Senin, 22 Juni 2015

Cerita Tidur

            “Nduk aku titip ini,” ujar seorang perempuan cantik memakai pakaian Jawa padaku. Ia menyerahkan sebuah cepuk kecil yang indah. Disepuh emas. “Iki apik kok. Aku tidak akan memberikan sesuatu yang tidak baik padamu. Bawa saja. Kamu bisa pakai suatu saat nanti. Saat kamu sudah siap.” Perempuan itu setengah memaksaku. Akhirnya aku menerima pemberiannya walau aku meminta tolong teman laki-lakiku disebelahku untuk membawakannya.
            “Tunggu dulu yaa, Kanjeng Ratu sedang pergi. Sebentar lagi akan datang. Sabarlah menunggu.” Ujar perempuan itu lagi.
Tak lama, sebuah kereta kencana besar dan megah datang. Kereta itu ditarik oleh beberapa kuda yang gagah. Dudukannya tinggi. Menunjukkan seorang perempuan tidak kalah cantiknya. Berambut panjang, bermahkota indah dan selendang sutra yang terikat dipinggangnya.
Ia turun dengan anggun. Mendekati teman laki-lakiku. Ia berkata dengan Bahasa Jawa halus. Aku tidak begitu jelas dengan apa yang ia bicarakan. Yang aku ingat adalah dia bertanya pada temanku soal berkomunikasi menggunakan Bahasa Jawa halus. Jelas itu bukanlah kemampuanku.
            “Gusti Allah tresno sanget kaliyan putri meniko,” ujarnya membuka perkacapan. Suaranya lembut namun tetap tegas. Ia sangat berwibawa sekaligus anggun. Tangannya saling mengenggam didepan perutnya, seperti penyanyi paduan suara. Membuatnya semakin anggun dan cantik.

“Apapun yang dia minta akan diberikan. Begitupun dengan Eyangnya. Eyangnya menitipkan banyak rejeki untuk cucu yang paling dia sayang ini. Aku sangat menghormati Eyangnya sebagai orang yang disegani. Itu mengapa aku juga menghormati anak ini, sebagai cucu kesayangan dari orang yang aku hormati.”

Senin, 22 Juni 2015, 1.27 AM

2 komentar: