Sagitarius. Busur dan panah.
Aku terpaku membaca sebuah kiriman dari akun
instagram itu. Tidak. Bukan hal ini yang ingin aku dapatkan dimalam yang dingin
seperti ini. Kiriman itu membuatku semakin membeku bahkan membuatku kebas. Walau
itu hanya seperti kiriman main-main, sekedar ingin menunjukkan karakteristik
dari setiap zodiak bila dikaitkan dengan senjata.
Demi Tuhan! Dari sekian banyak senjata yang
bisa digunakan manusia, kenapa harus senjata itu?
Aku tak henti bertanya-tanya. Masih dengan
perasaan tidak tenang. Lalu otakku berputar, mengingat-ingat kekosongan
pikiranku kemarin sore. Tiba-tiba dalam diamku saat itu, aku berpikir bahwa
sudah lama aku tidak teringat senjata itu atau orang-orang dijalan berpakaian
Jawa dengan busur panah panjang dipunggung mereka. Setelah sekian lama, tidak
sedikitpun berpikir mengenai ketertarikanku pada senjata itu, tiba-tiba seperti
biasanya Semesta membawaku mengingat kembali.
Aku bukan tidak suka diingatkan pada senjata
itu. Demi Tuhan, aku pun memiliki ketertarikan yang tinggi. Aku selalu
teringat, pada euphoria itu. Duduk
bersila, mengatur arah anak panah, menarik tali busur dan mendengarkan desingan
anak panah yang terdorong gaya pegas dari tali busur. Itu adalah salah satu
momen berhargaku. Aku tak henti-hentinya menikmati setiap rasa tenang yang
meluncur bersamaan dengan hembusan nafas dan luncuran anak panah.
“Jemparingan
itu bukan olahraga teknik. Sama seperti namanya, manah, yang juga berarti hati. Jemparingan
atau memanah itu tentang mengolah rasa. Tidak pernah ada yang benar-benar jago
atau menjadi ahli Jemparingan. Suksesnya
anak panah menancap pada target itu soal titis,
Mbak. Ketepatan dikarenakan oleh kepekaan hati.” Jelas seorang Bapak saat
pertama kali aku memilih Gandewa dan
belajar menarik tali busur panah.
Aku menghela nafas lagi. Entah sudah yang
keberapa kalinya aku menghembuskan nafas. Satu pesan
sederhana itu. Titis. Mungkin aku
harus mengolah rasaku lagi. Mungkin itu yang akan menjadi jawaban dari segala
pertanyaanku saat aku sudah berhasil mengolah rasaku dengan benar.
Semua
jawaban akan datang di waktu yang tepat, Nduk. Dan pesan itu, lagi-lagi terngiang. Memberi ketenangan
sekaligus janji pada hati yang resah ini.
Mari mengolah rasa. Titis tatag teteg :)
BalasHapus