Senin, 04 Februari 2013

Haram!


Q: “Kamu dapet IP berapa?”
A: “Puji Tuhan. Bagus kok, menurut aku sih. J kamu berapa?”
Q: “Aaaaa, aku jelek banget! Kamu dapet berapa nih IP-nya? Pasti diatas 3 deh? Punyaku jelek banget pokoknya.”
A: “....”

Aku enggak sedang sombong dengan IP yang aku dapatkan.
Hanya saja, contoh chit-chat diatas membuat bingung harus memberi respon apa. Terlebih saat ada kontribusi “jelek” dan “kamu pasti lebih bagus” didalamnya. Semakin repot lagi saat sang penanya enggak mau fair dengan pertanyaannya sendiri dan bersembunyi dibalik kata “aku lebih jelek”.

Selama ini, kalimat itu membuat aku tidak berani merespon dengan lugas.
Karena, aku gak tau proporsi jelek dari si penanya, dan arti IP yang aku dapatkan.
Bisa saja, IP-nya yang dibilang jelek adalah 3,8 dari targetnya 4,0.
Atau memang jelek dengan nilai mayoritas C atau D didalamnya, dan saat itu terjadi aku jadi merasa gak enak dan kehilangan kata-kata karena IP-ku dibilang IP perdana impian banyak orang.

Yang bikin lebih gak enak lagi karena aku tidak bisa menjelaskan bahwa, walaupun IP-ku 2 sekalipun aku merasa itu bagus. Karena itu adalah hasil dari yang aku kerjakan dan aku usahakan. Bukan berbicara soal gengsi “IP perdana”.

Aku jadi benar-benar merasa bahwa IP adalah hal keramat yang haram dibicarakan. Haram dan tidak baik baik disebarluaskan.
Tapi, mungkin haram itu ada karena kita yang tidak fair mengakui IP itu sendiri, dengan berbagai alesan didalamnya.
Atau bisa saja haram karena kita punya tolak ukur sendiri untuk Baik dan Buruk kita, yang kita sembunyikan definisnya.
Entah lah.. Tapi, cap haram itu masih terus membayangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar