Senin, 14 Juli 2014

Saat Kamu Memiliki Uang

Beberapa hari ini, karena liburan aku bokek. Enggak dikasih uang saku sama Bunda dan enggak minta juga karena enggak bakal kemana-mana.
Lalu hari ini aku belanja. Dipegangin uang yang cukup banyak. Cukup bisa untuk foya-foya. Cukup untuk belanja apa aja.
Tapi hari ini Tuhan menegurku. Memperlihatkan seorang bapak yang sedang mengepak brem jualannya yang masih banyak. Menantangku untuk berbagi dengannya. Menantangku untuk menunjukkan seberapa besar aku akan peduli pada orang disekitarku.
Aku menghampirinya, mengingat bahwa Vincent suka makan brem. Aku ingin membelinya. Satu bungkus tujuh ribu lima ratus rupiah. Kata bapaknya, “Saged kirang, Mbak-bisa kurang harganya, Mbak.”
Aku tidak berniat mengurangi harganya dan menyerahkan uang sepuluh ribu rupiah. Bapak itu meminta tambah dua ribu rupiah, aku pikir agar memudahkan kembalian. Tapi bapak itu memasukkan 2 plastik brem dengan total 12.000 rupiah. Aku dan adik sudah berjalan menjauh namun mengingat bahwa aku hanya menyerahkan 12.000 yang seharusnya berharga 15.000.
Aku kembali untuk bertanya. “Bapak, saya Cuma memberi 12.000, apa itu cukup?”
Bapak hanya menjawab, “Benar kok, Mbak. Memang saya hargai segitu.”
Dan aku hanya bisa menjawab terima kasih.


Mempunyai uang itu ternyata cukup menyakitkan. Mengingat ada yang lebih membutuhkan namun berani memotong sebuah harga dan merasa segitu sudah cukup sedangkan masih banyak yang tidak pernah merasa cukup dan mencari lagi. Mempunyai uang ternyata tidak semudah itu. Saat kamu memiliki lebih, ingin mencoba berbagi dan ternyata masih ada orang yang lebih berbesar hati untuk memberi. Bagiku, dengan uang yang Bunda berikan hari ini, tidak serta merta membawa kebahagian seperti yang dibayangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar