Jumat, 08 Agustus 2014

Pengakuan Dosa

Teruntuk Ayah,
Jika aku, anakmu ini, pernah melakukan sebuah dosa. Dosa terbesar yang pernah aku lakukan adalah pernah membencimu.
Seharusnya aku mengakui ini dihadapan Tuhan dan Pastor sebagai perwakilan-Nya, bukan pada sebuah laman yang bisa memuat tulisan. Namun, aku ingin menuliskan ini. Untukmu. Juga pengingat bagiku, bahwa aku pernah mengakui hal ini. Surat ini adalah sebuah pengakuan dosa yang ingin aku lakukan.

Maafkan aku karena dulu pernah begitu lancang memendam perasaan ini untukmu.
Maaf karena aku belum menjadi anak yang baik dengan membiarkan hatiku memunculkan perasaan itu. Aku tau bahwa aku salah. Perlu waktu panjang hingga aku bisa sampai pada titik ini. Perasaan itu dan perjalanan hingga pada titik ini, tidak hanya mengajariku soal menerima namun juga soal berusaha.

Teruntuk Ayah,
Bersamamu aku belajar untuk menerima..
Bersamamu aku belajar untuk berusaha..
Menerima apa yang terjadi pada hidupku. Membuatku peka untuk bergerak dan memperbaiki apa yang belum benar. Bukan memohon untuk mengganti kehidupanku.
Bersamamu aku berusaha, untuk memperbaiki, untuk meningkatkan kemampuanku dan untuk memantaskan diriku bagi orang sekitarku. Awalnya, ini hanya sebuah ‘balas dendam’ agar aku bisa ‘mengalahkanmu’. Namun sekarang, proses itu membentuk diriku. Menjadikan diriku. Yang seperti saat ini..

Teruntuk Ayah,
Aku benar-benar bersyukur. Tanpamu aku mungkin hanya gadis manja. Bersamamu, aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku denganmu. Membuatku berkesempatan mendapatkan ‘golden ticket’ untuk belajar kehidupan lebih awal. Walau bagi sebagain orang, hal itu terasa sangat sulit, tapi menjalani dan berdiri dari titik minus dalam hidup akan membuatmu lebih tangguh.
Dan aku mendapatkan itu..
Aku mungkin bisa dengan bangga berdiri dan yakin, akan diriku, hidupku dan dinamika dalam proses hidupku.

Teruntuk Ayah,
Terima kasih karena kau bersedia hadir dalam hidupku.
Terima kasih karena kau menjatuhkanku pada titik minus kehidupan pada usia cukup muda. Sekaligus menantangku untuk berusaha dan bangkit, merangkak hingga dapat berjalan naik dalam proses kehidupanku.
Terima kasih karena aku belajar banyak. Karena tanpa sadar, apa yang terasa sangat menyakitkan dan tidak ingin kita alami adalah guru paling sukses dalam hidup. Adalah pengalaman paling berarti yang membentuk diri kita.
Karena tanpa ingin kita akui, apa yang menyakiti kita adalah proses paling dalam dan paling bermakna dalam hidup. Hingga kita berdiri dengan bangga dan tangguh sambil tersenyum lalu mengakui siapa diri kita.


Sincerely

Tidak ada komentar:

Posting Komentar