Jumat, 28 September 2012

Kegalauan Televisi Indonesia


Televisi merupakan media telekomunikasi yang berfungsi untuk menerima gambar bergerak beserta suara. Televisi sendiri berasal dari kata “Tele” dari bahasa Yunani yang berarti jauh, dan bahasa Latin “Visio” yang berarti penglihatan. Jadi, televisi dapat diartikan sebagai alat telekomunikasi penerima gambar bergerak dan suara jarak jauh.
Televisi Indonesia sendiri mengalami banyak perkembangan. Dari hanya satu channel menjadi beberapa channel stasiun TV swasta hingga puluhan stasiun televisi lokal. Berbagai acara juga disuguhkan oleh stasiun TV Indonesia. Mulai dari berita, talkshow, sinetron hingga reality show. Namun, pada kenyataannya, sinetron-sinetron Indonesia bergerak lebih cepat daripada acara-acara informatif atau edukatif yang lain.
Pemirsa televisi saat ini mungkin sudah jengah dengan sajian sinetron yang tidak jelas. Apalagi tidak ada peran edukatif  di dalamnya. Dengan bebas, dari anak kecil hingga Ibu-Ibu rumah tangga bisa menonton sinetron kapan saja. Bahkan, acara edukatif yang seharusnya bisa kita lihat dengan porsi lebih besar harus tergusur dengan jam tayang sinetron.
Bagaimana dengan tema yang disajikan?? Banyak hal tidak baik yang muncul dalam sinetron Indonesia. Berbagai ketidakrasionalan menjadi salah satu hal besar yang selalu ada di sinetron Indonesia. Keluarga kaya dengan pekerjaan yang tidak jelas, tokoh protagonis yang seakan tidak punya hidup selain disiksa, bahkan anak sekolah yang memakai rok mini diatas lutut.
Sinetron Indonesia seakan miskin cerita. Sinetron kejar tayang yang silih berganti menghiasi layar kaca, lama-kelamaan menampilkan cerita yang bertele-tele. Semakin lama, pemain tidak punya kehidupan. Kehidupan pemain seakan hanya berkutat pada rumah sakit, pembalasan dendam, rahasia-rahasia yang tidak jelas tentang asal usul keluarga, koma, ditemukan meninggal tapi kemudian hidup kembali dan lupa ingatan.
Rating sinetron yang melonjak tinggi dan iklan yang semakin lama menjejali durasi sinetron membuat para penonton menjadi jenuh dan capek dengan cerita yang tidak ada akhirnya. Abstraksi cerita dan tokoh di dalam sinetron juga semakin jelas terlihat. Penulis skrip sinetron kejar tayang seperti mulai putus asa dan kehilangan kreativitasnya. Sinetron dibuat hanya untuk mempertahankan rating bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan.
Tidak hanya itu, sinetron Indonesia juga terkenal dengan jalan cerita yang mirip dengan drama negara lain atau film negara tertentu. Tentu saja dengan jalan cerita yang lebih dramatis, panjang dan abstraksi sebagai ciri khasnya. Sudah banyak sinetron Indonesia yang muncul bersamaan dengan ‘kakaknya’ yang ditayangkan di channel televisi lain. Sebagai penulis skrip sinetron, banyak yang tidak mendalami esensi cerita yang ingin di tampilkan. Esensi dalam cerita pun menjadi ala kadarnya dan cenderung tidak bermutu. Akhirnya, tanggapan jelek atau plagiarisme lah yang membayangi sinetron tersebut.
Bagaimana dengan sinetron jaman dulu? Dilihat dari kecanggihan pengambilan gambar, jelas sinetron jaman dulu jauh berbeda dengan sekarang. Pemain sinetron jaman dulu pun tidak ‘secerah’ jaman sekarang. Tapi, kerinduan akan cerita yang dekat dan masuk akal yang disajikan dalam sinetron jaman dulu menjadi hal yang dicari penonton. Bukan hanya sinetron yang mengedepankan emosi.
Tentu saja masih banyak diantara kita yang sempat menikmati bahkan menjadi penonton setia dari sinetron Keluarga Cemara. Keluarga Cemara menjadi contoh sinetron yang melekat dan memberikan hiburan yang bermutu. Sinetron yang bercerita tentang keluarga sederhana yang terdiri dari Abah, Emak dan ketiga anaknya ini, menggambarkan dengan begitu manis perjuangan sebagai keluarga. Sinetron ini juga memunculkan tata krama dan kehidupan sederhana yang dekat dengan kehidupan kita yang sebenarnya. Pesan-pesan moral, seperti pentingnya cinta kasih bukan semata-mata harta, juga mengalir lancar dari cerita yang ditontonkan.
Bukan hanya Keluarga Cemara yang menjadi contoh kualitas sinetron Indonesia, Si Doel Anak Sekolahan juga menjadi salah satu sinetron yang di gemari masyarakat Indonesia. Si Doel juga muncul dengan cerita yang menarik dan dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Keluarga sederhana yang mengutamakan pendidikan bagi anaknya. Kesederhanaan, pengorbanan, cinta kasih dalam keluarga juga menjadi latar bagi sinetron ini.
Kesederhanaan cerita inilah yang menjadi kerinduan para penikmat sinetron Indonesia. Jaman boleh berubah, teknologi dan kebiasaan juga sudah berubah. Tapi, perubahan ini bukan menjadi alasan utama menurunkan kualitas cerita dari sinetron Indonesia. Sudah saatnya sinetron Indonesia tidak hanya menggembar-gemborkan harta, gaya hidup hedonis, atau kata-kata kasar. Walau sebagai salah satu acara hiburan, pesan moral dan kerealistisan juga harus dimunculkan untuk bisa dinikmati oleh kalangan luas. Juga sarana pendidikan bagi anak-anak yang mulai kehilangan acara yang bersifat edukasi. Sudah saatnya televisi bergerak untuk kembali menawarkan acara mendidik dan bermutu, bukan hanya sekedar kegalauan yang sedang trend dikalangan anak muda saat ini.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar