Selasa, 17 Juni 2014

Maafin, Cicak

Aku sudah tau hal pertama yang harus aku ucapkan saat besok pengakuan dosa.
Aku akan menceritakan soal betapa kejamnya aku akan seekor cicak tak berdosa. Makhluk Tuhan genyuk-genyukyang merayap di dinding lalu hap menangkap nyamuk.

Sebenarnya aku enggak tau gimana ceritanya kok bisa ada cicak kejepit diatas pintuku. Tiba-tiba si cicak udah menggantung aja didaun pintu bagian atas. Parahnya, bagian tubuh ada di bagian dalam pintu dan sedikit kepala cicak muncul dibagian luar pintu. Dalam keadaan terjepit, mungkin penyet. Entahlah.
Kenapa aku harus mengakui kejahatanku pada hewan ini karena aku membiarkannya begitu saja diatas sana. Dari masih basah dikrubung semut sampe sekarang kering tingal tulang belulang. Dari waktu masih berbentuk bagus sampe sekarang aku tidak sedikit pun berusaha untuk memberikan kematian yang lebih layak buat si cicak.
Sereeem men, gak tega juga kalo harus melihat wujud si cicak. Aku gak bisa membayangkan seperti apa bentuk kepala cicak dan kesakitan apa yang harus ia rasakan sebelum ajalnya. Hamboksumpah, karena gak tega itu aku membiarkan dia menggantung begitu saja.
Aku dilema. Pengen nurunin tapi kok gak tega. Pengen bilang sama Ayah tapi kok enggak mau dimarahin apa diejekin. Apalagi bilang sama adek. Jadi ya begitulah, hanya aku dan Tuhan yang tau, serumah gak ada yang tau.
Sekarang si Cicak sudah kaku, kering dan tinggal tulang belulang, literally. Mungkin sebentar lagi jatuh. Dan saat jatuh itu aku juga harus memikirkan cara dan menyiapkan mental untuk menyapunya.

Selamat jalan cicak, semoga kasih Tuhan menyertaimu dan semoga kamu mendapat afterlife yang lebih indah. Maafin aku cicak, maafin banget~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar