Minggu, 21 Juni 2015

Busur dan Panah

Sagitarius. Busur dan panah.
Aku terpaku membaca sebuah kiriman dari akun instagram itu. Tidak. Bukan hal ini yang ingin aku dapatkan dimalam yang dingin seperti ini. Kiriman itu membuatku semakin membeku bahkan membuatku kebas. Walau itu hanya seperti kiriman main-main, sekedar ingin menunjukkan karakteristik dari setiap zodiak bila dikaitkan dengan senjata.
Demi Tuhan! Dari sekian banyak senjata yang bisa digunakan manusia, kenapa harus senjata itu?
Aku tak henti bertanya-tanya. Masih dengan perasaan tidak tenang. Lalu otakku berputar, mengingat-ingat kekosongan pikiranku kemarin sore. Tiba-tiba dalam diamku saat itu, aku berpikir bahwa sudah lama aku tidak teringat senjata itu atau orang-orang dijalan berpakaian Jawa dengan busur panah panjang dipunggung mereka. Setelah sekian lama, tidak sedikitpun berpikir mengenai ketertarikanku pada senjata itu, tiba-tiba seperti biasanya Semesta membawaku mengingat kembali.
Aku bukan tidak suka diingatkan pada senjata itu. Demi Tuhan, aku pun memiliki ketertarikan yang tinggi. Aku selalu teringat, pada euphoria itu. Duduk bersila, mengatur arah anak panah, menarik tali busur dan mendengarkan desingan anak panah yang terdorong gaya pegas dari tali busur. Itu adalah salah satu momen berhargaku. Aku tak henti-hentinya menikmati setiap rasa tenang yang meluncur bersamaan dengan hembusan nafas dan luncuran anak panah.
            “Jemparingan itu bukan olahraga teknik. Sama seperti namanya, manah, yang juga berarti hati. Jemparingan atau memanah itu tentang mengolah rasa. Tidak pernah ada yang benar-benar jago atau menjadi ahli Jemparingan. Suksesnya anak panah menancap pada target itu soal titis, Mbak. Ketepatan dikarenakan oleh kepekaan hati.” Jelas seorang Bapak saat pertama kali aku memilih Gandewa dan belajar menarik tali busur panah.
Aku menghela nafas lagi. Entah sudah yang keberapa kalinya aku menghembuskan nafas. Satu pesan sederhana itu. Titis. Mungkin aku harus mengolah rasaku lagi. Mungkin itu yang akan menjadi jawaban dari segala pertanyaanku saat aku sudah berhasil mengolah rasaku dengan benar.

Semua jawaban akan datang di waktu yang tepat, Nduk. Dan pesan itu, lagi-lagi terngiang. Memberi ketenangan sekaligus janji pada hati yang resah ini.

1 komentar: