Jumat, 07 September 2012

Karya yang Muda


Karang Taruna adalah organisasi sosial pengembangan kaum muda pada tingkat Desa/Kelurahan yang bergerak pada bidang kesejahteraan sosial. Karang taruna sendiri bergerak atas dasar kesadaran juga adanya tanggung jawab sosial terhadap wilayahnya. Dari, oleh dan untuk masyarakat sekitar.
            Organisasi yang didirikan dan dibina oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia ini, akan bergerak dan berfungsi sesuai dengan kebutuhan wilayahnya dan memiliki ciri khas sesuai karakteristik masyarakatnya. Karang taruna menjadi salah satu tempat untuk bertukar informasi dan melatih keterampilan bagi para kaum muda. Karang taruna bisa menjadi salah satu tempat dimana pemuda yang putus sekolah dapat tetap belajar dan berbagi informasi.
            Nasib karang taruna saat ini banyak dipandang sebelah mata dan dianggap tidak bisa menunjukkan eksistensinya. Tidak ada gong dari segala bentuk kegiatan yang karang taruna lakukan. Dan perhatian masyarakat akan pentingnya menggerakkan karang taruna sebagai wadah berorganisasi bagi kaum muda juga sudah semakin menghilang. Lalu bagaimana perkembangan atau pergerakan dari karang taruna itu sendiri? Apakah masih ada karang taruna yang bergerak dan berfungsi? Masih bisakah kita berharap adanya gerakan karang taruna atau kaum muda yang aktif membangun dan membentuk karakter kaum muda?
            Kita mungkin hanya bisa menghela nafas dan tidak bisa berharap ada karang taruna yang masih bergerak aktif. Tapi, Karang Taruna Jaya Kusuma yang menjadi karang taruna Desa Singosaren, Banguntapan, Bantul ini, muncul untuk menunjukkan adanya eksistensi karang taruna yang tidak disadari oleh masyarakat.
Karang Taruna Jaya Kusuma ini berdiri sejak tahun 1984. Karang Taruna Jaya Kusuma ini berusaha memberi kesempatan bagi masyarakat desanya untuk meraih pendidikan setinggi mungkin, mendapatkan informasi seluas-luasnya, dan bisa memberi peluang ekonomi untuk dikembangkan masyarakat.
Lisa Lindawati, gadis kelahiran Bantul, 7 Juli 1987 ini menjadi salah satu penggerak aktif Karang Taruna Jaya Kusuma. Lisa yang sejak tahun kepengurusan 2012 ini menjadi ketua, sudah bergabung dengan Karang Taruna Jaya Kusuma sejak tahun 2009. Lisa terjun dalam kepengurusan karang taruna karena merasa adanya tanggung jawab sosial untuk masyarakat desanya. Ia mendapatkan akses pendidikan dengan mudah, karena itu merasa wajib untuk membagikan ilmunya agar semua pemuda desanya ikut merasakan pendidikan.
Disinilah kinerja kepengurusan Karang Taruna Jaya Kusuma bergerak. Dengan struktur organisasi yang tidak jauh berbeda dari organisasi kepemudaan lainnya, Karang Taruna Jaya Kusuma memiliki pengurus inti seperti ketua, sekretaris dan bendahara. Pengurus inti ini dibantu oleh beberapa seksi antara lain, seksi Humas, Usaha Kesejahteraan Sosial, Lingkungan Hidup, Olahraga dan Seni, Kerohanian, Pendidikan dan Pelatihan dan Kesehatan. Untuk menyelesaikan aspek yang menjadi fokus penyelesaian masalah, dibutuhkan banyak kerja sama antarseksi. Dalam menyelesaikan masalah putus sekolah, tidak hanya seksi pendidikan yang bekerja, harus ada solusi yang berjalan didalamnya, seperti mengembangkan softskill, pengembangan indutri kreatif. Dibutuhkan kerja sama antarseksi yang ada, karena diperlukan kerja secara multidimensi untuk menyelesaikan masalah ini.
Cara yang Karang Taruna Jaya Kusuma kembangkan untuk memberikan kesempatan pendidikan adalah membangun sanggar belajar bernama Sinau Bareng yang dalam Bahasa Indonesia berarti belajar bersama, ada juga pojok baca. Sarana ini dimunculkan untuk menularkan semangat dan optimisme bahwa orang desa juga bisa berkarya dan bermanfaat. Program kerja yang akan dilakukan tahun ini adalah mengoptimalkan sanggar yang ada. Akan ada sosialisasi kejar paket B untuk setara SMP dan kejar paket C untuk setara SMA, ada juga pelatihan-pelatihan pengembangan softskill seperti desain grafis. Pelatihan yang ada ini memang dijadwalkan khusus secara teratur tapi tidak bersifat mengikat pemuda untuk ikut terus-menerus, membebaskan pemuda untuk memilih sesuai kebutuhannya.
Masalah dana bukanlah menjadi salah satu masalah yang mendasar. Dengan bantuan dana dari Alokasi Dana Desa, iuran swadaya, donasi dari perusahaan yang ada disekitar Desa Singosaren juga hasil ekonomi produktif cukup membantu kegiatan yang akan dilaksanakan. Tapi, kurangnya mental pembelajar dan semangat optimisme para pemudanya membuat kegiatan yang ada jadi sedikit terhambat. Ditambah lagi dengan 8 dusun dengan kepengurusan dan kegiatan yang terpisah membuat koordinasi ditingkat desa sedikit sulit. Dengan berbagai kegiatan dan gesekan yang mungkin terjadi antarpemuda menjadi tugas Karang Taruna Jaya Kusuma untuk menyatukan semua dusun yang ada. Menumbuhkan kepedulian kaum muda akan sesuatu yang menjadi milik sesama, Desa Singosaren tempat mereka tinggal.
Kurangnya keaktifan karang taruna di desa lainnya memang tidak bisa sepenuhnya digeneralisasikan. Perbedaan karakteristik desa juga mempengaruhi jalan keluar dan solusi yang harus dipilih. Namun, sebagai salah satu karang taruna aktif di Kabupaten Bantul, Karang Taruna Jaya Kusuma dalam setiap pertemuan antar 76 karang taruna Bantul membagikan usaha yang telah mereka lakukan untuk menarik dan menginspirasi karang taruna lain untuk terus bergerak. Salah satu hal yang penting adalah kepekaan untuk mengenali desanya dan menunjukkan optimisme untuk terus berkembang.
Masalah mental dan kepekaan pemuda memang menjadi salah satu masalah yang banyak diperbincangkan saat ini. Tidak adanya antusiasme pemuda untuk turut aktif mengembangkan wilayah menjadi salah satu penyebab hilangnya gerakan kreatif membangun bangsa. Rasa rendah diri dan skeptisme orang terhadap pemuda membuat pemuda menjadi enggan untuk bergerak. Selain itu, rendahnya optimisme yang tumbuh dibenak pemuda membuat mereka terbelenggu dan menunggu adanya perubahan yang mengikutsertakan mereka. Seperti yang dikatakan Pandji Pragiwaksono dalam bukunya, “Tidak ada yang salah dengan Indonesia. Indonesia sudah ada dijalan yang benar, hanya saja kita terlalu fokus pada kesalahan Indonesia sehingga lupa pada kebaikan dan potensi Indonesia.”
Apakah kita masih bisa berharap pada gerakan kaum muda? Jawabannya iya! Pemuda Indonesia masih sangat bisa untuk diperhitungkan. Lihatlah Karang Taruna Jaya Kusuma yang berusaha untuk menyejahterakan pemuda desanya, sadarilah bahwa banyak mahasiswa dan pelajar yang berkompetisi dan membawa pulang emas bagi Indonesia, mereka adalah contoh nyata yang harus kita pertimbangkan. Semangat muda tidak pernah padam, hanya perlu sedikit kelonggaran dan tempat bagi pemuda bergerak kreatif dan aktif.


Daftar Pustaka

Wawancara langsung dengan Lisa Lindawati, ketua pengurus Karang Taruna Jaya Kusuma.
Pragiwaksono, Pandji. 2011. Nasional.is.me. Bentang: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar