dari Dewan Paroki membacakan ucapan terimakasih, aku baru merasakan Natal setelah keluar dari Gereja. Rasa Natal sangat kuat terasa saat Dewan Paroki mengucapkan terimakasih untuk FPI, Banser, satgas salah satu partai, RT/RW sekitar gereja yang membantu dan menjaga keamanan gereja. Aku baru merasa Natal! Dan baru saat itu aku bertepuk tangan sambil berkaca-kaca dan menjerit tertahan “aaa, aku mau nangis!” :’) saat itu aku merasa hidup.
Aku selalu kangen saat Natal dan Paskah. Kangen karena anak-anak kecil sekitar gereja, yang aku tau pasti rajin ikut TPA di Masjid, meluangkan waktu tidur malamnya untuk mencegat kami untuk memberi tiket parkir dan menjaga motor kami. Kangen untuk ngucapin terimakasih sambil memberi sedikit karena sudah menjaga motor, dan kalo beruntung aku bakal dapet ucapan Natal atau Paskah dari mereka. Aku pernah beruntung sekali. Waktu itu, ada seseorang berpeci dengan senyumnya mengucapkan “Selamat Natal yaa Mbak” sambil menerima karcis parkir. Rasanya, aku seneeeeng banget! Dijalan aku nangis dalam diam, tentu saja setelah berteriak “aaa, aku mau nangis!” :D Mungkin rasanya kaya jatuh cinta,hahaha.
Aku mungkin masuk dalam jajaran manusia naif di dunia ini. Yang mencintai hal kecil, mencintai perbedaan yang ada, dan merasa hidup dari hal remeh seperti ini. Aku mungkin masuk dalam jajaran manusia naif di Indonesia, karena percaya Indonesia bisa maju, yakin ada begitu banyak keharmonisan di Indonesia, merasakan hidup diantara berbagai kekhasan Indonesia. Bahkan, aku merasa sangat Indonesia saat Mall-mall penuh hiasan ketupat setelah itu, tak lama penuh dengan Santa Claus. Juga sangat Indonesia saat melihat acara traveling Indonesia tentang Ngaben, acara live di tv yang memperlihatkan keindahan Borobudur dengan cahaya bulan purnama. See? Begitu banyak hal indah tentang perbedaan yang ada di Indonesia.
Bahkan, hanya dengan perbedaan hiasan di Mall. Diakui atau tidak, kita sangat hidup diantara perbedaan ini kok. Kita merasa senang, karena bisa ikutan belanja murah saat diskon besar Lebaran, antusias liburan saat ada penawaran paket liburan khusus Idul Fitri, bahkan juga tetep ikutan belanja dan liburan saat promo Natal. :D Saat puasa, yang tidak puasa pun ikut senang karena bisa ikutan ngabuburit dan gampang cari cemilan diantara pedagang yang menjamur sepanjang jalan. Saat Natal, anak-anak bisa sangat menggemari Santa Claus bahkan berebut berfoto bersamanya.
Tiba-tiba inget sama salah satu percakapan di film Cin(T)A, ”kenapa Allah nyiptain kita beda-beda kalo Allah cuma mau disembah dengan satu cara?”.. “makanya Allah nyiptain cinta biar yang beda-beda bisa nyatu”. Iyaa, betul banget. Walau saat ini, cinta beda agama identik menjadi hubungan terlarang, gak papa dong kalo aku bilang cinta itu bisa tumbuh menjadi besar saat kita bisa menerima hal kecil. Hal sangat kecil seperti merelakan anak kita berfoto bersama Santa Claus, sabar dan rela menonton Kultum atau terbangun karena teriakan sahur dari Mesjid. Dari kerelaan kecil inilah kelak bisa ada cinta besar diantara kita, diantara perbedaan yang ada. J
Aku yakin kok, Indonesia penuh dengan cinta. Cinta yang besar. Cinta yang ditunjukan FPI yang mau ikut menjaga gerejaku selama Natal tahun ini, cinta mudika katedral Jakarta yang juga ikut menjaga masjid Istiqlal, cinta orang-orang di Bali yang ikutan Nyepi dan gak ngapa-ngapain seharian, juga hal-hal kecil yang gak bisa aku liat langsung. Inilah Indonesia, cinta yang tersebar dan aku yakin masih ada dimana-mana.
Kenapa sih harus bertahan untuk tetap berantem? Tidak kah ini sudah cukup? Tidakkah sebenarnya kita bisa menerima perbedaan ini? Diantara kita, diantara perbedaan ini ada prinsip yang memang sudah jauh berbeda. Kalo pun kita mau egois dan meruntut sejarah panjang yang ada diantara kita, mungkin akan semakin banyak orang terluka. Terus, kenapa kita tidak menurunkan ego kita saja? Saling menghargai, dan tidak saling mengusik atau memaksakan prinsip yang berbeda.
Kalo memang ketupatmu dan gingerbreadku tidak bisa bersama, kenapa kita tidak saling berbagi? Aku membagi gingerbreadku, kamu membagi ketupatmu. Kita bisa saling berbagi, tanpa saling mengusik dan menjatuhkan. Cinta bisa dimaknai dengan sangat luas. Dengan saling berbagi hal kecil saja J dan hingga saat ini, aku berusaha untuk mencari dan melihat gingerbreadku dan ketupatmu bergandengan dan berjalan bersama.

Merry Christmas for you! :*
Happy holiday for another part of you! :*
And happy new year for ALL OF YOU! :*

Kamis, 20 Desember 2012

Inilah alasannya..


Hari ini, aku sedikit kaget dengan reaksi beberapa temanku tentang buku yang dijadikan tugas UAS. Dan tiba-tiba, aku inget punya draft ini HP.
Membaca ulang draft ini, menjadi jawaban tersendiri buat aku, menjadi pengingat untuk terus memupuk optimisme. Karena aku, golongan OPTIMIS! :D

“Kenapa aku beralih baca buku yang bertema nasionalis? Kenapa aku suka baca Indonesia Mengajar? Kenapa aku bisa sangat menyukai nasional.is.me?
Sebagai anak muda, yang belum memberikan apa-apa, aku Cuma ingin melihat Indonesia dengan lebih positif..
Sebagai anak muda, yang gak pengen melulu dijejali berita negatif, aku pengen mencari hal yang bagus tentang Indonesia..
Jatuh cinta pada keindahannya, juga mencintai keironisannya.
Tentang Indonesia, apa adanya..”

:')

Thank universe!!!


Pernah baca the secret?
Atau nonton semesta mendukung?
Dua hal yang aku sebutin tadi, membicarakan soal kekuatan semesta juga pikiran kita. Kekuatan pikiran positif kita yang membuat semesta bergabung dan mendukung kita, membuat kita berhasil.

Percaya?
Awalnya enggak, ehmm, sampe sekarang pun enggak juga kok. Enggak percaya 100% maksudnya.
Enggak percaya sama yang semesta bergabung yaa, tapi percaya sama kekuatan pikiran.  Dan kekuatan pikiran positif juga yakin sama apapun yang aku lakukan, membuat aku merasa sangat berhasil.

Aku gak pernah merasa seberhasil ini.
Beberapa cita-cita “jangka sangat pendek saat kuliah”, satu-satu udah mulai aku dapetin, satu-satu mulai membuat aku semakin terpacu. Dan satu-satu membuat aku semakin semangaaat.
Aku tau, perasaan “berhasil” yang aku dapet sekarang belom tentu bertahan lama, dan juga bukan akhir dari perasaan-perasaan “berhasil” yang lain. Jadi, aku masih harus menyiapkan banyak stok pikiran positif, semangat, keyakinan dan rasa syukur.
Yang pasti, positive thinking harus rajin dikembangbiakkan, dibelah seperti amoeba :D
Aku emang gak punya riset pasti tentang pikiran positif yang bisa membuatmu sukses, tapi sejauh ini, aku merasa pikiran postif itu sangat membantu.
Minimal, aku merasa yakin sama kemampuanku dan membuat aku merasa bisa melakukan segalanya. Jadi, saat gagal aku hanya merasa kemampuanku kurang dikembangkan, dan saat berhasil aku harus memaksimalkan lagi. Intinya, positive thinking itu membuat aku yakin akan “sesuatu” yang aku punya.

So, let’s grow your positive thinking spirit!!
Semoga kamu bisa juga merasakan perasaan “berhasil” yang aku rasakan, and then you’ll say “Thank universe!!” O:-)


Senin, 26 November 2012

Karena Tanpa Alasan..


          “Kenapa kamu suka sama dia?”
          “Gak tau.. Hmm, mungkin karena dia ganteng, lucu pinter lagi. Eh, gak tau ding! Yang pasti aku ngerasa nyaman.”

          “Kok kamu suka sama ini sih?”
          “Karena.. Karena?? Yaa, suka aja! Gak bisa dijelasin..”

          Pernah denger jawaban seperti itu?
          Apa yang kalian pikirkan?
          Merasa itu konyol? Tidak jelas? Atau tidak meyakinkan?

          Dulu aku juga begitu.. Dulu aku juga merasa, semua harus ada alesan yang jelas. Untuk masalah perasaan sekalipun.
          Tapi sekarang enggak.
          Aku bisa menerima ketidakjelasan. Aku udah bisa merasakan betapa  magis menyukai tanpa alasan, betapa jelasnya perasaan kita yang tidak bisa dijelaskan. Tapi, betapa nyamannya saat kita memilih untuk menyukai atau mencintai sesuatu. Tanpa ada alasan.
          Karena kadang kita lupa satu hal.
          Hati tidak bisa diajak berlogika. Sesuatu yang keluar dari hati, tidak bisa dengan mudah dicari alasannya.
          Aku sangat kagum dan merasa sangat takjub, saat mendengar teman atau orang bilang, “Aku gak tau kenapa aku bisa suka sama dia. Yang aku tau Cuma aku merasa nyaman”.
          Buat aku, mencintai atau menyukai tanpa alasan adalah magis. Dan itulah cinta atau suka yang sebenarnya.
          Kita tidak berusaha mencari alasan.
          Kita hanya merasa nyaman.
          Juga merasa lengkap.
          Senang. Bahagia. Kagum. Pada saat yang sama. Kadang juga ada sesuatu meledak disekitar kita.
          Kita mencoba menerima apa adanya.
          Kita tidak berusaha membanding-bandingkan.
          Kita selalu berusaha mempertahankan.
          Kita selalu berusaha memperbaiki, memperdalam.
          Dalam tenang, dan tak berusaha menggembar-gemborkan.

          Entah..
          Semua yang ada didunia ini, semua yang ada didekatku, orang yang mengelilingiku, perasaan disekitarku, terasa sangat magis.
          Karena aku merasa nyaman, merasa lengkap, merasa bahagia, merasa ingin mempertahankan dan berterimakasih.
          Aku mencintai, menyukai. Dan aku merasa itu benar.
          Karena semua, tanpa alasan..

"Pertunjukan" Jalanan


Hari ini, entah apa yang spesial.. Kalo liat tanggalan sih, tanggal 26. Buat aku, nothing special today. Tapi buat jalanan, kurasa hari ini cukup spesial..
Kenapa spesial? Karena sepanjang jalan kenangan, eh, jalan menuju kampus, aku liat dua pertunjukkan jalanan.  And know what? Ini sedikit epic yang dibumbui drama pemirsa.
Show pertama tadi pagi, aku kasih judul: “Ibu Polwan Turun ke Jalan.”
Kenapa harus judul itu? Bukankah emang udah seharusnya Ibu Polwan “turun ke jalan”?
Entah, apa karena pengetahuanku yang terlalu sempit soal ini, tapi sepengetahuanku, Ibu Polwan jaraaaaaaaanng banget aku liat di jalanan atau di berita kriminal? Iyaa, jarang. Padahal, kalo aku liat Ibu-Ibu Polwan yang tadi bawa spanduk, lumayan banyak loo..
Beneran, spanduk yang tadi bertuliskan, kurang lebih dan kalo gak salah tentang pemberdayaan perempuan itu dibawa sama 5-7 orang.. Belom lagi yang berdiri deret-deret di dipinggir jalan.
Satu pertanyaan buatku.
Sejauh manakah pemberdayaan itu sendiri ada pada tubuh kepolisian? Kalo aku jarang lihat Ibu Polwan “turun”, apakah pemberdayaan hanya dilakukan pada bagian administrasi? Lalu, bagaimana dong mengklarifikasi mindset anak-anak TK nan polos itu yang sudah terlanjur tertanam sosok heroik seorang Ibu polisi? Semoga pandanganku salah, semoga Ibu polisi memang punya tugas dan kerja heroik tersendiri. Jadi, besok aku bisa menjelaskan secara rinci sama anakku #tsaaaaahh~
Tapi, ada satu pikiran yang mengganjal.
Apa motif Ibu polwan turun kejalan hari ini? Apa karena kemarin adalah hari pemberdayaan perempuan? Apakah hanya itu?
Okee, disatu sisi, mungkin ini adalah cara untuk menyebarluaskan dan menginformasikan hari pemberdayaan perempuan yang diperingati setiap tanggal 25 November. Tapi, buat aku, kenapa aku merasa ini menjadi salah satu adegan kelatahan?
Kelatahan. Yaa, latah.
Latah karena tanggal. Karena hari pemberdayaan perempuan, terus semua yang merasa menjadi perempuan wajib turun ke jalan. Kenapa enggak setiap hari aja? Ini menjadi kelatahan tersendiri buat aku, saat kita berteriak meminta kesetaraan gender tapi ternyata hanya pada tanggal-tanggal keramat aja kita, sang wanita, turun kejalan. Kenapa begitu?

Show kedua adalah: “Hla saya kan..”
Tadi ada sedikit drama diperempatan MM.
Ada adu mulut antara bapak nyentrik dan ibu-yang-dibilang-karyawan-kampus. Entah gimana ceritanya tapi drama pagi hari itu cukup membuat para pengendara nonton sambil nunggu lampu ijo.
Aku gak tau pasti percakapannya, yang aku denger jelas Cuma ini:
          “Tapi, saya harus cepet-cepet ngantor. Ini udah hampir telat,” ucap sang Ibu.
          “Hla saya Cuma mau minta pertanggungjawaban Ibu aja, katanya Ibu karyawan di universitas bagus, harusnya ada etika yang Ibu tunjukkan dong.” Balas si Bapak.
Entah apa lagi, tau-tau si Bapak udah melambai dan manggil Pak Polisi.
Dengan santai, Pak Polisi dateng. Dengan gerakan bibir yang kurang lebih berujar “Ada apa ini?” lalu kedua orang itu buru-buru berusaha menjelaskan. Tanpa babibu Bapak Polisi langsung menengadahkan tangan dan melayanglah STNK masing-masing kendaraan. Lalu, Pak Polisi menunjuk kantor yang ada disebrang jalan, sepertinya disuruh ngurus di kantor.
Sayangnya, pas lagi mulai masuk klimaks, lampu udah ijo dan dengan enggan karena diberondong klakson, para penikmat drama itu harus segera beranjak. Aku gak tau apa kelanjutan dari drama itu, berakhir bahagia atau sedihkah? Entah. Aku tidak cukup selo untuk datang ke kantor polisi dan menanyakan ending-nya.
Hanya satu yang aku lihat.
Setiap orang, senetral-netralnya orang itu, semerasa salahnya orang itu, atau seputusasanya orang itu, saat mereka terdesak, saat mereka dipojokkan, tanpa sadar mereka akan berusaha membela diri. Itu naluri.
Naluri untuk menyelamatkan diri, walau mulut berbicara “aku tau aku salah, dan aku sudah cukup dewasa untuk menyadari” tapi kita tidak bisa menghindari naluri kita. Usaha kita untuk setidaknya membela diri, walau sebenarnya kita juga menyadari bahwa kita salah.
Pertunjukkan jalanan hari ini sedikit membingungkan.
Dibumbui drama, lucu namun juga sangat ironis. Betapa kompleknya hidup ini dan betapa njlimetnya jadi manusia.
Yaa, kompleks dan njlimet..

Jumat, 23 November 2012

Membaca Bintang


            “Eh, itu ada majalah. Cepet cepet ambil, kita liat zodiak minggu ini dulu!”
            Kurang lebih begitulah antusiasme kita pada salah satu rubrik yang selalu ada di majalah remaja perempuan. Zodiak. Rubrik satu ini seakan menjadi salah satu halaman paling wajib untuk dibaca. Membaca ramalan cinta,kesehatan juga keuangan minggu ini, semua menjadi paket komplit penentram hati bagi remaja perempuan. Lalu, apakah benar zodiak hanya sekedar ramalan saja?
            Zodiak berasal dari bahasa Latin Zoidiakos yang lalu dalam bahasa Yunani menjadi Zodiacus yang berarti tanda hewan kecil. Zodiak juga bisa disebut sebagai rasi bintang yang tampak dari bumi yang dilintasi matahari setiap tahunnya. Kemunculan Zodiak ini merupakan salah satu kegemaran masyarakat zaman dahulu yang kerap  membuat garis imajiner antarbintang. Dari garis-garis imajiner yang membentuk rasi bintang itu akan terbentuk sebuah gambar tertentu. Seperti gambar singa yang lalu kita kenal sebagai zodiak Leo.
            Secara ilmiah kita mengenal ilmu Astronomi, dimana ilmu tersebut mempelajari kejadian benda-benda langit diluar atmosfer bumi mulai dari Matahari, Planet, Bintang dan Bulan. Pada awalnya pun, zodiak merupakan bentuk penemuan ilmu Astronomi, dimana kita mengelompokkan bintang menjadi satu rasi dan membentuk bidang ekliptika atau area yang dilintasi matahari dalam siklus tahunannya menjadi 12 area dengan besar 30 derajat. Dalam setahun, jika matahari bergerak dalam waktu yang sama, maka dalam 30 hari matahari akan melintasi satu bidang zodiak. Maka itulah, kita mengenal zodiak berdasar bulan kita lahir.
            Dalam mitologi, zodiak memiliki berbagai cerita menarik dibalik lambang dan deskripsi setiap zodiak. Zodiak-zodiak yang kita kenal saat ini dan ramai dibicarakan oleh banyak orang adalah zodiak yang berasal dari mitologi Yunani. Zodiak mulai dari Aries, Pieces, Sagittarius dan yang lain menceritakan tentang dewa-dewi Yunani. Tapi, zodiak sendiri tidak hanya mempunyai cerita bersumber dari mitologi Yunani. Mesir juga mempunyai zodiak sendiri, dengan lambang, elemen dan cerita yang berbeda menurut dewa-dewi kepercayaan Mesir. Begitu juga dengan Suku Maya. Suku yang terkenal melalui ramalan akan akhir dunia pada tahun 2012 ini ternyata juga memiliki zodiak tersendiri.
            Zodiak Mesir atau pun zodiak Suku Maya mungkin tidak banyak diketahui orang. Seperti yang banyak kita tahu, Yunani dengan segala hasil pengetahuannya memang diakui sebagai peradaban yang maju dan pintar, namun lain lagi dalam hal zodiak. Menurut Museum Louvre di Prancis, Mesir sudah lebih dulu mengenal dan memakai zodiak dalam kehidupannya (terselubung.com). Dari sistem tanggal sendiri, zodiak Mesir dengan Zodiak Yunani memiliki selisih tanggal walau tetap berjumlah 12. Zodiak Mesir akan diawali dengan Sphinx, penjaga harta karun yang dimulai dari tanggal 27 Desember-25 Januari. Berbeda dengan zodiak Mesir, kita mengenal Aries sebagai zodiak pertama dalam mitologi Yunani yang bertanggal mulai dari 21 Maret-19 April. Capricorn (22 Desember-20 Januari) sebagai zodiak yang juga dimulai akhir Desember ini, memiliki selisih tanggal dengan zodiak Sphinx.
            Berbeda lagi dengan Zodiak Suku Maya. Suku Maya yang ahli dalam bidang Astronomi, Matematika dan yang lainnya ini dikenal sebagai suku religius yang membuat sendiri gaya menyembah Tuhan. Suku Maya memiliki berbagai sistem kalender sendiri yang digunakan sesuai dengan kebutuhan. Kalender Tzolkin yang berhari 260 memang menjadi pedoman dalam Astrologi Suku Maya, sedangkan kalender Haab memiliki kesamaan hari dengan dengan kalender biasa yang berjumlah 365 hari. Perbedaan jumlah hari ini akan sangat memusingkan bagi kita jika ingin mengetahui naungan zodiak kita dalam mitologi Suku Maya, terlebih tanggal lahir kita pada kalender biasa akan menujukkan tanggal yang berbeda bila dilihat melalui kalender Suku Maya. Sederhananya, dalam Astrologi kalender Haab akan memunculkan 19 zodiak dan kalender Tzolkin ada 20 zodiak.
Dalam perkembangan lampau, zodiak-zodiak ini muncul dari para pengamat langit yang pada dasarnya membuat garis-garis imajiner yang membentuk rasi bintang untuk membantu pengamat langit zaman dulu untuk tahu dimana letak benda-benda langit, sekaligus juga menjadi tanda mata angin atau petunjuk memulai musim.
Namun, dengan macam peradaban yang sama-sama bergantung pada benda-benda langit, baik Yunani, Mesir mau pun Suku Maya akan memberikan banyak pilihan zodiak juga bermacam-macam karakter pada setiap zodiaknya. Sistem zodiak yang akhirnya lebih kita kenal sebagai ramalan adalah bagian dari Astrologi.  Seperti yang kita tahu, Astrologi adalah ilmu yang mempelajari pergerakan benda-benda langit yang dihubungkan dengan masa depan, menentukkan nasib atau karakter seseorang dan mengunakan zodiak sebagai salah satu acuannya. Astronomi atau pun Astrologi memang berasal dari akar keilmuan yang sama. Namun, dalam perkembangannya kedua ilmu itu berjalan terpisah karena Astronomi mempelajari  pergerakan benda langit melalui penelitian ilmiah bahkan menggunakan teori-teori Fisika.
Zodiak memang menjadi salah satu fenomena alam yang ilmiah. Namun, dalam perkembangannya, zodiak memang menjadi ‘salah sejarah’ karena lebih dikenal sebagai ramalan. Padahal, jika kita baca lebih dalam lagi, karakter-karakter yang muncul adalah bentuk penggambaran dari dewa-dewi yang menjadi lambang dari setiap zodiak. Menggambarkan karakter dan kisah dibalik setiap zodiak, dan tidak semua orang dibawah naungan zodiak itu akan memiliki karakter atau garis cerita yang sama. Membaca bintang tidak hanya berbicara tentang ramalan, tapi juga tentang filosofinya, juga manfaat dari setiap rasi bintang yang ada.
Referensi
Cerita di Balik 12 Lambang Zodiak. http://terselubung.blogspot.com/2012/02/cerita-di-balik-12-lambang-zodiak.html. 22 Desember 2012
Mayan Astrology. http://horoscopes.lovetoknow.com/Mayan_Astrology. 22 Desember 2012
Melihat Ramalan Zodiak Secara Ilmiah. http://id.shvoong.com/exact-sciences/astronomy/2065492-melihat-ramalan-zodiak-secara-ilmiah/. 22 Desember 2012
Mengenal Zodiak Mesir. http://terselubung.blogspot.com/2009/10/mengenal-zodiak-mesir.html. 22 Desember 2012
Rahasia di Balik Zodiak kamu. http://dianacakes.wordpress.com/dibalik-simbol-zodiak/. Diunduh 20 Desember 2012
Ramalan Zodiak Suku Maya. http://www.koskosanku.com/artikel/serba-serbi/20/551/ramalan-zodiak-suku-maya. 22 Desember 2012
Sejarah Zodiak. http://rasibintang.wordpress.com/category/sejarah-zodiak/. Diunduh 20 Desember 2012
Zodiak dalam Astronomi. http://langitselatan.com/2011/01/20/zodiak-dalam-astronomi/. Diunduh 20 Desember 2012
Zodiak yang terus bergeser. http://sains.kompas.com/read/2011/01/20/10021175/Zodiak.yang.Terus.Bergeser. Diunduh 20 Desember 2012.
Zodiak: Astrologi atau Astronomi. http://deking.wordpress.com/2007/08/15/zodiak-astrologi-atau-astronomi-hanya-suatu-prequel/. Diunduh 20 desember 2012

Kenapa


Kenapa?
Kenapa bisa ada sejarah love at the first sight?
Kenapa bisa ada pepatah witing tresno jalaran saka kulino?

Kenapa?
Kenapa hanya dengan rintik hujan dan bulir air dijendela,  bisa merasa senang?
Kenapa hanya karena sebuah bola menjebol jaring, bisa begitu gegap gempita?

Kenapa?
Kenapa bisa menyebut nama Tuhan dengan cara yang berbeda?
Kenapa aku sawo matang, kamu kuning langsat?
Kenapa aku nasi, kamu sagu?
Kenapa bisa aku menjadi aku dan kamu menjadi kamu?
Kenapa bisa aku venus dan kamu mars?

Kenapa begitu banyak hal yang muncul tanpa ada alasan?
Kenapa bisa kita selalu mempertanyakan, tapi begitu khitmad menjalani?
Dan, kenapa ada begitu banyak kenapa?
Apa berbeda ini memang Dia ciptakan?
Atau kita yang selalu bertanya kenapa pada setiap yang berbeda?

Kamis, 15 November 2012

I wanna go home now :’)




Rumah adalah tempat dimana kita akan pulang, dimana kita akan kembali setelah berlari, setelah pergi, setelah melakukan banyak hal. Juga setelah kita menemukan hal lain yang lebih mengasyikan.

Rumah adalah tujuan kita dimana kita bisa aman, nyaman dan tenang. Makan, tidur, menangis, tertawa, melakukan semua hal tanpa takut, seakan tidak ada hal buruk terjadi diluar sana.

Rumah bukan hanya sebuah Tempat.
Rumah juga orang yang hidup didalamnya, yang memberi warna didalamnya.
Rumah adalah ‘tempat’ dimana kita akan pulang. Dimana kita akan kembali.
Orang-orang yang akan setia menyambut kita tak peduli apapun rupa kita saat kembali.

And, I wanna go home now. Home WHO I belong.
My home is all about you guys.

Tentang suka dan duka..
Tawa dan air mata..
Senyum dan cemberut..
Kata-kata manis dan gerutu..
Pelukan dan pukulan..

Really, i wanna go home. Right now.. :’)

Senin, 29 Oktober 2012

Mari Merenung...

Aku belajar selama 3 jam..
Dan selama 3 jam itu aku ditemenin lagu korea..
Aku bukan pecinta korea sih, tepatnya, aku penikmat semua musik. Err, enggak juga sih, ada beberapa aliran yang gak gitu aku suka,heheh J
Bukan Cuma musiknya yang akan aku bahas, yaa akan sedikit tidak fokus sebenernya,hehe *plaak!*
Selama 3 jam itu aku juga donlot beberapa part dari soundtrack salah satu drama korea. Daaaann, walau menghabiskan kuota, mengahabiskan batere laptop, menghabiskan waktu juga, begitu lagu disetel rasanya gak ada rasa nyesel karena menghabiskan beberapa waktu ataupun kuota.
Entah kenapa, rasanya puas banget dengerin lagu soundtrack itu, apalagi kalo inget bagaimana aku bisa menikmati drama itu. Yaa, hampir semua drama korea yang aku tonton selalu bikin aku puas dan betah nonton sampe tengah malam sekalipun. Tapi, coba bandingkan dengan sinetron? Errr, pasti baru liat iklannya aja langsung kita ganti.
Aku lalu iseng mendiskusikan ini sama Mbak Andien. Jawabnya, karena powerful dan total. “Liat aja pas adegan nyetir mobil, mereka kan beneran, gak kaya kita. Kalo nyemplung laut juga bener-bener ada lautnya.”
Yapp! Bener banget.
Mereka total. Mereka powerful.
Maksud sinetron kan membawa kita merasakan kehidupan yang berbeda dari kehidupan kita yang biasa. Drama korea bisa banget bikin kita gulung-gulung saking romantis dan manisnya cerita itu. Tapi, kalo sinetron kenapa kesannya jadi lebay banget dan gak masuk akal?
Bagaimana kalo mengadaptasi cerita dari drama korea? Heeemm, seperti yang sudah-sudah, kesannya jadi wagu *maaf*. Kita gak bisa lagi merasakan feel-nya. Gak ada rasa yang sama, padahal dengan cerita yang sama, juga dengan gaya pakaian, background keluarga, mobil yang mirip-mirip. Yang ada, para korea sejati akan dengan vokal berteriak kalo itu menjiplak. Hebatnya lagi, sebenernya kalo dicermati, dasar cerita drama korea itu mainstream banget-para penggemar drama korea pasti tau. Drama korea sebenernya gak jauh-jauh kok dari plot tertentu, tapi mereka tetap bisa mengemasnya menjadi spektakuler.
Lalu, bolehkan para senias Indonesia belajar ke Korea?
Aku sih juga gak mungkin membiayai sineas Indonesia untuk belajar ke Korea, dan aku juga gak memaksa mereka untuk belajar tentang drama korea. Tapi, banyak lah pasti dari kita yang pingin sinetron Indonesia punya kualitas yang sama dengan drama di Korea. Aku pribadi pun pengin punya sinetron yang setiap hari rajin aku pantengin, bukan kah produk dalam negeri harus kita unggulkan? Hehe ;D
Cuma yang aku takutkan adalah, banyak dari antara kita yang tidak suka jika kualitas sinetron kita naik. Sorry to say, aku capek kalo harus mendengar pecinta Korea berteriak bahwa Indonesia hanya mampu menjiplak. Sama seperti tragedi Boyband dan Girlband waktu itu.
Apa sih yang salah dari itu? Karena mereka ke-korea-korea-an? Karena gaya mereka? Karena ada lagu yang mirip?
Kalo itu, memang ada benarnya sih.
Sadarkah kita? Bahwa kita pernah berteriak-teriak juga dengan angkuh sewaktu band-band melayu menjamur? Kita bilang mereka kampungan *maaf*. Kita tidak suka dengan gaya mereka. Dan saat muncul Boyband dan Girlband yang sesuai pangsa pasar saat ini, kita juga tetap mendengar teriakan-teriakan sinis. Terus, kita tidak boleh berkembang dan belajar dari trend luar yang lebih baik, gitu?
Yaa, mungkin pecinta korea tidak terima karena BB-BG Indonesia debut dengan kemampuan standar yang jauh dari BB-BG korea. Tapi, kalo mau lebih membuka mata dan rela mendengarkan sebentar saja, BB-BG Indo sekarang juga gak sejelek dulu kok. Beberapa waktu lalu, aku liat mereka udah gak lipsync lagi, bahkan ada yang nyanyi lagunya Suju-Marry You dengan bagus. See? Kita hanya perlu waktu bagi mereka menunjukkan kualitas.
Dan yang pasti, harus ada kerelaan untuk mengapresiasi usaha para seniman Indonesia. Walau para seniman mengadaptasi trend dari hal yang sangat kita gemari. Dalam hal ini, tentu saja pecinta korea.
Ayolah, pasti banyak dari antara kalian yang mau berteriak lantang untuk mencintai Indonesia. Pasti!
Kalo gitu, aku pribadi gak minta banyak kok. Cuma sedikit kerelaan aja untuk kita belajar dari tetangga sebelah itu. Toh, yang kita pelajari bukan hal yang buruk kan? Dan hal itu juga meningkatkan kualitas tontonan di Indonesia, Kalo kita punya kualitas, kita para generasi muda Indonesia juga akan punya tontonan yang baik dan bermutu. Dan itu, membuat Indonesia jadi lebih keren!! Hahaha :D
Aku punya salah satu kutipan yang bagus dari komik Conan, kurang lebih itu berbunyi begini “Saat kamu menyukai segala sesuatu dengan berlebihan, kamu punya potensi untuk membenci hal itu lebih besar daripada orang biasa.” Kenyataannya adalah, saat kita menyukai hal lain, potensi negara lain, kita sekonyong-konyong meng-underestimate kemampuan negara kita sendiri.
Padahal, saat, mungkin saja suatu hari, kita jadi sangat membenci Korea kita mau balik kemana lagi kalo enggak ke Indonesia? Percayalah, seburuk apapun negaramu ini, kamu pasti akan kembali ke sini. So, just give a little trust to your dangerously beatidul country, Indonesia.
Saya golongan optimis! Dan berhubung kemaren abis Sumpah Pemuda, saya pemudi Indonesia yakin bahwa Indonesia juga punya potensi yang besar untuk menjadi trendsetter seperti Korea!!! Uyeeeee!! ^_^
Keep spirit and love your dangerously beatiful Indonesiaaa! :*

*tulisan ini terlahir karena inspirasi dari prinsip komunikasi yang digabungkan dengan lagu-lagu manis dari soundtrack Rooftop Prince. Hahaha, saking selonya ini gaaaess :p Oh iya, juga tidak bermaksud menyinggung siapapun,hanya kegalauan sajaaa :) *

Jumat, 26 Oktober 2012

Kunamai lengkingan keegoisan!




Pagi ini, karena libur, seperti biasa bunda ngajak aku ke pasar. Pasar yang gak jauh dari rumah, Pasar Mlati. Pas mau pulang, sebuah kejadian kecil bener-bener buat aku sedikit emosi dan semakin mensyukuri keputusanku untuk enggak sering-sering menggunakan klakson. FYI, Pasar Mlati itu terletak di Jalan Magelang. Kalo ada yang tau Makam Wahidin, naah ntu pasar ada disebrang makam. Pasarnya terletak di sisi-sisi jalan, yang notabene juga sebuah perempatan dan ada pabrik gak jauh dari perempatan, juga beberapa perumahan besar yang menjadikan jalan itu sebagai jalan utama.
So, bisa bayangkan betapa riweuhnya jalan yang satu itu? Dan waktu aku mau pulang, kena macet yang udah jadi hal biasa dipasar itu, ada satu mobil yang dengan anarkisnya mencet klakson sampe bikin telinga pengeng. Aku sebeeeeeeeeeell banget! Aku merasa pengendara mobil itu adalah orang rese, rese banget! Ini membuat aku semakin sebel dan males pake klakson.
      Aku punya klakson kok, malah suaranya masih super sekalee. Jadi aku jarang pake klakson bukan karena aku gak punya atau klaksonku gak bisa bunyi, tapi karena aku gak mau. Pertama karena aku kagetan, kalo denger ada klakson aja aku langsung kaget. Kedua, aku bisa bayangin kalo orang lain yang sama kagetannya kaya aku di-klakson-in, pasti yaa begitu rasanya. Yang ketiga, aku merasa kalo klakson adalah wujud kearoganan pengendara.
Bisa kah banyangkan, kita yang berkendara dengan mesin yang bisa ngebut dan melaju cepat ini masih aja merasa kurang merajai jalan jadi seenaknya maen klakson. Tapi, gimana dengan bapak-bapak penarik becak yang jangankan untuk ngebut, klaksonpun gak ada, Cuma bisa kring-kring lirih. Gimana dengan ibu-ibu yang naik onthel habis jualan dipasar dan masih bawa belanjaan? Gimana dengan anak-anak yang naek sepeda buat berangkat ke sekolah?
Karena takut terlambat? Okee, aku juga sering in rush dijalan karena takut telat ngampus. Tapi, semua orang yang ada dijalan itu juga merasakan hal yang sama. Telat ke kampus, ke kantor, ke sekolah, kita semua sama kan?
Merasa tersiksa dengan panasnya matahari dan polusi? Helllooow, semua yang ada dijalan itu juga sama kaliik! Ngerasain panas dan asap knalpot yang sama.
Terus kenapa kita harus dulu-duluan? Kita semua punya tujuan yang sama kok. Disatu sisi aku juga gak bisa boong kalo aku sebel di bangdjo, apalagi kalo dobel kena lampu merah, jadi suka selap-selip gitu. Aku merasa wajar kalo yang punya mobil itu nglakson karena takut mobil baret.
Tapi, kalo mobil yang jelas-jelas bisa ngeliat, di depan aja gak bisa gerak karena saking crowded-nya masih nglakson? Itu aku benci. Semakin benci lagi kalo misal dijalan macet, ada pengendara sepeda yang ada didepan mobil itu juga diklakson. Super-duper benci sekali adalah saat pengendara sepeda, mau bapak-ibu-atau-anak, jalan pelan di depan mobil, diklakson, bapak-bapak becak atau penjual minuman dingin yang pake gerobak lewat juga diklakson. Entah gimana lagi ngejelasin rasa sebel aku, sampe mau nangis rasanya :’(
Itulah kenapa aku bilang klakson adalah wujud keegoisan! Para pemilik mobil yang mapan itu, tidak bisakah sedikit membagi kebahagiaan? Tidak bisakah sedikit saja mengalah untuk para pesepada itu untuk juga ikut merasakan kepemilikan atas jalan yang mereka lalui? Para pemilik mobil yang tidak ikut merasakan panas matahari menyengat kepala pengendara sepada dan juga motor, untuk rela mempersilahkan mereka jalan duluan? Toh, taruhan, yang naik mobil akan jauh lebih cepat sampai dibanding pesepeda.
Tidak bisakah untuk sedikit lebih sabar? Janganlah terlalu egois.. Hanya dengan paling tidak, tidak seenaknya membunyikan klakson atau memberi kesempatan para pesepeda untuk nyaman di jalan.
Oh please, jangan merutuki kemacetan! Mau tidak mau kita harus menyadari, bahwa keegoisan kita untuk tidak menikmati menggenjot sepeda atau berdesakan dan panas-panas di bis lah yang membuat jalanan penuh. Jangan bilang ini salah pemerintah karena transportasi masal yang gak diurus atau ekspansi perusahaan asing, mulailah dengan menyadari diri kita sendiri! Mulailah dengan memahami keegoisan kita akan kebutuhan kita. Juga mulailah untuk membayangkan bagaimana rasanya menjadi para pesepeda yang selalu dianggap salah saat dijalanan, bayangkan juga kalo kita tidak mampu membeli motor atau mobil dan berakhir dengan sepeda.
Aku tidak memungkiri kalo klakson penting juga, aku tau itu. Tapi, dengan kenyataan yang aku sebutkan tadi, aku pribadi dengan keegoisanku menamai bunyi klakson sebagai teriakan keegoisan. Maaf jika ada yang tersinggung, tapi ini namanya udah sebel banget gaes, hahaha :D Lalu, bagaimana kalian menamai bunyi klakson kalian? Itu terserah kalian :)
Just patient and be a good rider, gaess! ;)


Gambar diambil dari Google.

Senin, 15 Oktober 2012

Wasting Time with Quality Chit-Chat :')


Hari ini, entah berapa jam aku habiskan untuk ngobrol ngalor-ngidul.
Kenapa aku betah ngobrol? Pertama karena aku cerewet, kedua karena aku suka ngomong, ketiga karena aku gak kuat diem lama,hahaha :D kesimpulannya? Yaa begitulah..

Sebenernya, tadi nunggu seseorang untuk konfirmasi masalah jadi ketemu atau enggak. Karena nanggung dan males pulang, akhirnya ngobrol berdua didepan pos satpam. Ditemani mendung hitam, sayup-sayup percakapan sinetron ditivi, juga semilir angin yang bikin masuk angin, berdua bareng MbakSist ngobrol apa aja yang bisa dibahas.

Awalnya Cuma soal acara yang lagi disiapin sama angkatan, nyambung cerita tentang temen, berlanjut ke ‘keheranan’ MbakSist karena jarang komunikasi sama orangtua, dan berakhir ke masalah ‘baca-membaca’ hati si MbakSist. Ada bagian juga aku mendapat kehormatan karena MbakSist memberikan compliment yang sangat indah buatku *Makasi MbakSist :* *

Yaa, kadang biasa aja. Terlalu biasa malah apa yang kita obrolin. Hemm, gak mutu? Mungkin saja. Tapi buat aku enggak. Aku suka menghabiskan waktu untuk bercerita, karena ada banyak poin yang sebenernya bisa kita dapat. Secara personal, semakin dekat dengan MbakSist, tentu saja. Tapi, disisi lain, aku semakin memahami bagaimana aku harus berhadapan dengan MbakSist, juga semakin memperbesar perspektifku tentang suatu masalah atau seseorang dari tanggapan MbakSist. Hal kecil yang berarti, buatku.

Setelah berjam-jam ngobrol sama MbakSist, rombongan Jogingers datang sodara-sodara. Dengan baju yang sebenernya nanggung basahnya, tapi langsung teriak-teriak ngajak makan.

Hla terus joging-nya fungsinya apa dong? Wong, selesai joging langsung makan kok -________- ckckck. Cuma berhubung aku juga kelaperan, ikut aja deh sama geng Jogingers ini,hahaha :D

Setelah melalui perdebatan alot juga penjurian yang tidak mudah, diputuskan lah sebuah tempat. Muter-muter doang sih, soalnya jatuhnya ketempat itu juga. Hahhaha, kebiasaan emang! :P

Awalnya kami memilih duduk beralaskan tikar dan beratapkan langit yang sedikit kelap-kelip karena petir. Rada serem, tapi tetep so sweet kayak FTV ;)

Memulai pembicaraan itu, biasanya memang diawali dengan makan. Dan setelah perut kenyang, pembicaraan apapun bisa kita lakukan. Yaa, kembali chit-chat. Chit-chat tentang apa saja.

Okee, memang aku yang membuka masalahnya disini.
Sedikit memaparkan kegalauan hati gitu deh. Pengen denger gimana tanggepan mereka. Supaya, kembali lagi, memperbesar perspektifku tentang suatu masalah. Juga menjelaskan pada mereka apa yang aku risaukan. Aku hanya ingin berbagi, aku hanya ingin punya sedikit kenangan tentang mereka. Menghabiskan waktu bersama, saling mendengarkan, menghargai pendapat orang, menilik masalah lebih dalam dan melihat dari berbagai sisi, mencari solusi bersama.

Buatku, ngobrol adalah mencuri momen paling legal, selain memotret. Rasanya, selalu ada sensasi lain yang bisa aku bawa pulang. Ada senyum, ada tawa, ada gurauan, ada kerutan di kening, ada rasa tersinggung, meluapkan kekecewaan, kelegaan. Bayangkan, itu adalah momen paling komplit yang bisa kita temukan. Dua sisi emosi dalam satu bahasan. Ada kenangan, juga pembelajaran.

Semakin lama, aku semakin bisa memaknai apa manfaat ngobrol bagiku.
Dan apa manfaatnya bagiku? Ada banyak. Banyak banget banget banget pake banget! :D

Ngobrol yang baik tentu saja tergantung bahan obrolan apa yang kita ambil. Bukan berarti harus berisi tentang politik, ekonomi atau update info terbaru. Ngobrol yang berkualitas adalah bagaimana kita memaparkan sebuah kalimat untuk kita bahas dan selami bersama. Okee ini sedikit berat, tapi saat satu kalimat itu bisa menciptakan banyak sudut pandang dan pertanyaan yang lain, ada sebuah kualitas didalamnya.

Setelah berjam-jam ngobrol hari ini, aku membawa banyak hal. Ada banyak hal keren dan menakjubkan yang bisa aku temukan hanya dari sekedar chit-chat.

Ngobrol, bukan hanya sekedar saling mendengarkan, didengarkan, memaparkan dan merespon. Bukan hanya sekedar tertawa, bercanda, melempar tisu atau memukul gemas. Apapun bahasan atau topik obrolan yang kita lakukan, akan ada sesuatu hal yang bisa kita renungkan dan pikirkan.

“Membuang” waktuku untuk ngobrol bersama teman-temanku atau siapapun itu, buatku adalah sebuah hal tentang melihat, memperhatikan, membaca dan memahami. Melihat lebih jauh, memperhatikan lebih teliti, membaca lebih jelas dan memahami lebih dalam. J

Have a quality chit-chat, gaeeess J

Ps: Ngobrol yang baik juga merupakan ngobrol tanpa keautisan didalamnya. Tidak ada ngobrol yang baik saat satu kelompok dalam satu meja ngobrol secara lisan tapi juga bertelepati dengan HP ditangan,hahaha.. Iya kan MbakSist? ;)