Senin, 16 Juni 2014

Hujan Bulan Juni (1)

Perlahan, suara rintik yang menghantam jendela dan atap rumah semakin terdengar jelas.
Aku duduk di meja belajarku. Memandang titik-titik air hujan yang semakin deras jatuh ke bumi. Meja belajarku penuh dengan berbagai kertas, buku-buku yang terbuka juga sebuah laptop yang menyala, menampilkan tampilan word yang kosong. Sebuah kertas berisi jadwal ujian menangkap perhatian mataku. Bersanding dengan segelas coklat yang sudah mulai mendingin. Kartu itu menyentakku.
Tanpa sadar aku menghela nafasku dengan berat.
Aku mengalihkan pandanganku ke arah utara. Merapi yang kokoh tertutup mendung yang kelabu, membuatku tidak bisa melihatnya. Kenangan itu kembali berkelebat diotakku. Setahun yang lalu. Setahun yang lalu dibulan yang sama. kenangan yang muncul itu kembali menghimpit dadaku. Kembali terasa rindu, rindu yang terpendam selama setahun ini.
Bagaimana kabar kalian? Apa yang sedang kalian lakukan hari ini? Juga setahun ini, apakah kalian bahagia? Berbagai pertanyaan berputar dalam otakku. Memaksaku untuk mencari sebuah jawaban.

Sungguh. Rindu ini kembali menghimpitku. Menyesakkan dadaku.
Aku kembali menatap arah utara. Mencari setitik bentuk Merapi. Berusaha mencari dimana letak rinduku tergeletak. Dimana bayangan wajah kalian muncul.
Senyum polos dan antusiasme kalian kembali membayang dipelupuk mataku. Semangat kalian kembali menghangatkan hatiku. Merasakannya membuatku hanya mampu tersenyum samar. Merasakannya kembali membuatku merasa beruntung karena pernah mengenal kalian. Beruntung karena perasaan itu masih bisa aku rasakan.

Perjalanan selama seminggu itu terasa sangat menakjubkan sekaligus menampar.

Hanya berjarak kurang lebih dua jam dari Jogja, sebuah wilayah yang dijuluki kota pelajar, kalian adalah realita yang sangat berbeda dengan kenyamanan yang ada di Jogja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar