Jumat, 14 September 2012

Pacaran Dalam Mention



Pacaran merupakan hal lazim yang menjadi topik bahasan utama para remaja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau) menjadikan dia sebagai pacar.  Secara alamiah, perkembangan hormon akan memicu munculnya ketertarikan dengan lawan jenis. Hal inilah yang membuat remaja menjadi sibuk dengan love life-nya.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa pacaran dalam masa remaja merupakan hal yang biasa. Begitu juga saat kita melihat sepasang ABG berjalan bersisian saat di mall atau sebuah bioskop. Tapi, seringkah kita melihat sepasang ABG makan bersama dan duduk dengan BB ditangannya? Atau, kerapkah mention dengan sapaan “sayang” mampir di timeline kita? Bagaimana reaksi kita? Apakah kita menganggap wajar hal itu?
Hal itu mungkin sudah menjadi hal biasa bagi kita. Kenyataan yang ada menunjukkan tingginya tingkat komunikasi dengan modal jaringan internet dan jari yang siap menari diatas keyboard menjadi trend sendiri bagi remaja saat ini. Apakah penyebab maraknya pacaran lewat mention ini? Hilangkah kebiasaan berkomunikasi langsung?
Sejatinya, hubungan pacaran, atau hubungan biasa lainnya, itu dibangun dan didasari oleh adanya komunikasi yang baik dan nyaman antarindividu. Komunikasi yang baiklah yang menjamin hubungan dapat berjalan dengan baik.
Akan tetapi, kenyataan tentang kebiasaan remaja zaman sekarang telah berbeda. Menurut riset yang dilakukan Common Sense Media, “90 persen remaja telah menggunakan media sosial secara aktif” (http://salingsilang.com/baca/infografik-kehidupan-remaja-di-era-media-sosial, diunduh 12 September, 19:44). 51% dari 1000 remaja Amerika Serikat yang diriset menggunakan Facebook sebagai sosial media yang sering mereka gunakan. Begitu juga dengan kecanduan menggunakan telepon genggam. Dengan riset yang sama muncul 41% remaja kecanduan dengan telepon genggam.
Sosial media memang membawa banyak keuntungan bagi kita saat ini. Kemudahan berkomunikasi lintas negara, lintas benua dapat dengan mudah kita lakukan. Kecepatan mengakses dan meng-update info juga membuat banyak orang keranjingan sosial media. Sosial media memiliki kecepatan real time yang hanya membutuhkan satu klik saja. Kemudahan mengirim gambar, video, dan jaringan internet yang sudah banyak terjangkau membuat sosial media semakin menjadi alternatif komunikasi.
Dengan maraknya penggunaan sosial media, marak pula penggunaan sosial media untuk pacaran. Sosial media merupakan alternatif untuk menghilangkan rindu bagi pasangan Long Distance Relationship (LDR). Dengan adanya sosial media ini, jarak yang terbentang seakan jadi lebih dekat. Hal inilah yang membuat banyak remaja sekarang mulai “autis” sosial media.
Disisi lain, ada hal yang tidak kita sadari dari penggunaan sosial media dalam berpacaran. Tanpa kita sadari, kadang perkenalan dengan seseorang melalui dunia maya membawa dampak yang buruk. Salah satunya kekerasan dalam pacaran.  Perkenalan singkat dengan manipulasi identitas dapat memerangkap kita. Perkenalan melalui sosial media dapat berujung dengan hubungan seks kerap terjadi dan menjadi embrio dari kekerasan dalam berpacaran.
Kecemburuan yang tak terkontrol juga merupakan dampak buruk dari sosial media. Kita jadi mudah berprasangka terhadap pasangan kita. Dengan kemudahan akses memiliki teman baru yang tinggal klik, membuat kita lebih mudah curiga. Kita menjadi rutin membuka profile pacar kita dan selalu mencurigai mention yang ditujukan untuk pacar kita. Kewaspadaan yang tinggi membuat kita merasa wajib memantau jejaring sosial pasangan kita. Kita pun jadi selalu mempertanyakan keberadaan pacar kita saat melihat update Google+ atau Foursquare. Akhirnya, muncullah pertengkaran yang tidak dapat kita hindarkan. Kemudahan mengakses sosial media akan dengan mudah memancing emosi dan menjadi bumerang dalam hubungan asmara. Apalagi dengan tingginya tingkat update pasangan kita.
Secara tidak langsung, sosial media membawa rasa curiga dan waspada yang berlebihan terhadap pasangan kita. Kepercayaan yang menjadi landasan sebuah hubungan lama kelamaan terkikis oleh mention atau status yang muncul dari akun pasangan. Itulah sebabnya diperlukan komunikasi langsung untuk menyeimbangkan kecurigaan kita. Esensi dari komunikasi verbal yang mudah dipahami, efisien dan menghindari adanya miskomunikasi menjadi sarana peredam kecurigaan. Komunikasi verbal yang memperhatikan intonasi juga ekspresi dapat membantu memperjelas pesan yang akan disampaikan. Itulah sebabnya mengapa komunikasi verbal tidak bisa dihilangkan dari sosialisasi.
Kemudahan berkomunikasi melalui jejaring sosiallah yang memunculkan trend berpacaran via sosial media. Kemudahan yang ada ini memunculkan rasa ketergantungan juga kecanduan para remaja. Memilih jalan mudah dalam berkomunikasi, juga dalam pacaran, membuat kita mengutamakan sosial media ketimbang berbicara langsung dengan pasangan kita. Padahal, tak kita pungkiri bahwa ‘kevulgaran’ jejaring sosial membawa kecemburuan yang berlebihan bagi kita. Jejaring sosial bisa dengan mudah menghancurkan kepercayaan kita terhadap pasangan. Tidak ada lagi privasi dalam berpacaran. Semua kata-kata indah, romantisme juga kemarahan terumbar dalam sosial media.
Dalam riset Common Sense Media juga muncul harapan para remaja untuk kembali ke masa lalu dimana belum ada sosial media. Mereka ingin kembali merasakan bercakap-cakap dengan bertatap muka secara personal. “I enjoy seeing [my friends] laugh at my jokes- saya senang melihat teman saya tertawa karena candaan saya”, merupakan salah satu alasan kenapa 1000 remaja Amerika Serikat memilih untuk kembali berbicara personal. Komunikasi verbal tidak hilang dari kebiasaan kita. Banyak rasa nyaman yang bisa kita dapatkan dari komunikasi verbal yang kita lakukan, hanya saja sosial media dengan kemudahannya membuat kita cenderung berlebihan menggunakannya. Hanya bagaimana kita mengolah kesadaran kita untuk menggunakan sosial media sesuai kebutuhan kita, terutama dalam berpacaran.



Daftar Pustaka

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Balai Pustaka:Jakarta.–dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Kamus_Besar_Bahasa_Indonesia_Pusat_Bahasa (diunduh 12 September, 19:40)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar