Senin, 18 Maret 2013

Alasan: "Sayang"


“Alah, gak semua orang yang ngerokok bakal sakit kanker, hla wong buktinya banyak orang gak ngerokok juga sakit kanker paru-paru!”
Itu alesan ngeyel Ayah kalo disuruh berhenti ngerokok.

Memang, enggak semua orang sehat dan jauh dari asap rokok juga akan terhindar dari kanker paru-paru. Jauh dari rokok bukan jaminan gak akan sakit kan?
Aku punya bukti. Aku melihat langsung bagaimana seseorang yang jauh dari asap rokok terserang kanker paru-paru.
Bunda punya seorang pasien yang mengidap kanker paru-paru. Beliau hidup dikeluarga yang sehat, suami tidak merokok, anak tidak merokok. Ya, walau kanker paru-paru ini disebabkan dari perluasan virus dari kanker payudara, tapi beliau sakit. Sakit memang tidak memilih pada siapa mereka akan menyerang.

Dan hari ini Ayah sakit.
Awalnya hanya sakit batuk biasa, tapi sekarang malah jadi sesek. Bahkan baru saja aku berkeliling mencari apotik untuk mendapatkan selang oksigen. Perjuangan? Sejujurnya, ini belum bisa disebut perjuangan. Karena, aku melihat dengan jelas bagaimana keluarga pasien Bunda itu berjuang. Memberi obat terbaik, melakukan berbagai cara penyembuhan, operasi, alternatif kemana-mana. Betapa mahal biaya yang sudah mereka keluarkan untuk mencari sebuah kesembuhan, sehat.

Hidup tidak adil bukan?
Orang yang menyadari gaya hidup sehat tetap bisa sakit parah. Sedangkan orang lain yang mungkin memilih gaya hidup yang membahayakan kesehatan malah baik-baik saja. Sayang rasanya.
Tapi aku tidak mau menghakimi.
Aku menghargai siapa pun yang memilih menjadi perokok.
Temanku juga banyak yang merokok, dan aku berusaha menghargai mereka, menerima pilihan mereka. Yaaa, walau kadang, sedih juga rasanya. Apalagi aku punya perbandingan nyata.
Secara pribadi, aku tidak mungkin mengintervensi seseorang dalam hal yang akan mereka pilih. Aku tidak mungkin juga memaksa mereka untuk quit being a smoker, sekali lagi itu adalah pilihan mereka.

Hanya saja hari ini aku begitu sedih.
Aku gak pernah melihat Ayah sesakit ini.
Aku gak pernah melihat Bunda secemas ini.
Dan itu membuat aku berusaha melakukan apa saja. Termasuk berkeliling, menyusuri sepanjang jalan untuk mencari selang oksigen. Sama seperti yang keluarga pasien Bunda lakukan, melakukan apa saja untuk mendapatkan kembali kesehatan tersebut.
Aku baru tau bagaimana rasanya cemas, sedih dan takut dalam satu waktu. Gak kuat rasanya melihat Ayah dan Bunda seperti itu. Menyesal rasanya karena kita terlalu egois dan menyia-yiakan nyawa Cuma-Cuma yang sudah Tuhan berikan.
Akhirnya aku tau, kecerewetan banyak orang, termasuk kecerewetanku tentang rokok. Ini bukan masalah menjadi sehat atau tidak, ini hal yang berbicara tentang rasa sayang. Rasa sayang yang ingin mempertahankan seseorang, rasa sayang yang ingin menjauhkan seseorang dari bahaya yang mungkin saja bisa selalu mengancam.
Motif koar-koarku tentang rokok adalah rasa sayang itu.
Juga takut kehilangan.
Dan sedikit rasa untuk menekan ego, menghargai nyawa gratis yang Tuhan berikan.

Oh ayolah Des, you show your naive-side again. Menjadikan rasa sayang menjadi sebuah alasan? Yang logis ngomongin sakit aja gak digubris, apalagi karena alesan yang irasional kaya gini! Hahaha, naif memang. Tapi, saat sebuah alesan rasional dan logis mentok, gak ada salahnya kan menggunakan trik irasional? Biasanya hal itu juga lebih didengarkan,hehe

Dan ijinkan aku menggunakan trik irasional itu saat ini.
Aku sayang Ayah, itu sebabnya aku akan berusaha melakukan segala cara. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk Ayah, mencari kesembuhan maksimal untuk Ayah.
Juga buat semua temanku dan perokok yang ada, baik yang aku kenal atau enggak, ini klise, tapi aku sayang kalian, sungguh. Dan cobalah liat sekeliling kalian. Ada begitu banyak orang yang sayang sama kalian. Ada begitu banyak orang yang selalu takut kehilangan kalian. Itu sebabnya mereka terus berteriak ditelinga kalian untuk berhenti merokok.
Tapi akhirnya, semua pilihan ada ditangan kalian. Kalian yang akan menentukan J

Sincerely,
A naive daughter and crazy friend :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar