Senin, 29 Oktober 2012

Mari Merenung...

Aku belajar selama 3 jam..
Dan selama 3 jam itu aku ditemenin lagu korea..
Aku bukan pecinta korea sih, tepatnya, aku penikmat semua musik. Err, enggak juga sih, ada beberapa aliran yang gak gitu aku suka,heheh J
Bukan Cuma musiknya yang akan aku bahas, yaa akan sedikit tidak fokus sebenernya,hehe *plaak!*
Selama 3 jam itu aku juga donlot beberapa part dari soundtrack salah satu drama korea. Daaaann, walau menghabiskan kuota, mengahabiskan batere laptop, menghabiskan waktu juga, begitu lagu disetel rasanya gak ada rasa nyesel karena menghabiskan beberapa waktu ataupun kuota.
Entah kenapa, rasanya puas banget dengerin lagu soundtrack itu, apalagi kalo inget bagaimana aku bisa menikmati drama itu. Yaa, hampir semua drama korea yang aku tonton selalu bikin aku puas dan betah nonton sampe tengah malam sekalipun. Tapi, coba bandingkan dengan sinetron? Errr, pasti baru liat iklannya aja langsung kita ganti.
Aku lalu iseng mendiskusikan ini sama Mbak Andien. Jawabnya, karena powerful dan total. “Liat aja pas adegan nyetir mobil, mereka kan beneran, gak kaya kita. Kalo nyemplung laut juga bener-bener ada lautnya.”
Yapp! Bener banget.
Mereka total. Mereka powerful.
Maksud sinetron kan membawa kita merasakan kehidupan yang berbeda dari kehidupan kita yang biasa. Drama korea bisa banget bikin kita gulung-gulung saking romantis dan manisnya cerita itu. Tapi, kalo sinetron kenapa kesannya jadi lebay banget dan gak masuk akal?
Bagaimana kalo mengadaptasi cerita dari drama korea? Heeemm, seperti yang sudah-sudah, kesannya jadi wagu *maaf*. Kita gak bisa lagi merasakan feel-nya. Gak ada rasa yang sama, padahal dengan cerita yang sama, juga dengan gaya pakaian, background keluarga, mobil yang mirip-mirip. Yang ada, para korea sejati akan dengan vokal berteriak kalo itu menjiplak. Hebatnya lagi, sebenernya kalo dicermati, dasar cerita drama korea itu mainstream banget-para penggemar drama korea pasti tau. Drama korea sebenernya gak jauh-jauh kok dari plot tertentu, tapi mereka tetap bisa mengemasnya menjadi spektakuler.
Lalu, bolehkan para senias Indonesia belajar ke Korea?
Aku sih juga gak mungkin membiayai sineas Indonesia untuk belajar ke Korea, dan aku juga gak memaksa mereka untuk belajar tentang drama korea. Tapi, banyak lah pasti dari kita yang pingin sinetron Indonesia punya kualitas yang sama dengan drama di Korea. Aku pribadi pun pengin punya sinetron yang setiap hari rajin aku pantengin, bukan kah produk dalam negeri harus kita unggulkan? Hehe ;D
Cuma yang aku takutkan adalah, banyak dari antara kita yang tidak suka jika kualitas sinetron kita naik. Sorry to say, aku capek kalo harus mendengar pecinta Korea berteriak bahwa Indonesia hanya mampu menjiplak. Sama seperti tragedi Boyband dan Girlband waktu itu.
Apa sih yang salah dari itu? Karena mereka ke-korea-korea-an? Karena gaya mereka? Karena ada lagu yang mirip?
Kalo itu, memang ada benarnya sih.
Sadarkah kita? Bahwa kita pernah berteriak-teriak juga dengan angkuh sewaktu band-band melayu menjamur? Kita bilang mereka kampungan *maaf*. Kita tidak suka dengan gaya mereka. Dan saat muncul Boyband dan Girlband yang sesuai pangsa pasar saat ini, kita juga tetap mendengar teriakan-teriakan sinis. Terus, kita tidak boleh berkembang dan belajar dari trend luar yang lebih baik, gitu?
Yaa, mungkin pecinta korea tidak terima karena BB-BG Indonesia debut dengan kemampuan standar yang jauh dari BB-BG korea. Tapi, kalo mau lebih membuka mata dan rela mendengarkan sebentar saja, BB-BG Indo sekarang juga gak sejelek dulu kok. Beberapa waktu lalu, aku liat mereka udah gak lipsync lagi, bahkan ada yang nyanyi lagunya Suju-Marry You dengan bagus. See? Kita hanya perlu waktu bagi mereka menunjukkan kualitas.
Dan yang pasti, harus ada kerelaan untuk mengapresiasi usaha para seniman Indonesia. Walau para seniman mengadaptasi trend dari hal yang sangat kita gemari. Dalam hal ini, tentu saja pecinta korea.
Ayolah, pasti banyak dari antara kalian yang mau berteriak lantang untuk mencintai Indonesia. Pasti!
Kalo gitu, aku pribadi gak minta banyak kok. Cuma sedikit kerelaan aja untuk kita belajar dari tetangga sebelah itu. Toh, yang kita pelajari bukan hal yang buruk kan? Dan hal itu juga meningkatkan kualitas tontonan di Indonesia, Kalo kita punya kualitas, kita para generasi muda Indonesia juga akan punya tontonan yang baik dan bermutu. Dan itu, membuat Indonesia jadi lebih keren!! Hahaha :D
Aku punya salah satu kutipan yang bagus dari komik Conan, kurang lebih itu berbunyi begini “Saat kamu menyukai segala sesuatu dengan berlebihan, kamu punya potensi untuk membenci hal itu lebih besar daripada orang biasa.” Kenyataannya adalah, saat kita menyukai hal lain, potensi negara lain, kita sekonyong-konyong meng-underestimate kemampuan negara kita sendiri.
Padahal, saat, mungkin saja suatu hari, kita jadi sangat membenci Korea kita mau balik kemana lagi kalo enggak ke Indonesia? Percayalah, seburuk apapun negaramu ini, kamu pasti akan kembali ke sini. So, just give a little trust to your dangerously beatidul country, Indonesia.
Saya golongan optimis! Dan berhubung kemaren abis Sumpah Pemuda, saya pemudi Indonesia yakin bahwa Indonesia juga punya potensi yang besar untuk menjadi trendsetter seperti Korea!!! Uyeeeee!! ^_^
Keep spirit and love your dangerously beatiful Indonesiaaa! :*

*tulisan ini terlahir karena inspirasi dari prinsip komunikasi yang digabungkan dengan lagu-lagu manis dari soundtrack Rooftop Prince. Hahaha, saking selonya ini gaaaess :p Oh iya, juga tidak bermaksud menyinggung siapapun,hanya kegalauan sajaaa :) *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar