Jumat, 28 September 2012

Kegalauan Televisi Indonesia


Televisi merupakan media telekomunikasi yang berfungsi untuk menerima gambar bergerak beserta suara. Televisi sendiri berasal dari kata “Tele” dari bahasa Yunani yang berarti jauh, dan bahasa Latin “Visio” yang berarti penglihatan. Jadi, televisi dapat diartikan sebagai alat telekomunikasi penerima gambar bergerak dan suara jarak jauh.
Televisi Indonesia sendiri mengalami banyak perkembangan. Dari hanya satu channel menjadi beberapa channel stasiun TV swasta hingga puluhan stasiun televisi lokal. Berbagai acara juga disuguhkan oleh stasiun TV Indonesia. Mulai dari berita, talkshow, sinetron hingga reality show. Namun, pada kenyataannya, sinetron-sinetron Indonesia bergerak lebih cepat daripada acara-acara informatif atau edukatif yang lain.
Pemirsa televisi saat ini mungkin sudah jengah dengan sajian sinetron yang tidak jelas. Apalagi tidak ada peran edukatif  di dalamnya. Dengan bebas, dari anak kecil hingga Ibu-Ibu rumah tangga bisa menonton sinetron kapan saja. Bahkan, acara edukatif yang seharusnya bisa kita lihat dengan porsi lebih besar harus tergusur dengan jam tayang sinetron.
Bagaimana dengan tema yang disajikan?? Banyak hal tidak baik yang muncul dalam sinetron Indonesia. Berbagai ketidakrasionalan menjadi salah satu hal besar yang selalu ada di sinetron Indonesia. Keluarga kaya dengan pekerjaan yang tidak jelas, tokoh protagonis yang seakan tidak punya hidup selain disiksa, bahkan anak sekolah yang memakai rok mini diatas lutut.
Sinetron Indonesia seakan miskin cerita. Sinetron kejar tayang yang silih berganti menghiasi layar kaca, lama-kelamaan menampilkan cerita yang bertele-tele. Semakin lama, pemain tidak punya kehidupan. Kehidupan pemain seakan hanya berkutat pada rumah sakit, pembalasan dendam, rahasia-rahasia yang tidak jelas tentang asal usul keluarga, koma, ditemukan meninggal tapi kemudian hidup kembali dan lupa ingatan.
Rating sinetron yang melonjak tinggi dan iklan yang semakin lama menjejali durasi sinetron membuat para penonton menjadi jenuh dan capek dengan cerita yang tidak ada akhirnya. Abstraksi cerita dan tokoh di dalam sinetron juga semakin jelas terlihat. Penulis skrip sinetron kejar tayang seperti mulai putus asa dan kehilangan kreativitasnya. Sinetron dibuat hanya untuk mempertahankan rating bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan.
Tidak hanya itu, sinetron Indonesia juga terkenal dengan jalan cerita yang mirip dengan drama negara lain atau film negara tertentu. Tentu saja dengan jalan cerita yang lebih dramatis, panjang dan abstraksi sebagai ciri khasnya. Sudah banyak sinetron Indonesia yang muncul bersamaan dengan ‘kakaknya’ yang ditayangkan di channel televisi lain. Sebagai penulis skrip sinetron, banyak yang tidak mendalami esensi cerita yang ingin di tampilkan. Esensi dalam cerita pun menjadi ala kadarnya dan cenderung tidak bermutu. Akhirnya, tanggapan jelek atau plagiarisme lah yang membayangi sinetron tersebut.
Bagaimana dengan sinetron jaman dulu? Dilihat dari kecanggihan pengambilan gambar, jelas sinetron jaman dulu jauh berbeda dengan sekarang. Pemain sinetron jaman dulu pun tidak ‘secerah’ jaman sekarang. Tapi, kerinduan akan cerita yang dekat dan masuk akal yang disajikan dalam sinetron jaman dulu menjadi hal yang dicari penonton. Bukan hanya sinetron yang mengedepankan emosi.
Tentu saja masih banyak diantara kita yang sempat menikmati bahkan menjadi penonton setia dari sinetron Keluarga Cemara. Keluarga Cemara menjadi contoh sinetron yang melekat dan memberikan hiburan yang bermutu. Sinetron yang bercerita tentang keluarga sederhana yang terdiri dari Abah, Emak dan ketiga anaknya ini, menggambarkan dengan begitu manis perjuangan sebagai keluarga. Sinetron ini juga memunculkan tata krama dan kehidupan sederhana yang dekat dengan kehidupan kita yang sebenarnya. Pesan-pesan moral, seperti pentingnya cinta kasih bukan semata-mata harta, juga mengalir lancar dari cerita yang ditontonkan.
Bukan hanya Keluarga Cemara yang menjadi contoh kualitas sinetron Indonesia, Si Doel Anak Sekolahan juga menjadi salah satu sinetron yang di gemari masyarakat Indonesia. Si Doel juga muncul dengan cerita yang menarik dan dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Keluarga sederhana yang mengutamakan pendidikan bagi anaknya. Kesederhanaan, pengorbanan, cinta kasih dalam keluarga juga menjadi latar bagi sinetron ini.
Kesederhanaan cerita inilah yang menjadi kerinduan para penikmat sinetron Indonesia. Jaman boleh berubah, teknologi dan kebiasaan juga sudah berubah. Tapi, perubahan ini bukan menjadi alasan utama menurunkan kualitas cerita dari sinetron Indonesia. Sudah saatnya sinetron Indonesia tidak hanya menggembar-gemborkan harta, gaya hidup hedonis, atau kata-kata kasar. Walau sebagai salah satu acara hiburan, pesan moral dan kerealistisan juga harus dimunculkan untuk bisa dinikmati oleh kalangan luas. Juga sarana pendidikan bagi anak-anak yang mulai kehilangan acara yang bersifat edukasi. Sudah saatnya televisi bergerak untuk kembali menawarkan acara mendidik dan bermutu, bukan hanya sekedar kegalauan yang sedang trend dikalangan anak muda saat ini.

Daftar Pustaka

Rabu, 26 September 2012

Beneran deh, aku pengeeeen sembuh looo!

Pecinta novel?
Yapp, pasti yang addict sama karya yang satu ini, pernah, paling enggak, sekali memikirkan tokoh dalam novel yang dibaca.. Rasanya aku-ingin-keliling-dunia-hingga-berhasil-menemukanmu-sebagai-orang-yang-nyata, minimal ketemu orang yang agak mirip pas jalan kemana gituuuu.. Jadi merasa gak delusional banget,haha :D

Saking delusionalnya, aku sampe nodong salah satu kakak kelasku buat cerita kronologis tawuran anak SMA,hahaha :D Silly question, right? Tapi, namanya juga addict berat.. :p
Gak cuma nodong pertanyaan konyol kaya gitu, selama perjalananku menikmati ranah novel aku juga bisa menjadi orang super-duper autis. Beneran deh, sumpaaah! Sampe ada temenku yang bilang "gak perlu lagi beli novel, Desti dengan senang hati bakal cerita panjang x lebar x tinggi tentang novel yang dia baca. Plus dialognya, quotes-nya, sampe mimiknya pas baca aja bisa bikin kita tau itu pas bagian sedih, gembira apa sengsara." Okee, bener-bener autis kan yaa? Sampe gak tega mau kedip sama narik nafas,hahaha

Dan, pagi ini aku kembali autis..
Gara-gara buka web salah satu penerbit buku. Jadi males mandi, males kuliah, yang ada cuma glundang-glundung sambil meluk-meluk novel. Buka-buka novelnya lagi, cekakak-cekikik sendiri, sampe susah nafas+kedip, berkaca-kaca karena baca quotes. Gilaa? Sudah biasa kok. Udah banyak juga yang bilang kaya gitu.

Aku merasa sakit pemirsaaaahh!
Sakit karena hipnotis kata-kata, karena tokoh novel yang super-duper keren, karena fantasi cerita yang terlalu indah untuk jadi real. Saking komikalnya hidup dan imajinasiku, repot sendiri deh aku jadinya. Salah satunya adalah, terlalu sensitif, gampang galau dan gampang nangis! Sampe punya list harus punya cowok yang mendekati tokoh novel favorit! Nah loo..
Ohmaaaaayy! Really, aku bener-bener pengen sembuh loo.. Gimana caranya gaess??
Berhenti baca novel?
Ehmm.. Susaaah!
Gak ngebayangin tokoh novelnya?
Ehmm.. Gak mungkin banget!
Dapet cowok yang kaya tokoh novel?
Ehmm.. Menurut lo bisa dapet gak? -_____-

Nah kyaaaaann, beneran deh gaesss, aku pengen sembuhh looo.. Pengen sembuh dari delusional ini,wkwkw :D

Senin, 17 September 2012

Percakapan yang Enggak Mainstream..


“Mbok jangan ngomongin komunikasi terus, mainstream banget..”
Hahahha, kejebak deh sama Mbak seksi sekali, eh seksi acara yang satu ini. Alhasil, jadi sibuk deh mikir mau ngasih pertanyaan apa.
Lalu, tercetuslah pertanyaan “Mbak K-Pop bukan?” langsung dijawab enggak pemirsaaaahh.. Yaah, mikir lagi deh mau tanya apa. Setelah ditanya-tanya, ternyata Mbak Ajeng ini adalah salah satu SheilaGank.
Mbak Ajeng sukaa banget sama Sheila. Mbak Ajeng bilang kalo suka ngikutin konser-konser Sheila yang di Jogja. Bahkan nih yaa, Mbak Ajeng pernah foto barengan Om Duta waktu kampanye walikota kapan itu. Dan aku ditunjukin fotonya. Asli kok pemirsaa,hahaha :D
Waktu ditanya apa banyak juga temen yang jd SheilaGank, Mbak Ajeng bilang emang gak banyak, “tapi siapa sih yang gak suka Sheila??” Beneeeerr bgt deh Mbak.. Walau Om Duta udah 'om-om' banget, suaranya tetep kereeen kok-ikutan membela.
Terakhir nih, yg sedikit heboh juga maksa *piss mbak*. Mbak Ajeng pengen banget bisa duet sama Om Duta. Dan sesuai harapan Mbak Ajeng, seluruh kampung saya berteriak mengamini sampai bumi bergetar Mbaak “Amiiiiiiinnn!!” Besok kalo jd duet aku diajak yaa Mbak,hehe ;)
Glad to know you, Mbaaaakk.. J

Minggu, 16 September 2012

Berhasil PDKT..


Naaahh, testimoni kali ini agak spesial pemirsaaahh.. Akhirnya aku bisa pdkt juga sama salah satu pembawa kamera yang bikin aku merem-melek kepengen bisa kalungan kamera juga,hahaha :D
Pembawa kamera itu adalah Mbak Nawang.
Selain spesial karena bisa pdkt sama pembawa kamera ini, ternyata kita juga punya kesamaan. Sama-sama pecinta senja dan suka foto-foto. Bedanya kalo Mbak Nawang motret objek, kalo aku maunya jadi objek foto,wkwkw
Ditanya soal kamera analog nih, Mbak Nawang langsung terkekeh “ada yang gampang kenapa pake yang susah??” Lalu, keluarlah penjelasan yang menurutku bener juga buat para pecinta fotografi. Menurut Mbak Nawang yang dapet wejangan ini dari kakak angkatan-kalo gk salah, belajar fotografi itu harusnya dibalik. Bukan dari analog ke digital, tapi dari digital ke analog. Kalo skillnya udah keren dan bagus pake digital, pake kamera apapun bakalan bisa. Jadi akan mudah buat kita make kamera analog yang lebih susah.
Kamera analog emang punya kejutan tersendiri sih soal hasil, tapi kalo masih belajar bakal makan banyak biaya. Kan 1 roll film isinya Cuma 36 jepret, jadi akan boros banget kalo kita belajar pake analog. Nahh, temen-temen jangan keder yaa kalo mau nenteng-nenteng DSLR J
Mbak Nawang ini emang aktif di PPC. Waktu ditanya suka hunting foto sama siapa, nama Mas Fauzi disebut nih. Kalo diliat, Mas Fauzi dan Mbak Nawang ini emang sering keliatan nenteng kamera,hehe.. Mbak Nawang juga bilang suka hunting dengan ngajak sodaranya.
Kepuasan hasil foto bagi Mbak Nawang adalah saat bisa mendapatkan foto sesuai apa yang dia inginkan. Foto yang sesuai apa gambaran yang ada dikepalanya.
Diakhir cerita, aku minta ajarin Mbak Nawang potret-memotret. “Hahh?? Diajarin? Belajar bareng, aku juga masih belajar kok.”
Okee deh Mbak Nawang semoga besok kita bisa huting sambil belajar bareng yaak.. Mas Fauzi diajak gak Mbak? #ehh wkwkwk :D
Glad to know you, Mbaaaakk J

Sabtu, 15 September 2012

Karena Menggambar..


“Aku suka gambar karena menggambar itu bisa menjelaskan apa yang gak bisa diungkapkan kata.”
Ciyeee, so sweet sekalee yaa kata-kata ini :D Tapi, menurut aku memang itu lah gunanya gambar, foto, atau lukisan didunia ini. Menjelaskan apa yang gak cukup kita ungkapkan dengan kata.
Mbak Inas ini sedikit ‘terjerumus’ dikomunikasi karena awalnya pengen bisa masuk sekolah seni. Tapi, saat ditanya apakah menyesal? Jawaban tegas langsung Mbak Inas cetuskan. “Hidup sih dinikmatin aja, ngapain nyesel? Toh, sekarang udah bisa menikmati” Yapp!! Betul sekali, tak kenal maka tak sayang J kenalan dulu baru deh bisa ngomong suka atau enggak, asik atau enggak..
Karena kesukaannya pada gambar menggambar ini, Mbak Inas sudah 2 kali menjebolkan gambarnya dipameran berskala nasional. Kereeen kann?? Mbak Inas juga udah beberapa kali memamerkan gambarnya di Delayota Art. Sukses terus deh mbak buat gambar menggambarnya, besok aku diajarin gambar juga yaa.. Minimal bikin garis lurus lah mbak, soalnya gak pernah sukses bikin garis lurus, hahaha :D
Glad to know you, Mbaak..

Jumat, 14 September 2012

Pacaran Dalam Mention



Pacaran merupakan hal lazim yang menjadi topik bahasan utama para remaja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau) menjadikan dia sebagai pacar.  Secara alamiah, perkembangan hormon akan memicu munculnya ketertarikan dengan lawan jenis. Hal inilah yang membuat remaja menjadi sibuk dengan love life-nya.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa pacaran dalam masa remaja merupakan hal yang biasa. Begitu juga saat kita melihat sepasang ABG berjalan bersisian saat di mall atau sebuah bioskop. Tapi, seringkah kita melihat sepasang ABG makan bersama dan duduk dengan BB ditangannya? Atau, kerapkah mention dengan sapaan “sayang” mampir di timeline kita? Bagaimana reaksi kita? Apakah kita menganggap wajar hal itu?
Hal itu mungkin sudah menjadi hal biasa bagi kita. Kenyataan yang ada menunjukkan tingginya tingkat komunikasi dengan modal jaringan internet dan jari yang siap menari diatas keyboard menjadi trend sendiri bagi remaja saat ini. Apakah penyebab maraknya pacaran lewat mention ini? Hilangkah kebiasaan berkomunikasi langsung?
Sejatinya, hubungan pacaran, atau hubungan biasa lainnya, itu dibangun dan didasari oleh adanya komunikasi yang baik dan nyaman antarindividu. Komunikasi yang baiklah yang menjamin hubungan dapat berjalan dengan baik.
Akan tetapi, kenyataan tentang kebiasaan remaja zaman sekarang telah berbeda. Menurut riset yang dilakukan Common Sense Media, “90 persen remaja telah menggunakan media sosial secara aktif” (http://salingsilang.com/baca/infografik-kehidupan-remaja-di-era-media-sosial, diunduh 12 September, 19:44). 51% dari 1000 remaja Amerika Serikat yang diriset menggunakan Facebook sebagai sosial media yang sering mereka gunakan. Begitu juga dengan kecanduan menggunakan telepon genggam. Dengan riset yang sama muncul 41% remaja kecanduan dengan telepon genggam.
Sosial media memang membawa banyak keuntungan bagi kita saat ini. Kemudahan berkomunikasi lintas negara, lintas benua dapat dengan mudah kita lakukan. Kecepatan mengakses dan meng-update info juga membuat banyak orang keranjingan sosial media. Sosial media memiliki kecepatan real time yang hanya membutuhkan satu klik saja. Kemudahan mengirim gambar, video, dan jaringan internet yang sudah banyak terjangkau membuat sosial media semakin menjadi alternatif komunikasi.
Dengan maraknya penggunaan sosial media, marak pula penggunaan sosial media untuk pacaran. Sosial media merupakan alternatif untuk menghilangkan rindu bagi pasangan Long Distance Relationship (LDR). Dengan adanya sosial media ini, jarak yang terbentang seakan jadi lebih dekat. Hal inilah yang membuat banyak remaja sekarang mulai “autis” sosial media.
Disisi lain, ada hal yang tidak kita sadari dari penggunaan sosial media dalam berpacaran. Tanpa kita sadari, kadang perkenalan dengan seseorang melalui dunia maya membawa dampak yang buruk. Salah satunya kekerasan dalam pacaran.  Perkenalan singkat dengan manipulasi identitas dapat memerangkap kita. Perkenalan melalui sosial media dapat berujung dengan hubungan seks kerap terjadi dan menjadi embrio dari kekerasan dalam berpacaran.
Kecemburuan yang tak terkontrol juga merupakan dampak buruk dari sosial media. Kita jadi mudah berprasangka terhadap pasangan kita. Dengan kemudahan akses memiliki teman baru yang tinggal klik, membuat kita lebih mudah curiga. Kita menjadi rutin membuka profile pacar kita dan selalu mencurigai mention yang ditujukan untuk pacar kita. Kewaspadaan yang tinggi membuat kita merasa wajib memantau jejaring sosial pasangan kita. Kita pun jadi selalu mempertanyakan keberadaan pacar kita saat melihat update Google+ atau Foursquare. Akhirnya, muncullah pertengkaran yang tidak dapat kita hindarkan. Kemudahan mengakses sosial media akan dengan mudah memancing emosi dan menjadi bumerang dalam hubungan asmara. Apalagi dengan tingginya tingkat update pasangan kita.
Secara tidak langsung, sosial media membawa rasa curiga dan waspada yang berlebihan terhadap pasangan kita. Kepercayaan yang menjadi landasan sebuah hubungan lama kelamaan terkikis oleh mention atau status yang muncul dari akun pasangan. Itulah sebabnya diperlukan komunikasi langsung untuk menyeimbangkan kecurigaan kita. Esensi dari komunikasi verbal yang mudah dipahami, efisien dan menghindari adanya miskomunikasi menjadi sarana peredam kecurigaan. Komunikasi verbal yang memperhatikan intonasi juga ekspresi dapat membantu memperjelas pesan yang akan disampaikan. Itulah sebabnya mengapa komunikasi verbal tidak bisa dihilangkan dari sosialisasi.
Kemudahan berkomunikasi melalui jejaring sosiallah yang memunculkan trend berpacaran via sosial media. Kemudahan yang ada ini memunculkan rasa ketergantungan juga kecanduan para remaja. Memilih jalan mudah dalam berkomunikasi, juga dalam pacaran, membuat kita mengutamakan sosial media ketimbang berbicara langsung dengan pasangan kita. Padahal, tak kita pungkiri bahwa ‘kevulgaran’ jejaring sosial membawa kecemburuan yang berlebihan bagi kita. Jejaring sosial bisa dengan mudah menghancurkan kepercayaan kita terhadap pasangan. Tidak ada lagi privasi dalam berpacaran. Semua kata-kata indah, romantisme juga kemarahan terumbar dalam sosial media.
Dalam riset Common Sense Media juga muncul harapan para remaja untuk kembali ke masa lalu dimana belum ada sosial media. Mereka ingin kembali merasakan bercakap-cakap dengan bertatap muka secara personal. “I enjoy seeing [my friends] laugh at my jokes- saya senang melihat teman saya tertawa karena candaan saya”, merupakan salah satu alasan kenapa 1000 remaja Amerika Serikat memilih untuk kembali berbicara personal. Komunikasi verbal tidak hilang dari kebiasaan kita. Banyak rasa nyaman yang bisa kita dapatkan dari komunikasi verbal yang kita lakukan, hanya saja sosial media dengan kemudahannya membuat kita cenderung berlebihan menggunakannya. Hanya bagaimana kita mengolah kesadaran kita untuk menggunakan sosial media sesuai kebutuhan kita, terutama dalam berpacaran.



Daftar Pustaka

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Balai Pustaka:Jakarta.–dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kamus_Besar_Bahasa_Indonesia_Pusat_Bahasa (diunduh 12 September, 19:40)

Gak Ada Yang Brondongable..


“Angkatan kalian gak ada yang brondongable.”
Begitu mendengar kalimat itu dari Mbak Thya, ketawa langsung menyembur dari mulut. Terlebih dari pesan yang Mbak Thya minta. Menambah koloni cowok diangkatan 2012, kita jelas aja hanya bisa terseru dan meminta pertolongan cara menambah jumlah cowok. Jawabannya? “Gak mau tau, itu harus dibanyakin lagi!” Hlaa gimana caranya Mbak?? Hihi ;-)
Seru!  Itu yang dirasain begitu ngobrol bareng Mbak Thya. Kita sama-sama Red Devil loo, Mbak. Sayang banget gak sempet banyak ngobrol soal MU dan kegiatan futsal yang kemarin itu. Hahaha :-D
Mbak Thya juga gak segan memberikan tips menjadi-mahasiswa-sukses-yang-tak-perlu-banyak-mencatat-atau-rajin-kuliah. Cukup SKSD sama kakak kelas, itu caranya. :-D Mbak Thya juga mengingatkan kita kalo mata kuliah yang menyebalkan pun akan ada kalanya kita butuhkan, jadi semua mata kuliah itu sama pentingnya.
Glad to know you, Mbak..

PS: Terimakasih pesan dan wejangannya brondongable-nya bener gak tuh mbak nulisnya?

Hujan Pertama..


 

"Kenapa kamu suka hujan?"
Cengiran lebar akan menyambut pertanyaan itu. "Karena hujan romantis"
"Tapi gerimis lebih romatis daripada hujan," tandasnya lagi. Ngeyel.
Aku merenung. Diam menatap titik-titik hujan yang turun, sambil menjulurkan tanganku merasakan titik hujan yang jatuh dari genting.  "Udah gitu bikin kita semua basah."

Lalu, menghela nafas panjang. aku berbalik menatapnya.
"Hujan itu anugerah," aku balik menatapnya. Kerutan dalam sontak muncul didahinya.
"Saat kamu membenci hujan, apakah kamu tau kalo beras yang kamu makan butuh hujan?"
Dia hanya mampu terdiam. "Saat kamu meratapi hujan yang turun, banyak petani yang bersorak. Saat kamu terdiam menunggu hujan, banyak orang beeduyun-duyun menuju sumber air."
Aku tersenyum simpul. "Hujan itu keseimbangan."
Lagi-lagi ia mengerutkan keningnya. "Hujan itu air yang akan mendinginkan otak kita dari panas matahari. Hujan akan membuat kita bertahan dikantor, atau halte sekalipun dan menunggu. Hujan membuat kita diam dan tak tergesa-gesa. Kita menikmati waktu kita, beristirahat sejenak tanpa merasa dikejar waktu. Dan saat hujan turun, semua terlihat lebih jelas dan segar. Semua terlihat lebih cerah."
Rintik-rintik hujan mulai mengecil. Memunculkan sedikit sinar matahari dari balik awan hitam.
"Pelangi yang indah pun butuh hujan. Tanpa ada guyuran hujan yang kita rutuki itu, kita tak akan bisa melihat keindahan dilangit kelabu. Awan hitam itulah yang membawa warna-warni pelangi.."
"Itu kenapa aku suka hujan. Ada banyak hal yang bisa kita lihat lebih jelas. Juga bau tanah basah yang membuat kita tidur nyenyak saat hujan turun.."

Kamis, 13 September 2012

Aku Cuma Iseng..

"Aku masuk UGM cuma iseng."
"Aku masuk komstra cuma iseng."
Itu adalah kalimat yang diucapkan oleh Mas Imet, yang jujur bikin mlongo beberapa orang yang ada didekatnya.
Saya pribadi, merasa Mas Imet adalah orang yang lucu dan unik. Senang bisa berkenalan dengan kakak angkatan yang unik seperti dia. Tetapi saya suka kalimat yang selalu mengikuti kalimat "aku cuma iseng"-nya itu, "Aku cuma iseng karena belom pernah mencoba hal itu".. Intinya, mencoba hal yang belom pernah kita lakukan..
Hahaha :D glad to know you, Mas..

Selasa, 11 September 2012

Terima kasih kampuuuuuusss :)


“Jika A sama dengan Sukses dalam hidup, maka A sama dengan X ditambah Y ditambah Z. X sama dengan Bekerja, Y sama dengan Bermain dan Z sama dengan Tutup Mulut” - Albert Einstein

Pesan di Hari Pertama..


Senin kemarin, cukup menjadi trend tersendiri bagi beberapa mahasiswa baru di Jogja. “Hari pertama masuk kuliah” kurang lebih menjadi update-an status di twitter atau BBM. Status itu menunjukkan antusisme yang tinggi menghadapi hari pertama mereka menjadi mahasiswa.
Bagi saya dan teman-teman, mungkin kemarin bukan real hari pertama kuliah. Sudah ada beberapa hari yang kami habiskan di kampus. Namun, kemarin menjadi hari pertama kami memakai KRS sebagai pedoman mata kuliah dan ruang yang kami gunakan. Yaa, cukup ada antusiasme tersendiri untuk itu.
Bagi saya, kemarin juga bukan hari pertama menghabiskan dua kali lipat uang jajan SMA saya. Untuk tugas pertama kuliah kemarin, saya dan teman kelompok saya sudah mengunjungi 2 tempat makan and spent our money there. Waktu makan sih enggak terasa, tapi begitu buka dompet, kerasa banget berapa banyak uang yang sudah kami habiskan.  Jurus terakhir untuk memenuhi dompet yaa hanya minta uang lagi atau terpaksa gesek kartu sakti di ATM, dan itu rasanya berdossaaaaaaaaaaa banget!! Mungkin buat beberapa orang enggak, tapi buat saya ini cukup membebani hati saya ;)
Investasi kuliah memang bukan sekedar bayar SPP atau SKS, jajan sana-sini, tugas ini-itu juga menjadi akun penambah pengeluaran. Banyak memang, banyak sekali.
Lalu, sebuah pesan dari dosen baru saya yang keren, Mas Nunung, menjadi pesan pertama yang sangat dalam bagi saya. Kurang lebih isinya seperti ini “SOP, BOP, atau apapun itu namanya, hanya sebagian kecil pengeluaran yang akan kalian habiskan selama masa kuliah kalian. Semakin lama kalian menunda kelulusan kalian, semakin banyak uang yang harus orang tua kalian keluarkan. Dan tanpa kalian sadari, tukang becak yang disana itu, juga tukang sate yang disana, ikut membayari uang kuliah kalian.”
Saya senang kuliah, saya juga sudah nyaman dengan teman-teman baru saya, tapi saya gak mau menghabiskan lebih banyak uang orang tua saya untuk kuliah saya. Terlebih, uang tukang becak atau tukang sate yang disana. So, saya harus menantang diri saya untuk segera menyelesaikan kuliah saya.
Btw, makasi pak tukang becak atau tukang sate disana. Terima kasih juga untuk orang tua saya yang mau membayari kuliah saya, juga Mas Nunung yang sudah mengingatkan kami. Kami belajar banyak kemarin, khususnya saya sih,hehe.. J

Jumat, 07 September 2012

Karya yang Muda


Karang Taruna adalah organisasi sosial pengembangan kaum muda pada tingkat Desa/Kelurahan yang bergerak pada bidang kesejahteraan sosial. Karang taruna sendiri bergerak atas dasar kesadaran juga adanya tanggung jawab sosial terhadap wilayahnya. Dari, oleh dan untuk masyarakat sekitar.
            Organisasi yang didirikan dan dibina oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia ini, akan bergerak dan berfungsi sesuai dengan kebutuhan wilayahnya dan memiliki ciri khas sesuai karakteristik masyarakatnya. Karang taruna menjadi salah satu tempat untuk bertukar informasi dan melatih keterampilan bagi para kaum muda. Karang taruna bisa menjadi salah satu tempat dimana pemuda yang putus sekolah dapat tetap belajar dan berbagi informasi.
            Nasib karang taruna saat ini banyak dipandang sebelah mata dan dianggap tidak bisa menunjukkan eksistensinya. Tidak ada gong dari segala bentuk kegiatan yang karang taruna lakukan. Dan perhatian masyarakat akan pentingnya menggerakkan karang taruna sebagai wadah berorganisasi bagi kaum muda juga sudah semakin menghilang. Lalu bagaimana perkembangan atau pergerakan dari karang taruna itu sendiri? Apakah masih ada karang taruna yang bergerak dan berfungsi? Masih bisakah kita berharap adanya gerakan karang taruna atau kaum muda yang aktif membangun dan membentuk karakter kaum muda?
            Kita mungkin hanya bisa menghela nafas dan tidak bisa berharap ada karang taruna yang masih bergerak aktif. Tapi, Karang Taruna Jaya Kusuma yang menjadi karang taruna Desa Singosaren, Banguntapan, Bantul ini, muncul untuk menunjukkan adanya eksistensi karang taruna yang tidak disadari oleh masyarakat.
Karang Taruna Jaya Kusuma ini berdiri sejak tahun 1984. Karang Taruna Jaya Kusuma ini berusaha memberi kesempatan bagi masyarakat desanya untuk meraih pendidikan setinggi mungkin, mendapatkan informasi seluas-luasnya, dan bisa memberi peluang ekonomi untuk dikembangkan masyarakat.
Lisa Lindawati, gadis kelahiran Bantul, 7 Juli 1987 ini menjadi salah satu penggerak aktif Karang Taruna Jaya Kusuma. Lisa yang sejak tahun kepengurusan 2012 ini menjadi ketua, sudah bergabung dengan Karang Taruna Jaya Kusuma sejak tahun 2009. Lisa terjun dalam kepengurusan karang taruna karena merasa adanya tanggung jawab sosial untuk masyarakat desanya. Ia mendapatkan akses pendidikan dengan mudah, karena itu merasa wajib untuk membagikan ilmunya agar semua pemuda desanya ikut merasakan pendidikan.
Disinilah kinerja kepengurusan Karang Taruna Jaya Kusuma bergerak. Dengan struktur organisasi yang tidak jauh berbeda dari organisasi kepemudaan lainnya, Karang Taruna Jaya Kusuma memiliki pengurus inti seperti ketua, sekretaris dan bendahara. Pengurus inti ini dibantu oleh beberapa seksi antara lain, seksi Humas, Usaha Kesejahteraan Sosial, Lingkungan Hidup, Olahraga dan Seni, Kerohanian, Pendidikan dan Pelatihan dan Kesehatan. Untuk menyelesaikan aspek yang menjadi fokus penyelesaian masalah, dibutuhkan banyak kerja sama antarseksi. Dalam menyelesaikan masalah putus sekolah, tidak hanya seksi pendidikan yang bekerja, harus ada solusi yang berjalan didalamnya, seperti mengembangkan softskill, pengembangan indutri kreatif. Dibutuhkan kerja sama antarseksi yang ada, karena diperlukan kerja secara multidimensi untuk menyelesaikan masalah ini.
Cara yang Karang Taruna Jaya Kusuma kembangkan untuk memberikan kesempatan pendidikan adalah membangun sanggar belajar bernama Sinau Bareng yang dalam Bahasa Indonesia berarti belajar bersama, ada juga pojok baca. Sarana ini dimunculkan untuk menularkan semangat dan optimisme bahwa orang desa juga bisa berkarya dan bermanfaat. Program kerja yang akan dilakukan tahun ini adalah mengoptimalkan sanggar yang ada. Akan ada sosialisasi kejar paket B untuk setara SMP dan kejar paket C untuk setara SMA, ada juga pelatihan-pelatihan pengembangan softskill seperti desain grafis. Pelatihan yang ada ini memang dijadwalkan khusus secara teratur tapi tidak bersifat mengikat pemuda untuk ikut terus-menerus, membebaskan pemuda untuk memilih sesuai kebutuhannya.
Masalah dana bukanlah menjadi salah satu masalah yang mendasar. Dengan bantuan dana dari Alokasi Dana Desa, iuran swadaya, donasi dari perusahaan yang ada disekitar Desa Singosaren juga hasil ekonomi produktif cukup membantu kegiatan yang akan dilaksanakan. Tapi, kurangnya mental pembelajar dan semangat optimisme para pemudanya membuat kegiatan yang ada jadi sedikit terhambat. Ditambah lagi dengan 8 dusun dengan kepengurusan dan kegiatan yang terpisah membuat koordinasi ditingkat desa sedikit sulit. Dengan berbagai kegiatan dan gesekan yang mungkin terjadi antarpemuda menjadi tugas Karang Taruna Jaya Kusuma untuk menyatukan semua dusun yang ada. Menumbuhkan kepedulian kaum muda akan sesuatu yang menjadi milik sesama, Desa Singosaren tempat mereka tinggal.
Kurangnya keaktifan karang taruna di desa lainnya memang tidak bisa sepenuhnya digeneralisasikan. Perbedaan karakteristik desa juga mempengaruhi jalan keluar dan solusi yang harus dipilih. Namun, sebagai salah satu karang taruna aktif di Kabupaten Bantul, Karang Taruna Jaya Kusuma dalam setiap pertemuan antar 76 karang taruna Bantul membagikan usaha yang telah mereka lakukan untuk menarik dan menginspirasi karang taruna lain untuk terus bergerak. Salah satu hal yang penting adalah kepekaan untuk mengenali desanya dan menunjukkan optimisme untuk terus berkembang.
Masalah mental dan kepekaan pemuda memang menjadi salah satu masalah yang banyak diperbincangkan saat ini. Tidak adanya antusiasme pemuda untuk turut aktif mengembangkan wilayah menjadi salah satu penyebab hilangnya gerakan kreatif membangun bangsa. Rasa rendah diri dan skeptisme orang terhadap pemuda membuat pemuda menjadi enggan untuk bergerak. Selain itu, rendahnya optimisme yang tumbuh dibenak pemuda membuat mereka terbelenggu dan menunggu adanya perubahan yang mengikutsertakan mereka. Seperti yang dikatakan Pandji Pragiwaksono dalam bukunya, “Tidak ada yang salah dengan Indonesia. Indonesia sudah ada dijalan yang benar, hanya saja kita terlalu fokus pada kesalahan Indonesia sehingga lupa pada kebaikan dan potensi Indonesia.”
Apakah kita masih bisa berharap pada gerakan kaum muda? Jawabannya iya! Pemuda Indonesia masih sangat bisa untuk diperhitungkan. Lihatlah Karang Taruna Jaya Kusuma yang berusaha untuk menyejahterakan pemuda desanya, sadarilah bahwa banyak mahasiswa dan pelajar yang berkompetisi dan membawa pulang emas bagi Indonesia, mereka adalah contoh nyata yang harus kita pertimbangkan. Semangat muda tidak pernah padam, hanya perlu sedikit kelonggaran dan tempat bagi pemuda bergerak kreatif dan aktif.


Daftar Pustaka

Wawancara langsung dengan Lisa Lindawati, ketua pengurus Karang Taruna Jaya Kusuma.
Pragiwaksono, Pandji. 2011. Nasional.is.me. Bentang: Jakarta.

Iklan "Rumahku Indonesiaku"


Mengikuti iklan-iklan yang dimunculkan oleh merek dagang rokok memang membuat kita berdecak kagum. Dengan ide yang bagus dan penampilan yang menarik, membuat setiap iklan merek dagang rokok, merek apapun itu, membuat iklan menjadi berkualitas. Jauh berbeda dari iklan komersil biasa. Ada totalitas tersendiri yang selalu dimunculkan dalam iklan-iklan rokok ini. Terutama pengemasan komersialisasi rokok yang kadang tersembunyi dan dibuat menjadi ‘halus’ tanpa menggembar-gemborkan kualitas atau merek tertentu. Iklan rokok, sebagian besar pasti hanya memunculkan tagline atau merek pada scene akhir, tidak melulu memunculkan merek dari awal hingga akhir iklan.
Salah satu iklan yang menarik adalah iklan yang keluar atas nama Gudang Garam. Iklan Gudang Garam yang keluar untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia tahun  2006 ini sudah tidak lagi muncul di tivi. Beruntung kita masih dapat menemukannya di youtube. Kespektakuleran ide yang selalu digambarkan oleh para creator iklan untuk merek dagang rokok di Indonesia memang sangat memukau. Dari segala jenis rokok yang ada, para creator iklan ini selalu menampilkan hal yang indah dengan maksimal. Pencitraan yang sempurna. Terlebih karena pemilihan momen dan ide yang baik.
Iklan rokok, memang ‘mematenkan’ ide mereka dengan mengeksplorasi tentang kekayaan Indonesia. Iklan merek rokok ini selalu menampilakan hal-hal indah tentang indonesia. Menjelaskan dengan imajinatif dan spektakuler betapa hebatnya keindahan Indonesia melalui visualisasi yang nyata. Dan saya suka apapun yang berhubungan dengan Indonesia, hal ini juga yang banyak menarik perhatian penonton lainnya. Apalagi iklan tersebut  bisa menggambarkan keadaan dan keindahan Indonesia selain di Jawa. Memang ada begitu banyak iklan rokok yang serupa, yang sama-sama membuat kita terpukau oleh kreasi mereka yang sangat apik. Tapi, kenapa saya lebih memilih iklan ini karena kesan pertama yang saya dapatkan dari iklan ini sangat terasa. Iklan ini dikemas dengan begitu anggun.
Menampilakan pemeran utama wanita yang menggunakan dress panjang warna putih. Penyampaian analogi yang berbeda, merasakan pencitraan Indonesia yang dalam dari sosok wanita itu. Bergaun putih polos, dengan rambut hitam panjang dan kulit eksotis. Sangat Indonesia. Sangat mengangkat sisi keindahan Indonesia yang lainnya. Melalui pencitraan seorang wanita. Pemilihan tempat yang bagus juga semakin memperkuat makna iklan yang ingin disampaikan. Dengan berbagai kebudayaan dan keunikan Indonesia yang dimunculkan sebagai visualisasi untuk menjelaskan iklan tersebut. Juga keunikan karena ‘merangkul’ anak-anak untuk ikut ada di iklan tersebut, anak-anak kecil yang juga terlihat dari beberapa suku di Indonesia. Secara tidak langsung, diperlihatkanlah pentingnya kesadaran anak muda akan keindahan dan harus mulai mengagumi negerinya.
Didukung juga dengan lagu yang bagus dan sangat etnik. Dengan bahasa saya, saya menyebutnya sebagai lagu suara alam. Suara alam yang mendukung keimajinatifan iklan tersebut, dan semakin menguatkan imajinasi para penontonnya. Ditambah lagi dengan kalimat-kalimat dari narator yang, lagi-lagi, sangat provokatif. Secara teknis, jarang sekali iklan rokok yang memunculkan narator didalamnya. Iklan Gudang Garam ini sendiri muncul dengan adanya narator didalamnya, membawakan beberapa kata tentang Indonesia. Pemilihan kata yang cenderung provokatif ini bisa dikemas dengan sangat bagus, menyentuh dan dalam. Bisa tertangkap maksud isi narasi yang mengkritisi pandangan miring orang Indonesia tentang negerinya secara tersirat. Tentang betapa indah dan kayanya Indonesia. Betapa indah bila kita mau melihatnya. Secara tidak langsung itulah yang ingin disampaikan agar dimengerti oleh orang yang menontonnya. Keindahan Indonesia yang dikemas secara provokatif.
Iklan ini adalah salah satu iklan yang bisa dikategorikan sebagai iklan yang total. Iklan yang total karena dibuat tidak hanya disatu tempat dengan teknik pengambilan gambar fade out-fade in yang menarik, pemilihan tempat, backsound dan cast. Iklan yang benar-benar serius dibuat untuk promosi dan juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Iklan yang tidak hanya menjual merek, iklan yang inovatif dengan mengangkat isu yang sensitif dan indah. Iklan yang mengangkat keunikan untuk mendukung dan menarik segmentasi tertentu bagi para konsumen yang melihat. Iklan seperti ini adalah iklan yang tidak mudah dilupakan, iklan yang menarik peminat secara halus.
Di sisi lain, munculnya iklan ini sama seperti memunculkan rasa kepemilikan akan Indonesia dan keunikannya. Akan apa yang ada didalamnya. Sayangnya, seperti yang kita tahu hanya terlihat  iklan rokok yang selalu memegang tema ini dan totalitas dalam pembuatannya. Sulit menemukan iklan dengan totalitas yang begitu tinggi didalamnya. Semoga akan ada merek tertentu yang juga mulai mengangkat totalitas didalamnya. Juga mengangkat tema yang menarik dan fundamental seperti Indonesia itu tadi. “Dan kupastikan, tak kan ada yang mampu merebutnya dariku. Hanya disini, di Indonesiaku.” Dengan kalimat penutup yang indah ini membuat makna kemerdekaan dan keistimewaan Indonesia semakin terasa dalam.

Rabu, 05 September 2012

Communication is My Passion, Merealisasikan Mimpi


Dalam buku Sasa Djuarsa Sendjaja Pengantar Ilmu Komunikasi dijabarkan ada 7 definisi yang mewakili sudut pandang dan konteks komunikasi. Pada intinya, Ilmu Komunikasi membahas tentang cara penyampaian atau proses dimana seseorang menyampaikan sebuah pesan (bisa ide, gagasan, emosi dll) kepada orang lain. Secara tidak langsung, pengertian-pengertian dan definisi-definisi itu yang membuat saya tertarik dengan komunikasi. Menurut saya, komunikasi adalah seni. Seni untuk menyampaikan sesuatu, ‘membungkus’ niat tertentu agar menjadi halus dan mudah dipahami, termasuk juga seni untuk mengelabuhi orang. Dengan berbagai media dan sarana yang semakin kompleks untuk menyebarkan komunikasi, saya melihat semakin banyak cara untuk menyampaikan sesuatu. Hal inilah yang membuat saya semakin tertarik untuk serius memilih komunikasi.
Komunikasi bukanlah pilihan saya dari kecil. Komunikasi bisa disebut adalah jalan lain yang saya temukan saat saya banting setir di penjurusan SMA. Menetapkan pilihan untuk memasuki dunia sosial juga komunikasi, membuat saya harus mempertaruhkan banyak hal sebenarnya, terutama keharmonisan hubungan saya dengan Ayah saya. Ayah saya ingin saya masuk IPA, dan saya ‘membangkang’ dengan masuk IPS dan mencintai dunia dinamis ini. Terlebih, saat saya mulai memasuki dunia jurnalisme dengan menjadi reporter muda disalah satu koran lokal, semakin banyak hal yang membuat saya mengagumi komunikasi dan juga berjalan jauh dari keinginan Ayah saya.
Hal yang semakin menguatkan keinginan saya pada Ilmu Komunikasi adalah karena saya ingin memakai seragam salah satu stasiun TV swasta, memiliki program keliling Indonesia yang mengangkat pariwisata Indonesia, atau menjadi Public Relation di hotel berbintang. Sepele memang, sangat kekanak-kanakan. Tapi, seperti kata orang “berlakulah seperti anak kecil yang polos, yang selalu mempertahankan sesuatu yang dia inginkan”, saya juga seperti itu. Saya terus mensugesti pikiran saya, saya terus berusaha apapun untuk membuat orang lain, terutama Ayah saya, bisa memahami passion dan kebahagian apa yang saya dapatkan dari bidang ini.
Lalu, setelah pasti dengan Komunikasi, universitas mana yang mau saya pilih?? Sudah jelas UGM. Universitas yang megah itu, seakan terus membuat saya untuk membuat mimpi baru selanjutnya. Menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada dengan jurusan Komunikasi. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu mendekati UN dan seiring dengan merajalelanya virus galau yang menjangkiti anak SMA, saya juga sedikit goyah dan sempat menomorduakan jurusan Komunikasi. Saya merasa tidak sanggup untuk bersaing dengan ribuan orang untuk memperebutkan 1 kursi. Saya takut, saya merasa tidak percaya diri, dan saya merasa Ilmu Komunikasi UGM terlalu jauh dari kemampuan saya. Dan apakah itu artinya saya harus mengikuti keinginan Ayah saya?
Tidak juga. Rencana yang Tuhan beri kepada saya sangatlah indah. Ditengah kebimbangan saya, saya menjadi salah satu siswa yang terrekomendasi SNMPTN Undangan. Apa yang sudah diperjuangkan dengan tulus memang akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Dan disinilah saya sekarang, menjadi mahasiswa yang memakai almamater hijau ‘goni’, duduk dan mengerjakan essai ini, ngepost di blog baru saya dengan #bridgingcourse01.
Apa yang saya dapatkan tak lepas dari sebuah usaha dan kekuatan mimpi. Saya jadi bisa memahami seperti apa isi kepala Ikal dalam buku Laskar Pelangi. Berusaha untuk mencapai apa yang ia inginkan, dengan bermodalkan mimpi. Seperti kata The Secrets, tuliskan mimpimu sesering yang bisa kau lakukan dan Semesta akan mendukungmu, saya juga sempat melakukan hal ini selama libur UN, dan saya mengagumi apa yang dimaksud dengan kekuatan pikiran. Juga seperti kata Tarzan, put your faith in what you most believe in, percayalah dan usahakan apa yang kamu inginkan dan passion-mu terhadap apapun itu, akan mengalir dan membantumu. Itu yang saya pelajari, sebuah proses.