Rabu, 11 Juni 2014

Kisah Surya dan Rembulan


Siapa bilang jika sang Surya dan Rembulan adalah musuh yang saling membenci? Siapa bilang jika mereka adalah dua hati yang mengeras penuh amarah?

Aku, sang Bumi, dengan berani menyangkalnya.
Surya dan Rembulan adalah dua hati polos, yang sedang menahan rasa. Mungkin legenda menjebak mereka. Memisahkan mereka dengan angkuhnya, dengan segala label dan cap benci juga dengki. Legenda membuat kedua hati polos ini harus menahan rasa, menunda sebuah benih bunga untuk tumbuh. Legenda mengurung mereka dalam cerita turun temurun yang mengisahkan sebuah keserakahan untuk menguasai seluruh jagad. Legenda ini membuat mereka terpisah dalam ruang dan waktu yang bertolak belakang.

Sejujurnya, jika aku boleh bercerita, Surya dan Rembulan adalah dua hati polos yang sedang terserang dilema. Dua hati ini sedang berusaha untuk menyembuhkan pilu hati yang semakin lama semakin terasa. Mereka adalah hati yang sedang memendam kekaguman.
Surya mengagumi keanggunan dan keteduhan yang terpancar dari cahaya lembut Rembulan. Sedang Rembulan selalu mengagumi ketangguhan dan keperkasaan yang selalu terpancar terang dari cahaya Surya. Keduanya terdiam, tertunduk malu akan rasa kagum yang memenuhi hati polos mereka.

Perlahan, mereka mulai berani berharap.
Perlahan kedua hati polos ini mulai membebaskan dirinya. Membiarkan kemana rasa menuntun mereka. Tanpa yang lain sadari, Surya dan Rembulan kerap mencuri waktu. Berkejaran dengan warna langit, mencuri waktu untuk sekedar menatap dari jauh. Mencuri waktu untuk bertemu di ufuk langit, lalu melempar senyum. Surya dan Rembulan mencari segala kesempatan untuk bisa bertemu, walau hanya sekejap, walau hanya melempar senyum bisu.
Surya kerap berbisik lirih padaku. Menyampaikan salam pada wajah teduh dan cahaya lembut yang Rembulan miliki. Lalu Rembulan kerap menatap jauh ke ufuk timur, mencari sinar perkasa yang dimiliki Surya. Aku bisa menangkap harap dalam suara tegas Surya dan aku bisa melihat gejolak rindu dalam mata sayu Rembulan.

Aku, sang Bumi, menjadi saksi bagaimana kedua hati polos ini berusaha.
Aku adalah tempat dimana mereka berbagi keluh kesahnya, menyampaikan harap untuk bisa bertemu. Aku menjadi saksi seberapa besar rindu yang mereka gantungkan di ufuk langit, juga banyak harap yang mereka sebar ke angkasa. Aku melihat bagaimana mereka berkejaran dengan waktu, mencari kesempatan untuk bisa bertemu. Aku menjadi saksi mereka, sekaligus pembatas. Aku menjadi pembatas pada perasaan yang tumbuh dalam hati mereka. Aku memisahkan ruang, waktu dan dunia mereka, terjebak dalam legenda.

Sekali lagi, aku, sang Bumi, menyangkal rasa benci dan dengki dalam hati mereka.
Aku bisa meyakinkanmu bahwa Surya dan Rembulan adalah dua hati polos yang memendam rasa. Dua hati polos yang berusaha memperjuangkan waktu, untuk bertemu dan saling melepas rindu.

Gambar diambil dari http://demetereka.blogspot.com/2012/11/rembulan-memeluk-matahari.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar