Kamis, 25 Juni 2015

Kepada Tuan Mimpi, Lagi

Kepada Tuan Mimpi,
Halo Tuan Mimpi. Semalam kita tidak lagi jadi bertemu. Huft. Padahal aku sudah sangat menunggu. Aku sudah menenangkan diriku, aku sudah berdoa dengan khidmat dan aku tidak memikirkan banyak hal seram yang kerap terjadi di kala malam.
Aku kecewa.
Tidak. Tunggu dulu. Aku tidak kecewa padamu. Aku hanya kecewa, karena aku melewatkan satu malamku lagi tanpa cerita darimu. Aku mengalami perubahan yang sangat signifikan atas kehadiranmu.
Tentu kau mengetahui itu.

6 tahun aku belajar. Belajar untuk memahami alasan Tuhan memilihku mengenalkanmu padaku. Melihat banyak hal baru ada di sekitarku. Aku terlalu takut saat itu. Bercampur cemas, ragu dan tidak menentu. Aku menolak habis-habisan selama 4 tahun. Aku mengabaikan banyak rasa dan tanda yang ditunjukkan untukku. Aku tidak peduli. Benar-benar tidak peduli. Aku tidak berusaha untuk mendengarkan penjelasan banyak orang tentang apa yang aku miliki. Padahal banyak hal tetap terjadi padaku.
Lalu, 2 tahun terakhir ini, aku merasa mulai terbiasa. Mungkin memang benar bahwa perlu kesiapan fisik dan psikologis untuk menerima ini semua. Dan, satu persatu, semuanya mulai terjawab. Seperti puzzle, satu persatu bagian mulai terbuka.
Kini, seperti saat ini, aku duduk menuliskan sebuah surat untukmu. Menuliskan sebuah harapan bahwa, mungkin, aku ingin menyelesaikan satu kisah bersamamu. Tentang apapun yang ingin kamu ceritakan dan tentang kisah apapun yang menurutmu sudah siap untuk aku terima.
Aku tidak akan memburumu. Aku sudah cukup mengerti sekarang, kenapa aku harus perlahan memahami semuanya satu persatu. Kenapa aku membutuhkan waktu lama untuk menyangkal dan akhirnya menerima.

Kepada Tuan Mimpi,
Terima kasih karena sudah mau lama menunggu. Terima kasih karena sabar menuntunku hingga aku sabar dan tenang seperti saat ini. Terima kasih karena memberikan begitu banyak pembiasaan hingga akhirnya aku berani membuka diri.

Kepada Tuan Mimpi,
Aku masih ingin, dan selalu ingin menyelesaikan kisah-kisah yang pernah kita mulai ini. Namun, mungkin kau berharap aku untuk masih sabar menanti. Iya kah? Baiklah. Aku akan menunggumu. Hingga aku siap dan kau pun merasa itu saat yang tepat.

Kepada Tuan Mimpi,

Aku siap. Menjalani dan menyelesaikan beberapa kisah bersamamu. Dan aku selalu berharap, mala mini, kita akan bertemu lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar