Minggu, 01 Juni 2014

Benarkah Miskin Pujian?

Plating-nya bagus banget, ada warnanya, pemilihan piringnya juga pas. Good job!”
“Masakan kamu ini baru bener-bener inovasi. I really like it, keep the good work.”
“Kalo diliat sekilas, sebenernya masakan kamu biasa aja, tapi setelah dicoba, apalagi kalo pake mayonese, rasanya tambah enak. Wonderful!

Setiap Minggu sore, aku dan kedua adikku pasti menyempatkan waktu dan bookingtelevisi untuk menonton sebuah reality show di salah satu televisi swasta. Acara tersebut merupakan sebuah acara yang diikuti anak-anak yang menunjukkan kemampuan mereka mengolah makanan. Nonton karena asyik aja. Ada tontonan yang lumayan menghibur, mana ada chef ganteng dan adek unyu yang chubby lagi. Kenapa harus dilewatkan coba kan?
Awalnya, biasa aja menyaksikan acara ini. Tidak ada pikiran-pikiran jelek tentang acara ini. Sampai suatu hari, dosen disalah satu mata kuliah bilang bahwa acara tersebut bisa saja merupakan sebuah eksploitasi anak. Sejak saat itu, aku tidak lagi sekedar menikmati si chef ganteng atau adek chubby. Aku mulai memperhatikan segala tetek bengek acara tersebut.

Salah satu yang aku dapatkan adalah kalimat-kalimat diatas.
Jika diperhatikan, adek-adek ini gayanya sangat kekinian. Hampir sebagian besar fasih Bahasa Inggris, bahkan ada yang indo. Tidak jarang beberapa percakapan juga dilakukan dengan Bahasa Inggris. Aku tidak mau mendiskreditkan semua peserta yang masih anak-anak itu sudah kehilangan nasionalisme mereka. Aku tidak mau mendiskreditkan jika mereka tidak menghayati bahasa Ibu mereka, Bahasa Indonesia.
Yang aku perhatikan adalah pujian dari para chef master. Good job, good boy, wonderful, excellent, keep your good work, good, great job, well done, cool, tasty, keep it up juga banyak yang lainnya.

Aku merasa aneh.
Kenapa harus selalu mengunakan Bahasa Inggris? Tidak bisakah memberikan kebiasaan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik? Jujur aku merasa agak sedikit, hmmm, kurang pas dengan harus selalu menggunakan Bahasa Inggris. Bahasa Indonesia aja tidak semudah yang dibayangkan. Jika memang harus, setidaknya kita harus cukup memahami artinya, bukan hanya sekedar menjadi tren.
Lalu, aku merasa semakin aneh. Karena aku berusaha membahasaindonesiakan kata-kata sifat tersebut.
Good itu baik. Greatjuga bisa diartikan baik.
Wonderful berarti hebat. Excellentjuga bisa berarti hebat.
Well done berarti bagus.
Aku juga berusaha membandingkan dengan kamus. Hampir semua kata pujian itu akan berarti baik, bagus, hebat. Yaa berputar dengan arti yang itu itu saja.

Dan aku termenung.
Aku ingat. Pertama kali aku mendapat pujian eksplisit sewaktu aku sekolah adalah di SD. Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Aku selalu tersenyum lebar saat lembar tugasku akan berisi coretan guruku. Good, excellent atau wonderful. Aku suka variasi pujian itu.
Aku jarang mendapatkan pujian atas tugas yang memuaskan untuk pelajaran lain. Saat aku mendapat pujian, yaa paling hanya itu. Bagus sekali atau hebat. Aku tidak mendapat banyak variasi pujian. Bahkan, aku tidak bisa melihat bahwa guruku itu benar-benar memujiku. Tidak seperti guru Bahasa Inggrisku.

Aku sering mendengar bahwa, orang Indonesia tidak terbiasa untuk memuji. Orang Indonesia tidak terbiasa memberi umpan balik berupa pujian pada orang lain.
Yaa, secara tidak langsung, aku bisa melihatnya dari pujian para chef master. Kosa kata memuji dalam Bahasa Inggris ternyata lebih banyak dan menyenangkan, juga bervariasi.
Benarkah jika Bahasa Indonesia tidak memiliki cukup banyak kata pujian? Adakah yang bisa membantuku dengan menyebutkan kata pujian yang lain?

Mari kita kumpulkan. Agar kita bisa semakin sering memuji orang lain tanpa harus meminjam kata. Agar kita terbiasa memuji dan menghargai usaha orang lain.

5 komentar:

  1. Kayaknya banyak kata pujian dalam bahasa Indonesia, kata sifat mungkin. Indah, cantik, dll disesuaikan objeknya *halah oposih*. Bisa juga mengagumkan, hebat, keren, dll :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naaahh, tapi kita tidak biasa menggunakannya Mbak. Jadi agak sedih.. Karena disesuaikan objek itu, kadang indahnya inggris bisa untuk memuji orang, indonesia kadang wagu hihi menurutku sih

      Hapus
  2. Aku jadi ingat tempo edisi minggu ini. Dalam rubik bahasa dibahas kek gini "Bahasa Indonesia ini berasal dari Riau yang notabene suku yang blak-blakan. Namun Bahasa Indonesia sekarang didominasi oleh suku Sunda dan Jawa yang mereka menggunakan bahasa secara eksplisit untuk mengungkapkan".

    Eh aku juga ingat Desti pernah bilang "aku bingung membahasakan Indonesiakan" pada saat Desti ingin berekspresi sesuatu. Akhirnya Desti pakai Bahasa Inggris.hehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eksplisit apa implisit mbak? Jadi Sunda dan Jawa juga terbuka gitu?
      Naaahh itu, ada banyak yang susah diindonesiakan. Yaa seperti pujian juga yang terlihat 'terlalu biasa' kalo di Indonesiakan hihi

      Hapus
  3. Bahasa Indonesia kan masih berkembang, jadi wajar aja kalau masih banyak wagu sana-sani. Kosakata juga masih terus bertambah. Masyarakat Indonesia juga cenderung multilingual. Enggak ada yang cuma pakai bahasa Indonesia dalam kesehariannya, mesti campur bahasa daerah, ditambah jaman sekarang bahasa asing udah pada fasih aja. Itu jadi option para penutur, lebih mudah mana mengungkapkannya, simpel tapi maknanya tersampaikan. Jadi ya gitu, dalam mengungkapkan pujian, option yang dipilih bahasa Inggrislah yang mewakili simpel dan mewakili makna. Ah aku omong apa sih iniii~

    BalasHapus