Kepada Tuan Mimpi,
Halo Tuan Mimpi. Semalam kita tidak lagi jadi
bertemu. Huft. Padahal aku sudah sangat menunggu. Aku sudah menenangkan diriku,
aku sudah berdoa dengan khidmat dan aku tidak memikirkan banyak hal seram yang
kerap terjadi di kala malam.
Aku kecewa.
Tidak. Tunggu dulu. Aku tidak kecewa padamu. Aku
hanya kecewa, karena aku melewatkan satu malamku lagi tanpa cerita darimu. Aku mengalami
perubahan yang sangat signifikan atas kehadiranmu.
Tentu kau mengetahui itu.
6
tahun aku belajar. Belajar untuk
memahami alasan Tuhan memilihku mengenalkanmu padaku. Melihat banyak hal baru
ada di sekitarku. Aku terlalu takut saat itu. Bercampur cemas, ragu dan tidak
menentu. Aku menolak habis-habisan selama 4 tahun. Aku mengabaikan banyak rasa
dan tanda yang ditunjukkan untukku. Aku tidak peduli. Benar-benar tidak peduli.
Aku tidak berusaha untuk mendengarkan penjelasan banyak orang tentang apa yang
aku miliki. Padahal banyak hal tetap terjadi padaku.
Lalu, 2 tahun terakhir ini, aku merasa mulai
terbiasa. Mungkin memang benar bahwa perlu kesiapan fisik dan psikologis untuk
menerima ini semua. Dan, satu persatu, semuanya mulai terjawab. Seperti puzzle,
satu persatu bagian mulai terbuka.
Kini, seperti saat ini, aku duduk menuliskan
sebuah surat untukmu. Menuliskan sebuah harapan bahwa, mungkin, aku ingin
menyelesaikan satu kisah bersamamu. Tentang apapun yang ingin kamu ceritakan
dan tentang kisah apapun yang menurutmu sudah siap untuk aku terima.
Aku tidak akan memburumu. Aku sudah cukup
mengerti sekarang, kenapa aku harus perlahan memahami semuanya satu persatu. Kenapa
aku membutuhkan waktu lama untuk menyangkal dan akhirnya menerima.
Kepada Tuan Mimpi,
Terima kasih karena sudah mau lama menunggu. Terima
kasih karena sabar menuntunku hingga aku sabar dan tenang seperti saat ini. Terima
kasih karena memberikan begitu banyak pembiasaan hingga akhirnya aku berani
membuka diri.
Kepada Tuan Mimpi,
Aku masih ingin, dan selalu ingin menyelesaikan
kisah-kisah yang pernah kita mulai ini. Namun, mungkin kau berharap aku untuk
masih sabar menanti. Iya kah? Baiklah. Aku akan menunggumu. Hingga aku siap dan
kau pun merasa itu saat yang tepat.
Kepada Tuan Mimpi,
Aku siap. Menjalani
dan menyelesaikan beberapa kisah bersamamu. Dan aku selalu berharap, mala
mini, kita akan bertemu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar