Sabtu, 04 Januari 2014

Menertawakan Luka

“Kamu akan sembuh saat kamu sudah bisa menertawakan luka yang pernah kamu alami..”

Kalimat itu, entah sudah berapa kali aku ucapkan untuk teman-teman, maupun orang yang bercerita padaku soal masalahnya. Kalimat itu juga yang sebenarnya menjadi salah satu ‘penyembuh’ saat aku ada masalah.

Kemarin, waktu Sekolah Kaca 23-angkatannya udah banyak anyway, materi dari Sekolah Kaca adalah bercerita. Bercerita apa saja. Terutama tentang dirinya. Maksudnya, selain menstimulus agar mereka biasa berbicara dan mengutarakan pendapat, juga agar mereka mau membuka diri. Itu penting lho, saat reportase, pasti akan ada banyak hal ‘ajaib’ dan mengagetkan yang akan mereka temui, makanya mereka harus belajar untuk membuka diri.

Dari hasil bercerita itu, mereka harus mengerjakan PR. 500 kata tentang cerita menarik dari teman mereka. Setelah aku baca, beragam yaa? Sebagian mulai berani bercerita lebih dalam tentang dirinya. Sebagian masih mencari aman dengan bercerita hal permukaan tentang dirinya. Intinya, semua sudah berani bercerita soal masalah-masalah yang pernah mereka alami. Sekecil apapun itu.

Aku juga pernah punya masalah kok.
Lumayan besar malah. Lumayan sempat bikin pengen kabur dan menghakimi hidup ini. Bahkan, bilang kalo Tuhan itu gak adil. Seriusan.
Tapi, akan ada satu titik dimana kita akan melihat batu untuk berpijak. Kita akan mampu berdiri dan perlahan akan menaiki tangga untuk mengejar ketertinggalan.

Aku suka sesi kemarin.
Aku merasa senang. Senang karena bisa kepo-kepo, hahaha.. Apalagi setelah baca tulisan dari temen-temen. Setiap orang pasti punya cerita, juga punya masalahnya sendiri. Dan gak dipungkiri kalo setiap masalah akan memunculkan luka.
Mas Agung pernah bilang, bahwa masalah remaja yang terbesar adalah merasa kalo masalahnya adalah yang terbesar dalam hidup ini. Itu yang bikin banyak remaja terpuruk karena merasa hidupnya sangat kelam. Padahal, kalo kita mau mendengarkan banyak orang, kita pasti akan ada pada titik menyadari bahwa masalah kita itu gak ada apa-apanya.
Pesan tersirat lain dari sesi kemarin sih sebenernya lebih pada menejem masalah. Ini tersirat banget sih sebenernya, apalagi buat yang masih sekolah, tapi berhubung aku udah berkali-kali ikut Sekolah Kaca, jadi makna tersiratnya udah agak gak tersirat lagi, hehehe. Dengan bercerita, harapannya teman-teman bisa dan mau menghadapi masalahnya. Dengan bercerita kita akan dihadapkan pada paksaan untuk mengutarakan yaa secara tidak langsung kita harus menghadapi fakta yang kita pendam sekian lama. Iya kan? Itu sih, menghadapi masalah dan apa yang pernah kita lalui dalam hidup.

Akhirnya, saat belajar untuk menghadapai masalah kita, kita akan menemukan solusi, akan menemukan ‘penyembuhan’-kaya sakit keras aja buk.
Kita akan merasa bahwa masalah kita ternyata sangat lucu, atau mungkin merasa bahwa masalah kita tidak begitu besar, mungkin kita akan menyadari lalu tertawa.
Dan kamu akan sembuh, saat kamu bisa menertawakan lukamu…

Any problem worth to be, kok J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar