Selasa, 25 Desember 2012

Side Story about Christmas This Year :)


Aku mau mengakui sesuatu..
Entah kenapa, aku gak ngerasain sesuatu yang spesial pada Natal tahun ini. Beneran! Aku tidak merasa menunggu-nunggu tanggal 25, tidak begitu mengagumi gua natal di gereja, tidak terharu atau berkaca-kaca melihat hiasan natal di gereja, padahal biasanya aku bisa sangat sentimental dengan hal itu. Bahkan, acara muter mudika hari ini pun, aku merasa hidup karena bulian dari teman-teman. Bukan karena menyalami dan tersenyum sambil bilang “Selamat Natal”. Natal kali ini aku gak bisa dapet “rasa” yang biasanya, bahkan aku merasa lebih antusias menunggu rilis film Cinta Tapi Beda daripada Natal. Mungkin karena aku sangat sibuk Desember ini, atau ada yang salah dengan komponen tubuhku.
Yang membuat aku hidup Natal kemarin dan malah berkaca-kaca adalah saat wakil dari Dewan Paroki membacakan ucapan terimakasih, aku baru merasakan Natal setelah keluar dari Gereja. Rasa Natal sangat kuat terasa saat Dewan Paroki mengucapkan terimakasih untuk FPI, Banser, satgas salah satu partai, RT/RW sekitar gereja yang membantu dan menjaga keamanan gereja. Aku baru merasa Natal! Dan baru saat itu aku bertepuk tangan sambil berkaca-kaca dan menjerit tertahan “aaa, aku mau nangis!” :’) saat itu aku merasa hidup.
Aku selalu kangen saat Natal dan Paskah. Kangen karena anak-anak kecil sekitar gereja, yang aku tau pasti rajin ikut TPA di Masjid, meluangkan waktu tidur malamnya untuk mencegat kami untuk memberi tiket parkir dan menjaga motor kami. Kangen untuk ngucapin terimakasih sambil memberi sedikit karena sudah menjaga motor, dan kalo beruntung aku bakal dapet ucapan Natal atau Paskah dari mereka. Aku pernah beruntung sekali. Waktu itu, ada seseorang berpeci dengan senyumnya mengucapkan “Selamat Natal yaa Mbak” sambil menerima karcis parkir. Rasanya, aku seneeeeng banget! Dijalan aku nangis dalam diam, tentu saja setelah berteriak “aaa, aku mau nangis!” :D Mungkin rasanya kaya jatuh cinta,hahaha.
Aku mungkin masuk dalam jajaran manusia naif di dunia ini. Yang mencintai hal kecil, mencintai perbedaan yang ada, dan merasa hidup dari hal remeh seperti ini. Aku mungkin masuk dalam jajaran manusia naif di Indonesia, karena percaya Indonesia bisa maju, yakin ada begitu banyak keharmonisan di Indonesia, merasakan hidup diantara berbagai kekhasan Indonesia. Bahkan, aku merasa sangat Indonesia saat Mall-mall penuh hiasan ketupat setelah itu, tak lama penuh dengan Santa Claus. Juga sangat Indonesia saat melihat acara traveling Indonesia tentang Ngaben, acara live di tv yang memperlihatkan keindahan Borobudur dengan cahaya bulan purnama. See? Begitu banyak hal indah tentang perbedaan yang ada di Indonesia.
Bahkan, hanya dengan perbedaan hiasan di Mall. Diakui atau tidak, kita sangat hidup diantara perbedaan ini kok. Kita merasa senang, karena bisa ikutan belanja murah saat diskon besar Lebaran, antusias liburan saat ada penawaran paket liburan khusus Idul Fitri, bahkan juga tetep ikutan belanja dan liburan saat promo Natal. :D Saat puasa, yang tidak puasa pun ikut senang karena bisa ikutan ngabuburit dan gampang cari cemilan diantara pedagang yang menjamur sepanjang jalan. Saat Natal, anak-anak bisa sangat menggemari Santa Claus bahkan berebut berfoto bersamanya.
Tiba-tiba inget sama salah satu percakapan di film Cin(T)A, ”kenapa Allah nyiptain kita beda-beda kalo Allah cuma mau disembah dengan satu cara?”.. “makanya Allah nyiptain cinta biar yang beda-beda bisa nyatu”. Iyaa, betul banget. Walau saat ini, cinta beda agama identik menjadi hubungan terlarang, gak papa dong kalo aku bilang cinta itu bisa tumbuh menjadi besar saat kita bisa menerima hal kecil. Hal sangat kecil seperti merelakan anak kita berfoto bersama Santa Claus, sabar dan rela menonton Kultum atau terbangun karena teriakan sahur dari Mesjid. Dari kerelaan kecil inilah kelak bisa ada cinta besar diantara kita, diantara perbedaan yang ada. J
Aku yakin kok, Indonesia penuh dengan cinta. Cinta yang besar. Cinta yang ditunjukan FPI yang mau ikut menjaga gerejaku selama Natal tahun ini, cinta mudika katedral Jakarta yang juga ikut menjaga masjid Istiqlal, cinta orang-orang di Bali yang ikutan Nyepi dan gak ngapa-ngapain seharian, juga hal-hal kecil yang gak bisa aku liat langsung. Inilah Indonesia, cinta yang tersebar dan aku yakin masih ada dimana-mana.
Kenapa sih harus bertahan untuk tetap berantem? Tidak kah ini sudah cukup? Tidakkah sebenarnya kita bisa menerima perbedaan ini? Diantara kita, diantara perbedaan ini ada prinsip yang memang sudah jauh berbeda. Kalo pun kita mau egois dan meruntut sejarah panjang yang ada diantara kita, mungkin akan semakin banyak orang terluka. Terus, kenapa kita tidak menurunkan ego kita saja? Saling menghargai, dan tidak saling mengusik atau memaksakan prinsip yang berbeda.
Kalo memang ketupatmu dan gingerbreadku tidak bisa bersama, kenapa kita tidak saling berbagi? Aku membagi gingerbreadku, kamu membagi ketupatmu. Kita bisa saling berbagi, tanpa saling mengusik dan menjatuhkan. Cinta bisa dimaknai dengan sangat luas. Dengan saling berbagi hal kecil saja J dan hingga saat ini, aku berusaha untuk mencari dan melihat gingerbreadku dan ketupatmu bergandengan dan berjalan bersama.

Merry Christmas for you! :*
Happy holiday for another part of you! :*
And happy new year for ALL OF YOU! :*

Kamis, 20 Desember 2012

Inilah alasannya..


Hari ini, aku sedikit kaget dengan reaksi beberapa temanku tentang buku yang dijadikan tugas UAS. Dan tiba-tiba, aku inget punya draft ini HP.
Membaca ulang draft ini, menjadi jawaban tersendiri buat aku, menjadi pengingat untuk terus memupuk optimisme. Karena aku, golongan OPTIMIS! :D

“Kenapa aku beralih baca buku yang bertema nasionalis? Kenapa aku suka baca Indonesia Mengajar? Kenapa aku bisa sangat menyukai nasional.is.me?
Sebagai anak muda, yang belum memberikan apa-apa, aku Cuma ingin melihat Indonesia dengan lebih positif..
Sebagai anak muda, yang gak pengen melulu dijejali berita negatif, aku pengen mencari hal yang bagus tentang Indonesia..
Jatuh cinta pada keindahannya, juga mencintai keironisannya.
Tentang Indonesia, apa adanya..”

:')

Thank universe!!!


Pernah baca the secret?
Atau nonton semesta mendukung?
Dua hal yang aku sebutin tadi, membicarakan soal kekuatan semesta juga pikiran kita. Kekuatan pikiran positif kita yang membuat semesta bergabung dan mendukung kita, membuat kita berhasil.

Percaya?
Awalnya enggak, ehmm, sampe sekarang pun enggak juga kok. Enggak percaya 100% maksudnya.
Enggak percaya sama yang semesta bergabung yaa, tapi percaya sama kekuatan pikiran.  Dan kekuatan pikiran positif juga yakin sama apapun yang aku lakukan, membuat aku merasa sangat berhasil.

Aku gak pernah merasa seberhasil ini.
Beberapa cita-cita “jangka sangat pendek saat kuliah”, satu-satu udah mulai aku dapetin, satu-satu mulai membuat aku semakin terpacu. Dan satu-satu membuat aku semakin semangaaat.
Aku tau, perasaan “berhasil” yang aku dapet sekarang belom tentu bertahan lama, dan juga bukan akhir dari perasaan-perasaan “berhasil” yang lain. Jadi, aku masih harus menyiapkan banyak stok pikiran positif, semangat, keyakinan dan rasa syukur.
Yang pasti, positive thinking harus rajin dikembangbiakkan, dibelah seperti amoeba :D
Aku emang gak punya riset pasti tentang pikiran positif yang bisa membuatmu sukses, tapi sejauh ini, aku merasa pikiran postif itu sangat membantu.
Minimal, aku merasa yakin sama kemampuanku dan membuat aku merasa bisa melakukan segalanya. Jadi, saat gagal aku hanya merasa kemampuanku kurang dikembangkan, dan saat berhasil aku harus memaksimalkan lagi. Intinya, positive thinking itu membuat aku yakin akan “sesuatu” yang aku punya.

So, let’s grow your positive thinking spirit!!
Semoga kamu bisa juga merasakan perasaan “berhasil” yang aku rasakan, and then you’ll say “Thank universe!!” O:-)